Thursday, August 8, 2019

GALATIA 5:1-12


GALATIA 5:1-12
CITRA MANUSIA MERDEKA
Khotbah Ibadah Hari Minggu
Minggu, 11 Agustus 2019

Oleh: Pdt. Frilliany Putiray, M.Si (Teol)

PENDAHULUAN
Surat Galatia merupakan surat yang ditulis oleh Paulus untuk meyakinkan jemaat di Galatia bahwa ia benar adalah rasul Yesus Kristus. Tetapi pertama-tama surat ini ditulis untuk memberikan pandangan yang benar tentang kebenaran Injil yang diberitakan Paulus, terkait kontroversi/ perdebatan/ pertentangan di tengah jemaat akibat pengajaran sesat. Sebelumnya Paulus telah mengunjungi jemaat ini dan memberitakan Injil Kristus kepada mereka. Namun dengan segera ketika Paulus pergi dari situ, mereka berbalik kepada injil lain yang diberitakan untuk mengacaukan iman kepada Kristus yang telah terbentuk dalam persekutuan (1:7).

Paulus menyebut pemberita palsu dengan sebutan pengacau. Pengacau itu menekankan bahwa kaum beriman yang bukan Yahudi, seperti orang-orang Galatia, harus menjalankan upacara-upacara Yahudi, termasuk sunat. Dengan pengetahuannya tentang Taurat, Paulus mempertahankan pandangannya bahwa menaati hukum Taurat tidak membawa seseorang lebih dekat kepada Allah. Apa yang membuat seseorang menjadi anak Allah adalah imannya akan Yesus Kristus (3:11). Bagi Paulus, hukum Taurat adalah penuntun bagi orang percaya sampai Kristus datang, supaya kemudian dibenarkan oleh karena iman (3:24).



TELAAH PERIKOP
Ada beberapa hal yang akan diperhatikan dari bacaan ini.
Pertama, keselamatan merupakan anugerah yang diberikan berdasarkan kemurahan Allah, sepenuhnya bergantung pada iman akan Yesus Kristus. Keselamatan di dalam Kristus itu yang kemudian memerdekakan orang percaya dan memberikan bagi mereka kebebasan dari beban perbudakan. Ini adalah kemerdekaan berdasarkan penebusan karena anugerah, yang harus diperhadapkan dengan keadaan manusia, seperti orang Yahudi pada zaman Paulus, yang terikat dengan upacara-upacara agamawi. Dengan kata lain, anugerah kebebasan menjadi mungkin hanya karena Kristus telah membayar dosa manusia dan Roh Kudus memimpin orang percaya keluar dari perhambaan dosa itu.

Kedua, pokok persoalan ialah sunat. Bacaan ini menegaskan pandangan Paulus bahwa bukan perbuatan melakukan Taurat (sunat) yang akan menyelamatkan seseorang, melainkan iman kepada Allah di dalam Yesus Kristus (2:16). Dalam Roma 4:11, Paulus mengatakan bahwa tanda sunat diterima oleh Abraham sebagai meterai kebenaran berdasarkan iman yang ia tunjukkan. Berarti bahwa karena sikap ketaatan iman Abraham kepada Allahlah maka diperhitungkanNya itu sebagai kebenaran. Sunat kemudian dipakai Allah sebagai meterai/cap/segel untuk mensahkan iman Abraham kepadaNya. Jelaslah bahwa iman kepada Allah yang membenarkan perilaku Abraham, bukan sunat. Keselamatan hanya datang dari Kristus, bukan dari Kristus + Taurat. “Jikalau kamu menyunatkan diri,” nampak bahwa ternyata mereka belum melakukan sunat.

Paulus menegaskan bahwa tindakan itu berarti seseorang membuat dirinya sekali lagi berada di bawah seluruh hukum Taurat, karenanya siapa Kristus dan apa yang dilakukanNya, sama sekali tidak akan berguna bagi orang itu. Dengan penyerahan diri di bawah Taurat, dan keinginan untuk dibenarkan karena melakukan Taurat, orang tersebut pada prinsip dan kenyataannya memisahkan diri dari lingkungan kaish karunia dan dari kesetiaan iman dalam Yesus Kristus (Roma 5:2).

Ketiga, karena sunat dipakai hanya sebagai sarana untuk mensahkan tindakan iman yang dipandang Allah sebagai kebenaran, maka hal yang penting sebenarnya bukan sunat atau tidak disunat, melainkan iman yang bekerja oleh kasih (agape: kesedian memberi diri). Tindakan imani yang dinyatakan melalui kasih ini diulang oleh Paulus tiga kali, ayat 6, 13, 14. Betapa menegaskan bagi orang percaya di Galatia bahwa iman kepada Allah dalam Yesus Kristus perlu dinyatakan lewat tindakan kasih yang nyata kepada sesama. Dalam tindakan seseorang mengasihi sesamanyalah, maka nampak imannya kepada Kristus. Bagi Paulus, prinsip pengontrol hidup ialah iman terungkap dalam kasih, sebagaimana halnya dalam hidup Kristus. Hakikat dari kekristenan bukanlah legalisme, melainkan hubungan pribadi dengan Yesus Kristus yang dicirikan oleh kasih.

Paulus menyadari bahwa ajakan untuk tunduk kepada Taurat bukanlah berasal dari Allah yang telah memanggil mereka. Paulus yakin, jemaat Galatia akan memperhatikan apa yang dia katakan, dan akan tetap berada dalam kasih karunia Yesus Kristus. Pengacau yang mengganggu ketenangan kepercayaan mereka pun akan menderita, menanggung hukuman yang setimpal dengan perbuatannya itu. Menyikapi kenyataan ini, Paulus mengingatkan jemaat Galatia bahwa mereka adalah orang-orang merdeka yang telah dimerdekakan oleh Kristus dari legalitas peraturan-peraturan agamawi. Eleutheroo atau merdeka adalah istilah yang dipakai oleh Paulus yang berarti jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan! Perhambaan dimaksud adalah bukan saja hamba dosa, tetapi juga berbagai aturan lama keyahudian yang begitu mengikat. Mengapa? Karena dalam persekutuan dengan Kristus, ada kemerdekaan.

Penggunaan kemerdekaan iman ini harus nyata dalam sikap kasih terhadap sesama, dan bukan menjadi kesempatan untuk hidup di dalam dosa. Jemaat Galatia dinasihati untuk berdiri teguh pada kebenaran yang telah mereka terima yaitu Injil Yesus Kristus. Kemudian saling mendukung dalam kehidupan persekutuan, saling menguatkan dalam iman kepada Kristus (ay.15).

RELEVANSI
Silakan uraikan relevansi bahan khotbah ini dalam kehidupan sehari-hari.

No comments:

Post a Comment