Saturday, November 9, 2019

LUKAS 14:12-14

MATERI KHOTBAH PKP 6 MARET 2012
LUKAS 14:12-14

Ibu2 kekasih Kristus
Kisah ini dimulai ketika Tuhan Yesus dan murid-muridnya diundang makan bersama oleh seorang Farisi dalam pesta jamuan yang mewah (14:7-11). Tuhan Yesus melihat dan menyaksikan banyak tamu yang berebutan untuk duduk ditempat terhormat dengan cara mengambil tempat paling depan. Itulah sebabnya Ia mengajar para murid tentang kenyataan ini dan menyampaikan inti pengajarannya di ayat 11 yakni:  barangsiapa meninggikan diri, akan direndakan dan barang siapa merendahkan diri akan ditinggikan. Selesai mengajarkan itu, Tuhan Yesus mengajarkan atau lebih tepat menyarankan sesuatu kepada tuan rumah tentang bagaimana cara mengundang orang ketika membuat pesta.

Inti dari pengajaran Yesus kepada tuan rumah yang mengundangnya adalah: sesungguhnya lebih baik mengundang orang miskin dan terlantar dari pada mengundang orang kaya. Sebab dengan mengundang orang terhormat atapun kaya, mereka pasti membalas kebaikannmu. Namun jika mengundang orang susah dan miskin, mereka sudah pasti tidak mampu membalasnya, Namun Tuhan sendiri yang akan membalas kebaikanmu itu.

Bagaimana memahami ucapan Yesus itu? Sebelumnya marilah kita melihat dan memahami kondisi real zaman Yesus sehubungan dengan status sosial orang2 yang miskin dan susah itu. Di Israel kala itu, orang miskin, orang cacat, orang lumpuh dan orang buta tidak mendapat tunjangan sosial karena masalah tunjangan sosial memang belum terpikirkan oleh pemerintah pada jaman itu. Jadi di tengah-tengah masyarakat jaman itu ada cukup banyak orang miskin yang terlantar.

Mereka umumnya adalah orang-orang cacat yang tidak dapat bekerja, dan dengan demikian tidak memiliki penghasilan. Mereka biasanya bergantung pada sedekah untuk bisa bertahan hidup. Dan Tuhan Yesus, pada jaman itu, berkata, "Undanglah orang-orang miskin." Mengapa? Karena mereka tidak akan mampu untuk balas menjamu kita! Lalu apa keuntungan buat kita dengan mengundang para gelandangan yang tidak akan mampu membalas jamuan saya? Banyak orang berpikir bahwa seharusnya yang kita undang adalah mereka yang mampu untuk balik menjamu kita. Begitulah, cara Allah berpikir bertentangan dengan cara manusia berpikir.

Ini adalah teguran yang jauh lebih sering kita langgar ketimbang kita jalankan, kita mengundang teman-teman, saudara, kerabat atau juga tetangga kita yang mampu, orang-orang yang ingin kita dekati demi suatu hubungan yang saling menguntungkan, bukankah begitu? Ini adalah suatu praktek yang sudah umum dijalankan oleh orang dunia. Untuk apa anda mengundang seseorang tertentu? Karena pada umumnya setiap orang ingin membangun suatu hubungan yang baik dengan orang itu dan berharap dapat memperoleh manfaat dari hubungan ini.

Kenyataan yang sering kita jumpai dalam dunia ini adalah:
-  Banyak orang mengundang orang-orang tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat bagi diri sendiri.
- Banyak memberi dengan harapan untuk dapat menuai suatu hasil dari orang yang menerima pemberian itu. Mengapa? Karena perhatian sering hanya tertuju pada urusan kehormatan ataupun keuntungan.

Akan tetapi Tuhan Yesus berkata, "Jika engkau mengejar hasil langsung dari dalam hidup ini dan dari orang-orang di sekitarmu, maka engkau tidak akan memperoleh upah dari Allah." Ajaran Tuhan terasa sulit karena kita tidak berpikir seperti Dia. Cara kita berpikir condong kepada cara pikir dunia. Kita terikat dalam cara pikir dunia. Dalam benak kita, maka tindakan yang pantas dilakukan adalah tindakan yang memberi keuntungan bagi kita. Prinsip yang sering dibangun dalam dunia ini adalah: “Jika saya mengundang seseorang, saya perlu menghitung manfaat apa yang bisa saya dapatkan dengan mengundang orang itu”. Apakah itu keliru? Tentu saja TIDAK. Sebab bukankah demikian seharusnya terjadi dalam hal memberi dan menerima? Namum pemikiran itu walau kelihatan BENAR, akan menjadi berbeda dengan ajaran Firman Tuhan. Yakni cara dan prinsip memberi berbuat kebajikan menurut Tuhan Yesus.

Ibu2 kekasih Kristus
Bagaimana jalan pikiran Tuhan Yesus? Ia memberitahukannya di ayat 13, "Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan," bukan sekadar acara makan bersama akan tetapi suatu perjamuan, pesta makan yang tentunya perlu biaya besar, apa yang harus anda lakukan? Ia berkata, "Undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu." Ingatlah pada ucapan Tuhan Yesus yang tercatat di dalam Kisah 20:35, Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.

Dalam ayat-ayat yang kita bahas hari ini, Tuhan Yesus berkata, "Jika kamu mengundang seseorang, tanyakanlah pada dirimu sendiri, apa yang engkau inginkan? Apakah engkau mengundangnya supaya nanti ia mengundangmu juga sebagai balasannya? Dengan cara berpikir seperti itu, kita sudah mendapatkan upah. Upah untuk kita langsung lunas terbayar. Akan tetapi jika kita melakukan kebaikan kepada orang2 yang tidak mampu membalas kebaikan kita, maka akan muncul suatu ketidakseimbangan. Kita memberi sesuatu dan tidak mendapatkan balasan langsung. Allah adalah Allah yang adil dan Ia akan bertindak untuk mengembalikan keseimbangan itu. Dengan demikian, Allahlah yang akan membalas perbuatan baik yang sudah kita kerjakan itu.

Pertanyaan penting yang perlu direnungkan adalah, Balasan dari siapakah yang kita inginkan? Dari manusia ataukah dari Allah? Saya yakin bahwa semua kita yang hadir saat ini akan lebih memilih menerima balasan dari Allah ketimbang dari manusia, bukan? Akan tetapi kita juga perlu menyadari bahwa untuk dapat melakukannya tentu tidaklah mudah, dan sudah pasti sangat berat.

Dari bacaan Firman Tuhan hari ini, ada beberapa hal yang perlu kita renungkan dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari, yakni:

1.       Apabila kita mengerjakan suatu kebaikan kepada orang lain, apakah motivasi dibalik perbuatan kita ini? Banyak orang melakukan kebaikan agar beroleh kebaikan pula dari orang lain. Itu sungguh manusiawi dan wajar. Namun sebagai orang percaya kita diajarkan bahwa perlu cara pandang ini kita naikkan ke level yang lebih mulia sesuai kemauan Tuhan. Apakah kemauan Tuhan itu?

Kita harus berbuat baik kepada semua orang walaupun kita tahu bahwa kelak nanti kita tidak memperoleh balasan setimpal dari orang itu. Motivasi kebaikan yg kita buat harusnya menjadi kesaksian iman kita, sehingga tidak harus beroleh balasan baik juga dari orang lain. Itulah yang dituntut dari Tuhan untuk kita kerjakan.

2.       Apakah keuntungan dari mengerjakan kebaikan tanpa berharap balasan dari orang lain? Jawabnya adalah Tuhan sendirilah yang akan membalas kebaikan itu. Ini memberikan suatu hal yang lebih sukacita sebab bukan manusia yang membalas kebaikan kita, namun Tuhan sendiri yang turun tangan untuk membalas semua perbuatan mulia itu. Menjadi ibu rumah tangga sekaligus seorang istri dan ibu bagi anak2 tidaklah mudah. Namun justru barangkali seluruh kegiatan itu seakan tidak dihargai. Lelah melayani suami dan anak2 termasuk mengurus rumah tangga seringkali bukan kebaikan yang kita terima sebagai balasan, namun justru beberapa perkataan yang tidak menyenangkan dan jauh dari suatu penghargaan apapun. Mungkin terbersit dalam pikiran kita: “mengapa saya tidak dihargai?”; “Mengapa justru orang lain yang lebih di hormati?” Fatalnya lagi kitapun tanpa sadar menjadikan masalah itu sebagai suatu “hal yang besar” dan memicu perselisihan. Atau berbagai contoh lainnya.
Hari ini Firman Tuhan meneduhkan kita untuk merubah cara pandang atas segala kebaikan yang kita kerjakan. Berbuatlah terus kebaikan, walaupun mungkin tidak mendapatkan balasan. Sebab sesuai Firman Tuhan hari ini, suatu saat nanti Tuhan sendirilah yang akan membalas semua kebaikan yang kita lakukan tanpa pamrih itu. Kerjakanlah semua hal seakan untuk Tuhan dan bukan kepada manusia. Kiranya Tuhan memampukan kita untuk melakukannya. Amin.

2 TIMOTIUS 2:22-26


BAHAN RENUNGAN IBADAH KELUARGA 17 OKTOBER 2012
2 TIMOTIUS 2:22-26

PENDAHULUAN
Filippo Inzaghi adalah seorang striker sepakbola asal Italia. Gaya permainan bolanya tidak secantik Ronaldinho-pemain nasional Brasil. Tubuhnya kecil, kecepatan larinya pun rata-rata. Namun, yang membuatnya istimewa adalah kemampuannya mencari ruang kosong, sehingga setiap serangan yang ia buat menjadi efektif. Tak banyak gaya, tetapi gol tercipta. Itulah yang membuatnya menjadi striker yang tetap diandalkan oleh AC Milan, timnya, meskipun usianya sudah tidak muda lagi. Prinsip ini senada dengan nasihat Paulus kepada Timotius untuk mengajaknya melakukan pelayanan dengan strategi pelayanan yang lebih efektif.

TELAAH PERIKOP
Ayat-ayat yang kita baca adalah nasihat Paulus kepada Timotius yang hendak menjadi hamba Tuhan agar lebih efektif dan kreatif. Apakah yang harus dilakukan oleh Timotius? Ada beberapa pokok yang ditekankan Paulus, yakni:
1.       Utamakan Hal-Hal Yang mulia
Agar pelayanannya berhasil, Timotius diminta untuk tidak mengejar nafsu orang muda (ayat 22), tetapi menyalurkan energi dan waktunya untuk hal-hal yang lebih berguna. Timotius adalah seorang Pelayan yang masih berusia muda. Orang muda biasanya lebih tidak sabar, rapuh, mudah goyah dan gampang tergoda. Itu semua disebut Paulus sebagai nafsu orang muda dan hal itulah yang harus dihindari Timotius. Bagaimana caranya? Timotius dimintakan untuk memikirkan, menginginkan dan melakukan hal-hal yang lebih tinggi dan mulia dari pada ”nafsu orang muda” tersebut.

Yang dimaksud Paulus adalah, sebagai seorang hamba Tuhan, Timotius justru harus lebih mengutamakan keadilan, kesetiaan, kasih dan damai ketika hidup dalam kebersamaan persekutuan dan jemaat. Nampaknya saat surat ini ditulis, Timotius sedang menghadapi orang-orang yang menghambatnya dan sengaja mengacaukan pelayanannya.

2.       Berani Tampil Beda
Biasanya pertengkaran hanya mungkin terjadi jika melibatkan minimal dua orang atau dua kelompok. Pertengkaran muncul akibat hadirnya aksi yang berlebihan yang dibarengi dengan reaksi yang tidak kalah berlebihan pula. Hal inilah yang dimaksud Paulus dalam ayat 23-24 bacaan kita. Adalah lebih bijak menurut Paulus untuk menghindari pertengkaran dari pada berusaha masuk dan terjun dalam arena pertengkaran tersebut.

Timotius dimintakan untuk berani tampil beda dan lebih banyak untuk mengalah. Sebab seorang hamba Tuhan sangat disayangkan jika terlibat dalam pertengkaran dan menghamburkan emosi yang sia-sia itu. Kunci untuk terhindar dari pertengkaran adalah dengan berusaha tetap ramah kepada siapaun termasuk orang yang memusuhinya; dan sabar menghadapi setiap cercaan tersebut.

3.       Membunuh Musuh dengan menjadikannya seorang Saudara
Hal inilah yang ditekankan Paulus kepada Timotius dalam ayat 25-26 ketika ia menghadapi banyak penentang dalam pelayanannya. Daripada menciptakan musuh, Paulus mengajak untuk mengeyahkan musuh-musuh Timotius dengan cara menyadarkan mereka dan menggiring mereka kepada kebenaran sehingga dapat mengubah mereka menjadi sahabat dan saudara dalam iman pada Yesus Kristus.

Bagaimana caranya? Timotius harus memiliki kecakapan mengajar yang mumpuni dan strategi jitu untuk menuntun seorang yang suka melawan dan mencari-cari persoalan itu ke arah pengenalan akan Allah. Timotius harus memberikan kesempatan tiap pribadi untuk bertobat dan mengalami pemulihan iman dan kesembuhan rohani dengan cara memimpin mereka agar sadar dari jalan yang salah itu.  

Aplikasi dan Relevansi
Merawat kuku gajah bukanlah kemewahan, melainkan lebih pada keharusan. Menurut artikel dalam The Kansas City Star, jika kaki gajah-gajah yang ditangkap tidak dirawat secara teratur, mereka akan cenderung terkena infeksi yang dapat berakibat fatal. Akan tetapi, menggunting kuku kaki binatang yang bobotnya bisa mencapai 6 ton itu merupakan pekerjaan berbahaya. Jadi, ada orang yang memunculkan sebuah ide. Ia mengembangkan alat bernama “sirip untuk gajah” yang dapat mempermudah para pawang dalam menenangkan seekor gajah dengan mengaktifkan alat itu di samping gajah. Alat itu tingginya 3,6 meter, beratnya lebih dari 15 ton, dan harganya kurang lebih 900 juta rupiah. Beberapa kebun binatang telah membeli alat yang sangat membantu ini. Kegiatan ini disebut dengan strategi menghadapi masalah dengan resiko yang kecil.

Memerhatikan orang lain juga bisa berisiko. Paulus menjelaskan bahwa menolong orang yang telah menyimpang dari jalan kebenaran juga bisa mengandung bahaya. Namun, Paulus tak menawarkan alat canggih untuk menolong orang-orang yang membahayakan diri mereka sendiri dan orang lain (2 Timotius 2:23,25). Sebaliknya, ia mengingatkan bahwa ketika kita harus memerhatikan pikiran dan perasaan orang lain, kita tak dapat bergantung pada kecerdikan dan otot manusia. Yang sangat kita perlukan adalah hikmat Allah. Pelayan Tuhan tak boleh memicu pertengkaran atau menjadi sombong. Sebaliknya, ia harus lemah lembut dan sabar (ayat 24).

Memadukan kebenaran dan kasih karunia saat menghadapi bahaya, jauh lebih baik daripada sikap melindungi diri sendiri. Sikap ini menggambarkan hati Pribadi yang ingin kita perkenalkan kepada orang-orang yang menyimpang itu

Sekarang coba kita terapkan nasihat ini bagi kita secara pribadi. Adakah kita masih banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang berguna; seperti bertengkar, menggosip, menjelekkan orang lain, dan sebagainya? Waktu yang ada begitu singkat dan tak akan terulang, jadi sudah seharusnya kita menggunakan waktu untuk melakukan hal-hal dan aktivitas yang menyenangkan hati Tuhan. Apalagi Tuhan memberi kita tugas untuk mengajar dan menuntun orang lain (ayat 24,25). Jangan buang waktu lagi, hiduplah efektif bagi Allah! Amin.


GUNAKAN SIKAP BIJAK DAN penuh kasih

SAAT MENYADARKAN KEMBALI ORANG YANG TERSESAT

2 TIMOTIUS 2:22-26

MATERI KHOTBAH PKP 6 MARET 2012
LUKAS 14:12-14

Ibu2 kekasih Kristus
Kisah ini dimulai ketika Tuhan Yesus dan murid-muridnya diundang makan bersama oleh seorang Farisi dalam pesta jamuan yang mewah (14:7-11). Tuhan Yesus melihat dan menyaksikan banyak tamu yang berebutan untuk duduk ditempat terhormat dengan cara mengambil tempat paling depan. Itulah sebabnya Ia mengajar para murid tentang kenyataan ini dan menyampaikan inti pengajarannya di ayat 11 yakni:  barangsiapa meninggikan diri, akan direndakan dan barang siapa merendahkan diri akan ditinggikan. Selesai mengajarkan itu, Tuhan Yesus mengajarkan atau lebih tepat menyarankan sesuatu kepada tuan rumah tentang bagaimana cara mengundang orang ketika membuat pesta.

Inti dari pengajaran Yesus kepada tuan rumah yang mengundangnya adalah: sesungguhnya lebih baik mengundang orang miskin dan terlantar dari pada mengundang orang kaya. Sebab dengan mengundang orang terhormat atapun kaya, mereka pasti membalas kebaikannmu. Namun jika mengundang orang susah dan miskin, mereka sudah pasti tidak mampu membalasnya, Namun Tuhan sendiri yang akan membalas kebaikanmu itu.

Bagaimana memahami ucapan Yesus itu? Sebelumnya marilah kita melihat dan memahami kondisi real zaman Yesus sehubungan dengan status sosial orang2 yang miskin dan susah itu. Di Israel kala itu, orang miskin, orang cacat, orang lumpuh dan orang buta tidak mendapat tunjangan sosial karena masalah tunjangan sosial memang belum terpikirkan oleh pemerintah pada jaman itu. Jadi di tengah-tengah masyarakat jaman itu ada cukup banyak orang miskin yang terlantar.

Mereka umumnya adalah orang-orang cacat yang tidak dapat bekerja, dan dengan demikian tidak memiliki penghasilan. Mereka biasanya bergantung pada sedekah untuk bisa bertahan hidup. Dan Tuhan Yesus, pada jaman itu, berkata, "Undanglah orang-orang miskin." Mengapa? Karena mereka tidak akan mampu untuk balas menjamu kita! Lalu apa keuntungan buat kita dengan mengundang para gelandangan yang tidak akan mampu membalas jamuan saya? Banyak orang berpikir bahwa seharusnya yang kita undang adalah mereka yang mampu untuk balik menjamu kita. Begitulah, cara Allah berpikir bertentangan dengan cara manusia berpikir.

Ini adalah teguran yang jauh lebih sering kita langgar ketimbang kita jalankan, kita mengundang teman-teman, saudara, kerabat atau juga tetangga kita yang mampu, orang-orang yang ingin kita dekati demi suatu hubungan yang saling menguntungkan, bukankah begitu? Ini adalah suatu praktek yang sudah umum dijalankan oleh orang dunia. Untuk apa anda mengundang seseorang tertentu? Karena pada umumnya setiap orang ingin membangun suatu hubungan yang baik dengan orang itu dan berharap dapat memperoleh manfaat dari hubungan ini.

Kenyataan yang sering kita jumpai dalam dunia ini adalah:
-  Banyak orang mengundang orang-orang tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat bagi diri sendiri.
- Banyak memberi dengan harapan untuk dapat menuai suatu hasil dari orang yang menerima pemberian itu. Mengapa? Karena perhatian sering hanya tertuju pada urusan kehormatan ataupun keuntungan.

Akan tetapi Tuhan Yesus berkata, "Jika engkau mengejar hasil langsung dari dalam hidup ini dan dari orang-orang di sekitarmu, maka engkau tidak akan memperoleh upah dari Allah." Ajaran Tuhan terasa sulit karena kita tidak berpikir seperti Dia. Cara kita berpikir condong kepada cara pikir dunia. Kita terikat dalam cara pikir dunia. Dalam benak kita, maka tindakan yang pantas dilakukan adalah tindakan yang memberi keuntungan bagi kita. Prinsip yang sering dibangun dalam dunia ini adalah: “Jika saya mengundang seseorang, saya perlu menghitung manfaat apa yang bisa saya dapatkan dengan mengundang orang itu”. Apakah itu keliru? Tentu saja TIDAK. Sebab bukankah demikian seharusnya terjadi dalam hal memberi dan menerima? Namum pemikiran itu walau kelihatan BENAR, akan menjadi berbeda dengan ajaran Firman Tuhan. Yakni cara dan prinsip memberi berbuat kebajikan menurut Tuhan Yesus.

Ibu2 kekasih Kristus
Bagaimana jalan pikiran Tuhan Yesus? Ia memberitahukannya di ayat 13, "Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan," bukan sekadar acara makan bersama akan tetapi suatu perjamuan, pesta makan yang tentunya perlu biaya besar, apa yang harus anda lakukan? Ia berkata, "Undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu." Ingatlah pada ucapan Tuhan Yesus yang tercatat di dalam Kisah 20:35, Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.

Dalam ayat-ayat yang kita bahas hari ini, Tuhan Yesus berkata, "Jika kamu mengundang seseorang, tanyakanlah pada dirimu sendiri, apa yang engkau inginkan? Apakah engkau mengundangnya supaya nanti ia mengundangmu juga sebagai balasannya? Dengan cara berpikir seperti itu, kita sudah mendapatkan upah. Upah untuk kita langsung lunas terbayar. Akan tetapi jika kita melakukan kebaikan kepada orang2 yang tidak mampu membalas kebaikan kita, maka akan muncul suatu ketidakseimbangan. Kita memberi sesuatu dan tidak mendapatkan balasan langsung. Allah adalah Allah yang adil dan Ia akan bertindak untuk mengembalikan keseimbangan itu. Dengan demikian, Allahlah yang akan membalas perbuatan baik yang sudah kita kerjakan itu.

Pertanyaan penting yang perlu direnungkan adalah, Balasan dari siapakah yang kita inginkan? Dari manusia ataukah dari Allah? Saya yakin bahwa semua kita yang hadir saat ini akan lebih memilih menerima balasan dari Allah ketimbang dari manusia, bukan? Akan tetapi kita juga perlu menyadari bahwa untuk dapat melakukannya tentu tidaklah mudah, dan sudah pasti sangat berat.

Dari bacaan Firman Tuhan hari ini, ada beberapa hal yang perlu kita renungkan dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari, yakni:

1.       Apabila kita mengerjakan suatu kebaikan kepada orang lain, apakah motivasi dibalik perbuatan kita ini? Banyak orang melakukan kebaikan agar beroleh kebaikan pula dari orang lain. Itu sungguh manusiawi dan wajar. Namun sebagai orang percaya kita diajarkan bahwa perlu cara pandang ini kita naikkan ke level yang lebih mulia sesuai kemauan Tuhan. Apakah kemauan Tuhan itu?

Kita harus berbuat baik kepada semua orang walaupun kita tahu bahwa kelak nanti kita tidak memperoleh balasan setimpal dari orang itu. Motivasi kebaikan yg kita buat harusnya menjadi kesaksian iman kita, sehingga tidak harus beroleh balasan baik juga dari orang lain. Itulah yang dituntut dari Tuhan untuk kita kerjakan.

2.       Apakah keuntungan dari mengerjakan kebaikan tanpa berharap balasan dari orang lain? Jawabnya adalah Tuhan sendirilah yang akan membalas kebaikan itu. Ini memberikan suatu hal yang lebih sukacita sebab bukan manusia yang membalas kebaikan kita, namun Tuhan sendiri yang turun tangan untuk membalas semua perbuatan mulia itu. Menjadi ibu rumah tangga sekaligus seorang istri dan ibu bagi anak2 tidaklah mudah. Namun justru barangkali seluruh kegiatan itu seakan tidak dihargai. Lelah melayani suami dan anak2 termasuk mengurus rumah tangga seringkali bukan kebaikan yang kita terima sebagai balasan, namun justru beberapa perkataan yang tidak menyenangkan dan jauh dari suatu penghargaan apapun. Mungkin terbersit dalam pikiran kita: “mengapa saya tidak dihargai?”; “Mengapa justru orang lain yang lebih di hormati?” Fatalnya lagi kitapun tanpa sadar menjadikan masalah itu sebagai suatu “hal yang besar” dan memicu perselisihan. Atau berbagai contoh lainnya.
Hari ini Firman Tuhan meneduhkan kita untuk merubah cara pandang atas segala kebaikan yang kita kerjakan. Berbuatlah terus kebaikan, walaupun mungkin tidak mendapatkan balasan. Sebab sesuai Firman Tuhan hari ini, suatu saat nanti Tuhan sendirilah yang akan membalas semua kebaikan yang kita lakukan tanpa pamrih itu. Kerjakanlah semua hal seakan untuk Tuhan dan bukan kepada manusia. Kiranya Tuhan memampukan kita untuk melakukannya. Amin.

2 TIMOTIUS 2:22-26


BAHAN RENUNGAN IBADAH KELUARGA 17 OKTOBER 2012
2 TIMOTIUS 2:22-26

PENDAHULUAN
Filippo Inzaghi adalah seorang striker sepakbola asal Italia. Gaya permainan bolanya tidak secantik Ronaldinho-pemain nasional Brasil. Tubuhnya kecil, kecepatan larinya pun rata-rata. Namun, yang membuatnya istimewa adalah kemampuannya mencari ruang kosong, sehingga setiap serangan yang ia buat menjadi efektif. Tak banyak gaya, tetapi gol tercipta. Itulah yang membuatnya menjadi striker yang tetap diandalkan oleh AC Milan, timnya, meskipun usianya sudah tidak muda lagi. Prinsip ini senada dengan nasihat Paulus kepada Timotius untuk mengajaknya melakukan pelayanan dengan strategi pelayanan yang lebih efektif.

TELAAH PERIKOP
Ayat-ayat yang kita baca adalah nasihat Paulus kepada Timotius yang hendak menjadi hamba Tuhan agar lebih efektif dan kreatif. Apakah yang harus dilakukan oleh Timotius? Ada beberapa pokok yang ditekankan Paulus, yakni:
1.       Utamakan Hal-Hal Yang mulia
Agar pelayanannya berhasil, Timotius diminta untuk tidak mengejar nafsu orang muda (ayat 22), tetapi menyalurkan energi dan waktunya untuk hal-hal yang lebih berguna. Timotius adalah seorang Pelayan yang masih berusia muda. Orang muda biasanya lebih tidak sabar, rapuh, mudah goyah dan gampang tergoda. Itu semua disebut Paulus sebagai nafsu orang muda dan hal itulah yang harus dihindari Timotius. Bagaimana caranya? Timotius dimintakan untuk memikirkan, menginginkan dan melakukan hal-hal yang lebih tinggi dan mulia dari pada ”nafsu orang muda” tersebut.

Yang dimaksud Paulus adalah, sebagai seorang hamba Tuhan, Timotius justru harus lebih mengutamakan keadilan, kesetiaan, kasih dan damai ketika hidup dalam kebersamaan persekutuan dan jemaat. Nampaknya saat surat ini ditulis, Timotius sedang menghadapi orang-orang yang menghambatnya dan sengaja mengacaukan pelayanannya.

2.       Berani Tampil Beda
Biasanya pertengkaran hanya mungkin terjadi jika melibatkan minimal dua orang atau dua kelompok. Pertengkaran muncul akibat hadirnya aksi yang berlebihan yang dibarengi dengan reaksi yang tidak kalah berlebihan pula. Hal inilah yang dimaksud Paulus dalam ayat 23-24 bacaan kita. Adalah lebih bijak menurut Paulus untuk menghindari pertengkaran dari pada berusaha masuk dan terjun dalam arena pertengkaran tersebut.

Timotius dimintakan untuk berani tampil beda dan lebih banyak untuk mengalah. Sebab seorang hamba Tuhan sangat disayangkan jika terlibat dalam pertengkaran dan menghamburkan emosi yang sia-sia itu. Kunci untuk terhindar dari pertengkaran adalah dengan berusaha tetap ramah kepada siapaun termasuk orang yang memusuhinya; dan sabar menghadapi setiap cercaan tersebut.

3.       Membunuh Musuh dengan menjadikannya seorang Saudara
Hal inilah yang ditekankan Paulus kepada Timotius dalam ayat 25-26 ketika ia menghadapi banyak penentang dalam pelayanannya. Daripada menciptakan musuh, Paulus mengajak untuk mengeyahkan musuh-musuh Timotius dengan cara menyadarkan mereka dan menggiring mereka kepada kebenaran sehingga dapat mengubah mereka menjadi sahabat dan saudara dalam iman pada Yesus Kristus.

Bagaimana caranya? Timotius harus memiliki kecakapan mengajar yang mumpuni dan strategi jitu untuk menuntun seorang yang suka melawan dan mencari-cari persoalan itu ke arah pengenalan akan Allah. Timotius harus memberikan kesempatan tiap pribadi untuk bertobat dan mengalami pemulihan iman dan kesembuhan rohani dengan cara memimpin mereka agar sadar dari jalan yang salah itu.  

Aplikasi dan Relevansi
Merawat kuku gajah bukanlah kemewahan, melainkan lebih pada keharusan. Menurut artikel dalam The Kansas City Star, jika kaki gajah-gajah yang ditangkap tidak dirawat secara teratur, mereka akan cenderung terkena infeksi yang dapat berakibat fatal. Akan tetapi, menggunting kuku kaki binatang yang bobotnya bisa mencapai 6 ton itu merupakan pekerjaan berbahaya. Jadi, ada orang yang memunculkan sebuah ide. Ia mengembangkan alat bernama “sirip untuk gajah” yang dapat mempermudah para pawang dalam menenangkan seekor gajah dengan mengaktifkan alat itu di samping gajah. Alat itu tingginya 3,6 meter, beratnya lebih dari 15 ton, dan harganya kurang lebih 900 juta rupiah. Beberapa kebun binatang telah membeli alat yang sangat membantu ini. Kegiatan ini disebut dengan strategi menghadapi masalah dengan resiko yang kecil.

Memerhatikan orang lain juga bisa berisiko. Paulus menjelaskan bahwa menolong orang yang telah menyimpang dari jalan kebenaran juga bisa mengandung bahaya. Namun, Paulus tak menawarkan alat canggih untuk menolong orang-orang yang membahayakan diri mereka sendiri dan orang lain (2 Timotius 2:23,25). Sebaliknya, ia mengingatkan bahwa ketika kita harus memerhatikan pikiran dan perasaan orang lain, kita tak dapat bergantung pada kecerdikan dan otot manusia. Yang sangat kita perlukan adalah hikmat Allah. Pelayan Tuhan tak boleh memicu pertengkaran atau menjadi sombong. Sebaliknya, ia harus lemah lembut dan sabar (ayat 24).

Memadukan kebenaran dan kasih karunia saat menghadapi bahaya, jauh lebih baik daripada sikap melindungi diri sendiri. Sikap ini menggambarkan hati Pribadi yang ingin kita perkenalkan kepada orang-orang yang menyimpang itu

Sekarang coba kita terapkan nasihat ini bagi kita secara pribadi. Adakah kita masih banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang berguna; seperti bertengkar, menggosip, menjelekkan orang lain, dan sebagainya? Waktu yang ada begitu singkat dan tak akan terulang, jadi sudah seharusnya kita menggunakan waktu untuk melakukan hal-hal dan aktivitas yang menyenangkan hati Tuhan. Apalagi Tuhan memberi kita tugas untuk mengajar dan menuntun orang lain (ayat 24,25). Jangan buang waktu lagi, hiduplah efektif bagi Allah! Amin.


GUNAKAN SIKAP BIJAK DAN penuh kasih

SAAT MENYADARKAN KEMBALI ORANG YANG TERSESAT

 PETUNJUK PELAKSANAAN
PENGADAAN PENGURUS PELAYANAN KATEGORIAL,
PELAYAN PELAYANAN ANAK DAN PELAYAN PERSEKUTUAN TERUNA
PERIODE MAJELIS JEMAAT TAHUN 2012 SAMPAI DENGAN 2017


A.       Pengertian

1.       Pengadaan yang dimaksud pada Petunjuk Pelaksanaan ini, adalah :
a.       proses terbentuknya Pengurus Pelkat, Pelayan PA & Pelayan PT hingga selesai diteguhkan untuk lingkup jemaat; dan
b.       proses terbentuknya Koordinator Pelaksana Program masing-masing Pelkat yang selanjutnya disebut sebagai Koordinator Wilayah Pelkat sesuai kategori atau disingkat menjadi Korwil hingga selesai diperkenalkan untuk lingkup Mupel.

2.       Unit Misioner adalah wadah pembinaan dan pelaksana misi GPIB dalam rangka pembangunan Jemaat secara berkesinambungan yang terdiri dari :
a.       Pelkat (Pelayanan Kategorial)
b.       Komisi
c.        Panitia
d.       Kelompok Kerja
e.       Musyawarah Pelayanan (Mupel)
f.         Kelompok Fungsional – Profesional (KFP)
g.       Unit –unit Usaha Milik Gereja (UUMG)
h.       Yayasan
i.         Departemen
j.         Unit Pembinaan dan Pemberdayaan Masyarakat (UP2M)
k.        Sesuai kebutuhan

3.       Pelkat adalah Unit Misioner GPIB sebagai  wadah pembinaan dan pemberdayaan warga gereja dalam keluarga & masyarakat sesuai kategori agar para anggotanya berperan aktif dalam pengembangan panggilan & pengutusan gereja secara utuh & berkesinambungan dan sebagai pelaksana misi gereja, kepada:
a.       Anak-anak disebut  Pelayanan Anak disingkat PA;
b.       Teruna disebut Persekutuan Teruna disingkat PT;
c.        Pemuda disebut Gerakan Pemuda disingkat GP;
d.       Kaum ibu disebut Persekutuan Kaum Perempuan disingkat PKP;
e.       Kaum bapak disebut Persekutuan Kaum Bapak disingkat PKB;
f.         Kaum lanjut usia disebut Persekutuan Kaum Lanjut Usia disingkat PKLU.

4.       Pengurus Pelkat adalah mereka yang telah melalui semua proses Pengadaan seperti dimaksud pada nomor 1.a huruf A di atas.

5.       Koordinator Wilayah Pelkat sesuai kategori adalah salah satu Badan Pembantu dan Alat Pelaksana dari Badan Pelaksana Mupel sesuai kategori Pelkat yang telah melalui semua proses pengadaan seperti dimaksud bagian Huruf A ini pada nomor 1.a sebagai Pengurus dan 1.b di atas.

6.       Fungsi dan Tugas Pengurus Pelkat sebagai Unit Misioner :
a.       Melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan warga gereja secara spesifik sesuai kategori
b.       Memikirkan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program pembinaan, pelayanan dan kesaksian warga gereja di lingkup Jemaat  / Mupel
c.        Menjadwalkan pembinaan secara periodik  bekerjasama dengan Komisi PPSDI
d.       Mengatur kegiatan melalui koordinasi antar pengurus Pelkat dan Majelis Jemaat
e.       Menyusun program kerja dan anggaran tahunan
f.         Menentukan Koordinator Pelkat secara bergilir untuk melaksanakan kegiatan terpadu

7.       Pemilih adalah mereka yang disebutkan di dalam Pasal 2 Keanggotaan Peraturan Nomor 15 Tentang Pelayanan Kategorial GPIB (khusus PA dan PT adalah pengurus dan pelayan masing-masing PA & PT).


B.      Masa Tugas

1.       Masa tugas Pengurus Pelkat ditetapkan sesuai dengan masa tugas Pelaksana Harian Majelis Jemaat di lingkup Jemaat (2,5 tahun).
2.       Masa tugas pelayan PA dan Pelayan PT  ditetapkan sesuai sesuai dengan masa tugas Majelis Jemaat.
3.       Masa tugas Koordinator Pelaksana Program masing-masing Pelkat disesuaikan dengan Badan Pelaksana Mupel selama masa tugas Majelis Jemaat 2012 – 2017.
4.       Pengadaan pelayan PA dan pelayan PT dapat dilaksanakan setiap tahun sesuai kebutuhan.


C.      Fungsi  Petunjuk Pelaksanaan

1.       Memberikan pedoman bagi Jemaat dalam melakukan proses pengadaan Pengurus Pelkat, Palayan PA dan Pelayan PT di lingkup jemaat.
2.       Memberikan pedoman bagi Mupel dalam melakukan proses pengadaan Koordinator Wilayah sesuai kategori di lingkup Mupel.


D.      Persyaratan Kualitatif
Calon Pengurus Pelkat hendaknya memiliki kemampuan dan semangat membina / memperlengkapi warga gereja sesuai kategori bagi pekerjaan pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus (Efesus 4 : 11-12), agar warga gereja dapat melaksanakan Panggilan dan Pengutusan Gereja.

1.       Tidak angkuh / serakah, bukan pemabuk / pemarah / pemfitnah,
2.       Menjadi teladan,
3.       Bersikap baik, bijak, adil dan saleh,       
4.       Dapat menguasai diri,
5.       Mampu menasihati orang lain (Titus 1:6-9, I Timotius 3:8-13),
6.       Mampu menjaga kewibawan dan rahasia pelayanan,
7.       Tidak berada dalam Penggembalaan khusus oleh Majelis Jemaat,
8.       Memiliki semangat pengabdian yang tinggi, setia dan taat dalam penatalayanan GPIB serta senantiasa menjaga kemurnian ajaran gereja dalam kesetiaan kepada Tuhan Yesus Kristus,
9.       Memiliki wawasan Oikumenis dan Kemasyarakatan yang cukup serta sikap dan kemauan bekerjasama yang positif dan konstruktif,
10.    Mampu melaksanakan Panggilan dan Pengutusan Gereja secara bertanggungjawab.
11.    Sehat Jasmani dan Mental.


E.       Persyaratan Administratif

 

1.       Tentang tempat tinggal, yaitu :
a.       Bertempat tinggal di wilayah pelayanan Jemaat setempat.
b.       Khusus bagi Jemaat dalam kondisi tertentu (kekurangan sumber daya insani), Majelis Jemaat dapat mengambil kebijakan dalam hal pengadaan Pengurus Pelkat, Pelayan PA dan Pelayan PT.
2.       Sekurang-kurangnya sudah 1 (satu) tahun menjadi anggota Sidi Jemaat.
3.       Terdaftar dalam jemaat sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan pada saat pemilihan.
4.       Wajib menunjukkan Surat Sidi Gereja.
5.       Jika sudah menikah wajib menunjukkan Surat Nikah Gereja dan Surat Nikah Catatan Sipil.
6.       Sekurang-kurangnya berijazah Sekolah Menengah Umum / sederajat, kecuali di jemaat tertentu dapat lebih rendah (misalnya : wilayah-wilayah Pelkes, Jemaat Pemekaran Pelkes atau dalam kondisi keterbatasan sumber daya dan atas pertimbangan dari Majelis Jemaat).
7.       Bukan Isteri atau Suami Pendeta yang ditempatkan di jemaat setempat kecuali Janda / Duda Pendeta.
8.       Bukan Pegawai atau Tenaga Honorer GPIB di jemaat yang bersangkutan.
9.       Mengikuti semua materi pembinaan bagi Pengurus Pelkat dan Pelayan PA/PT terpilih.
10.    Pelayan PA dan Pelayan PT adalah Warga Sidi Jemaat.
11.    Khusus Pelayan PT berusia minimal 5 (lima) tahun di atas anak layan (diatas 17 tahun).
12.    Menandatangani Surat Pernyataan Kesediaan dan Loyalitas.
13.    Pengurus Pelkat hanya diperkenankan menjabat 2 (dua) periode berturut-turut dalam rangka proses kaderisasi.


Persyaratan Ketua PELKAT
1.       Pernah menjadi pengurus salah satu pelkat dan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan pelkat di jemaat.
2.       Khusus untuk Pelkat PKLU dikecualikan dari persyaratan butir 1 dan berusia minimal 60 tahun.
3.    Memiliki wawasan kepemimpinan missioner dan kemampuan managerial.
4.    Mampu memahami dan menerjemahkan PKUPPG GPIB ke dalam program kerja dan tindakan nyata.


F.       Organisasi Kepengurusan di Lingkup Jemaat

1.    Setiap Pelkat sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang yaitu masing – masing sebagai Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
2.    Apabila dibutuhkan, maka pengembangan organisasi kepengurusan masing-masing Pelkat dapat menjadi :
·         Ketua
·         Wakil Ketua
·         Sekretaris
·         Wakil Sekretaris
·         Bendahara
·         Koordinator Bidang
-         PA : Spiritual dan Sosial.
-         PT : Spiritual, Sosial dan Kreatif
-         GP : Spiritual, Sosial dan Pengkaderan
-         PKP : Kegerejaan, Kekeluargaan, Kewirausahaan, Kemasyarakatan
-         PKB : Kegerejaan, Kekeluargaan, Kewirausahaan, Kemasyarakatan
-         PKLU : Spiritual, Relasi Sosis-Emosional.
·         Koordinator Sektor
3.    Selain dari pada angka 2 di atas, Jemaat dapat melakukan penyesuaian organisasi kepengurusan masing-masing Pelkat sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan Jemaat khususnya Pelkat yang bersangkutan.


G.      Mekanisme dan Jadwal Pengadaan di Lingkup Jemaat

Prosedur Pemilihan :
1.       Penanggungjawab pemilihan adalah Majelis Jemaat dalam hal ini Ketua III PHMJ.
2.       Majelis Jemaat berkoordinasi dengan Pengurus Pelkat untuk menunjuk dan menetapkan pelaksana pemilihan / panitia yang terdiri dari unsur Pengurus Pelkat yang tidak dapat dipilih kembali, Diaken dan Penatua berikut dengan tugas dan tanggung jawabnya.
3.       Pelaksana pemilihan / panitia tidak dapat memilih dan dipilih.
4.       Pemilihan dapat dilakukan dengan cara :
a.    Pertemuan anggota Pelkat yang bersangkutan mulai dari masing-masing sektor pelayanan jemaat untuk memilih bakal calon, yang kemudian akan dipilih kembali sebagai calon pengurus secara terpusat,
b.    Apabila point (a.) di atas sudah dilaksanakan tetapi belum menghasilkan pengurus, maka pelaksana pemilihan bersama Majelis Jemaat mengadakan pendekatan kepada masing-masing anggota Pelkat  yang potensial untuk dicalonkan sebagai pengurus,
c.     Khusus PA dan PT, calon pengurus dipilih diantara para Pelayan.


Pelaksanaan Pemilihan adalah sebagai berikut :
1.       Pemilihan dilakukan dengan diawali kebaktian dan pengarahan tentang pelaksanaan pemilihan oleh Majelis Jemaat,
2.       Pemilihan dilakukan dalam  3 tahap :
a.    Tahap kesediaan calon,
b.    Tahap pencalonan,
c.     Tahap pemilihan,
3.       Pada pemilihan dengan cara pertemuan anggota Pelkat yang bersangkutan, maka :
a.    Pertemuan memilih bakal calon pengurus dari setiap sektor,
b.    Dari hasil pemilihan point 3.a., dipilih Calon Pengurus sesuai struktur yang telah ditetapkan,
c.     Hasil pemilihan point 3.b, disampaikan kepada Majelis Jemaat untuk ditetapkan,
4.       Nama-nama calon Pengurus Pelkat terpilih, Pelayan PA dan Pelayan PT diumumkan di Warta Jemaat selama 2 (dua) minggu berturut-turut.


H.      Pembinaan

Semua calon Pengurus Pelkat, Pelayan PA dan Pelayan PT terpilih wajib mengikuti pembinaan sebelum diteguhkan. Ada 6 materi bina yang akan dikirim tersendiri untuk dipakai dalam pembinaan.

Materi Bina :
Ada 6 materi bina yang akan dikirim tersendiri untuk dipakai dalam pembinaan.

Tenaga Bina
1.       Majelis Sinode
2.       Dewan Pelkat
3.       Tenaga Bina yang ada di jemaat / mupel setempat (pendeta, penatua, diaken) termasuk di dalamnya para Tenaga Bina GP GPIB pada wilayah setempat, sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, dengan menggunakan materi bina di atas dan dipelajari terlebih dahulu.


I.         Peneguhan

1.       Peneguhan Pengurus Pelkat terpilih, Pelayan PA dan Pelayan PT dilakukan dalam salah satu Ibadah Minggu Jemaat.
2.       Pelaksanaan peneguhan selambat-lambatnya akhir Februari 2013.
3.       Setelah diteguhkan, Pengurus hendaknya terus membekali diri dengan mengikuti pembinaan-pembinaan di kategorinya masing-masing.


J.       Koordinator Wilayah Mupel
1.       BP Mupel mengangkat Korwil Pelkat sesuai kategori guna menunjang kegiatan kebersamaan di tingkat wilayah.
2.       Korwil Pelkat sesuai kategori diperkenalkan di dalam Ibadah Minggu di salah satu jemaat dalam wilayah Mupel.


K.      Pergantian Antar Waktu

Apabila ada Pengurus Pelkat tidak aktif 6 (enam) bulan secara berturut-turut tanpa alasan yang dapat diterima, Pengurus Pelkat yang bersangkutan dapat memberitahukan Majelis Jemaat untuk mengadakan pendekatan khusus dan melakukan pergantian antar waktu dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku.


L.       Penutup

1.       Petunjuk Pelaksanaan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
2.       Dengan ditetapkannya Petunjuk Pelaksanaan ini, maka semua Petunjuk Pelaksanaan mengenai Pengadaan Pengurus Pelkat, Pelayan PA dan Pelayan PT sebelumnya tidak berlaku lagi.

Ditetapkan di        : Jakarta
Pada tanggal        : 9 Oktober 2012
------------------------------------------------
                                                     MAJELIS SINODE GPIB


Pendeta Rudy I. Ririhena                                                  Penatua Johan Tumanduk
Ketua III                                                                                 Sekretaris II