Sunday, February 9, 2014

BAHAN RENUNGAN PKP SELASA 11 FEBRUARI 2014 KELUARAN 4:27-31



Pendahuluan
Tugas utama seorang hamba Tuhan adalah menaati perintah Tuhan. Tak heran jika di tengah kisah persiapan Musa untuk pergi ke Mesir, perjumpaan Musa dan Harun, serta pertemuan mereka dengan tua-tua di Mesir, kita diberikan suatu kisah yang menarik tentang murka Allah terhadap Musa karena ketidaktaatannya (ay. 24-26).

Telaah Perikop
Keluaran 4:18-31: tujuan panggilan Tuhan secara khusus buat Musa yaitu untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan supaya bangsa Israel beribadah kepada Tuhan. Ketika Musa berusaha membebaskan orang Israel dari perbudakan dengan kekuatannya sendiri, dia gagal total. Sehingga ketika ada panggilan khusus dari Tuhan untuk kedua hal ini, dia sampai berkali-kali menolak, tetapi Tuhan berkali-kali menegaskan panggilan Tuhan ini sehingga akhirnya Musa mau melakukannya.Ada beberapa pokok penting dalam perikop ini yang dapat kita gali dan telusuri mengenai cara Tuhan memanggil dan mengutus serta bagaimana kita mengerjakan panggilan pengutusan tersebut.

1.       Ketika Musa dipanggil Tuhan untuk diutus, dia sedang bekerja menggembalakan domba Yitro, mertuanya. Panggilan Tuhan menuntut dia untuk meninggalkan pekerjaannya dan tempat tinggalnya selama 40 tahun. Pada ayat 18, Musa tidak langsung meninggalkan pekerjaannya untuk melakukan panggilan Tuhan, tetapi dia meminta secara sopan dan hormat kepada mertuanya izin terlebih dahulu. Karena sikap ini dan juga tentunya karena Musa melakukan pekerjaannya dengan baik maka Yitro percaya dan dengan senang memberikan izin kepada Musa. Inilah teladan yang harus kita ikuti. Kita perlu minta hikmat Tuhan untuk kapan menjawab panggilan Tuhan dan janganlah kita menunda-nunda ataupun lari dari panggilan Tuhan.

2.       Pada ay 24, ada yang menarik dari kisah ini. Tuhan berikhtiar (berusaha) untuk membunuhMusa ketika dia dalam perjalanan ke Mesir. Tidak tertulis secara jelas alasan Tuhan mau membunuh Musa tetapi setelah Zipora, istri Musa, menyunat anaknya, Tuhan membiarkan Musa. Ada kemungkinan bahwa Musa tidak menyunat anaknya yang kedua (sunat adalah perjanjian antara Abraham dengan Tuhan yang harus dilakukan turun temurun oleh bangsa Israel) karena sudah berkompromi dengan lingkungan kebudayaan istrinya yang tidak percaya Tuhan. Tuhan tidak senang dengan hal ini dan mengingatkan Musa untuk membereskan hal ini. Walaupun Musa bisa dibilang sangat dekat dengan Tuhan tetapi kedekatan ini tidak membuat Musa mendapat pengecualian dari Tuhan. Justru semakin kita dekat kepada Tuhan, Tuhan semakin ingin kita melakukan setiap apapun yang Tuhan perintahkan.

Kita tidak tahu mengapa Musa tidak menyunat anak itu. Ini seharusnya merupakan anak kedua Musa (di ayat 20 dikatakan bahwa Musa membawa "anak-anaknya lelaki, " berarti lebih dari satu anak lelaki), yang mungkin belum lama dilahirkan sehingga belum disunat. Allah memang sudah memerintahkan Abraham untuk menyunat setiap anak laki-laki keturunan Abraham pada hari ke delapan (Kej 17:12) dan sunat merupakan "tanda perjanjian" antara Allah dengan Abraham dan keturunannya. Karena Musa akan menjadi pemimpin umat Tuhan, maka dia harus menaati perintah Tuhan. Maka Allah menunjukkan murka yang begitu hebat karena pelanggaran sunat itu.

3.       Perhatikan ayat 27-31. Apa reaksi Musa ketika ia hampir dimurkai Allah? Musa tidak marah atau berhenti untuk mengerjakan panggilan Tuhan. Sebab ia menyadari kesalahannya. Justru ia lanjutkan pengutusan itu dan menjumpai Harun di sana untuk menceritakan apa yang Tuhan Firmankan kepadanya.

Hasilnya terlihat jelas ketika Musa tetap mengerjakan tugasnya, dibantu oleh Harun, maka hasilnya menjadi nampak jelas. Umat Israel menjadi percaya kepada kepemimpinannya dan bersukur bahwa TUHAN, Allah Israel ternyata masih mengingat umatNya (ay.31)

Relevansi dan Aplikasi
Kehendak Tuhan bagi kita dapat dibagi dua:
1.       Kehendak Tuhan secara umum: berlaku bagi semua orang khususnya semua orang Kristen seperti memberitakan Injil, menjadi saksi Kristus.
2.       Kehendak Tuhan secara khusus: diberikan pada tiap orang secara khusus dan bisa berbedadari orang lain. Kehendak khusus tidak mungkin terpisah daripada kehendak umumtetapi justru melengkapi.

Kita perlu menggumulkan dan mencari tahu apa kehendak
Tuhan bagi kita secara umum maupun secara khusus. Kehendak khusus biasanya disebut panggilan atau pengutusan Tuhan. Panggilan ini bukan hanya untuk menjadi pendeta atau Penatua atau Diaken, tetapi mungkin juga panggilan untuk menjadi ilmuwan atau dosen, ataupun profesi-profesi lainnya. Sebagai orang Kristen kita harusmenggunakan hidup kita bukan untuk melakukan kehendak manusia tetapi kehendak Allah.

Dalam pengutusan Tuhan, kita perlu meneladani Musa dengan melakukan dua hal yaitu membereskan urusan dengan manusia dan urusan dengan Tuhan. Dan Keluaran 4:18-31 mengajarkan kita bahwa ketika manusia mulai melangkah maju dengan iman untuk melaksanakan pengutusan Tuhan, maka Tuhan akan memperlengkapi dengan firman-Nya.

Pemimpin umat memang dituntut untuk taat kepada Allah. Jika pemimpin tidak taat, bagaimana mungkin dia mengarahkan umat untuk taat? Jika kita menjadi pemimpin rohani, dalam keluarga atau dalam pelayanan, milikilah hati yang taat jika kita mau dipakai untuk melayani Tuhan dengan efektif. Jika kita berada di bawah pimpinan, doakanlah orang yang memimpin kita -baik orang tua maupun para pelayan Tuhan- agar mereka terlebih dahulu taat kepada Allah. Amin. 

(dari berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment