Monday, February 4, 2013

MATERI KHOTBAH IBADAH RABU 06 FEBRUARI 2013

YOHANES 1:43-51

Jemaat TUHAN
Sebuah kata bijak mengatakan: “Jangan menilai buku dari sampulnya”. Kalimat ini adalah suatu nasehat untuk mengajak setiap orang agar menilai sesuatu haruslah objektif dan tidak terburu-buru. Penilaian kepada seseorang jangan hanya berdasarkan tampilan luarnya saja, namun harus mengenal nya lebih dalam. Sebab penilaian yang terburu-buru akan mengakibatkan salah sangka yang berakhir pada penyesalan diri.

Hal inilah yang dialami oleh Natanael ketika ia diajak oleh Filipus untuk berjumpa dengan Yesus dari Nasaret sebagai Mesias. Natanael terlalu berburuk sangka soal Nazaret kota asal Yesus. Sehingga karena alasan itulah ia hampir menolak mengalami perjumpaan dengan Yesus.

Jemaat TUHAN
Kisah ini menarik untuk direnungkan, karena ada beberapa hal penting yang dapat menjadi cermin bagi hidup kita. Yohanes 1:43-51 adalah lanjutan dari proses pemilihan murid-murid Yesus yang pertama yaitu Andreas dan Petrus. Kemudian Yesus berangkat ke Galilea dan bertemu dengan Filipus dan berkata kepadanya: ”ikutlah Aku” (ay.43-44). Panggilan kepada Filipus disampaikan Yesus secara mendadak ketika itu. Dalam hal ini, Yesus menyatakan kekuasaan dan kedaulatanNya memilih para murid-muridNya. Seperti halnya perintah Yesus dalam Yohanes 15:16, ”Bukan kamu yang memilih Aku, Tetapi Akulah yang memilih kamu”.

Dengan demikian gereja sebagai orang percaya, hendaknya menghargai dan bertanggungjawab dalam tugas dan pekerjaannya dalam mewujud-nyatakan kasih dan keselamatan Allah di dunia ini. Band. 1Koritus 9:16-17 “Memberitakan injil adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan injil….pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang di tanggungkan kepadaku.”

Dari proses pemilihan ini juga kita di ingatkan bahwa Yesus memilih muridNya bukan berdasarkan kelebihan tapi berdasarkan kemauan, dan ketaatan para murid dalam mengikut Yesus (Band.Kel.4:10-13= Musa tidak pandai bicara, berat mulut dan berat lidah), (Yes.6:5= Aku ini seorang yang najis bibir), Yer.1:6= Tak pandai bicara dan masih muda. Filipus adaalah contoh pribadi ini. Ia tidak menolak atau mempertanyakan panggilan Yesus terhadap dirinya. Ia patuh dan taat serta bahkan segera merespon pergi mengikut Yesus

Selanjutnya dalam ay.45-48, Setelah Filipus bertemu dengan Yesus, ia menemui Natanael dan menceritakan tentang Yesus adalah anak Jusup dari Nasaret. Kemudian Natanael mengatakan;” mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret”? Pertanyaan Natanael, menunjukkan keraguan atau ketidak percayaannya oleh karna status tempat tinggal dan keluarga yang dipandang rendah dan tidak terhormat. Mengenal seseorang tentu melalui proses, mempercayai membutuhkan tanda bukti yang jelas dari perkatan, sikap dan perbuatan yang baik. Percaya kepada Yesus harus dengan dasar iman dan pengharapan yang teguh. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Filipus mempertemukan Natanael dengan Yesus, pertemuan dengan Yesus merubah keraguan menjadi kepastian dan pertumbuhan iman yang kuat. Tanpa berjumpa dengan Yesus, orang akan gagal mengenalnya lebih dalam. Alami perjumpaan dengan Yesus adalah hal penting yang tak dapat diabaikan.

Jemaat TUHAN
Pada Ay.49-51, Pengakuan iman Natanael menumbuhkan ketaatannya untuk menerima dan mengikut Yesus, sebagai murid. Sukacita dan hidup yang kekal bagi orang yang percaya kepada Yesus Anak Allah (1 YOH.5:11-12). Janji bahwa Natanael akan melihat kuasa Anak Allah diberikan oleh Yesus baginya. Satu hal yang menarik adalah bahwa Tuhan Yesus tidak menganggap Natanael sebagai seorang yang tidak peka atau buta secara rohaniah. Justru Tuhan Yesus berkata: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" (Yoh. 1:47). Ini berarti sikap kritis yang membuat seseorang tidak mudah percaya tidaklah senantiasa identik dengan sikap orang yang tidak peka dengan kehadiran Kristus. Dalam kasus Natanael, sikap kritisnya justru memperlihatkan jati-diri dari seseorang  yang tidak memiliki kepalsuan atau keyakinan iman yang munafik.

Sebab yang menjadi landasan spiritualitas dari  orang-orang yang seperti Natanael adalah kegairahan untuk mencari kebenaran dan keselamatan yang sejati. Manakala mereka pada akhirnya dapat menemukan kebenaran dan keselamatan Allah yang dinyatakan dalam diri Kristus, maka mereka akan secara total mempersembahkan hidup mereka kepada Allah. Itu sebabnya hanya kepada Natanael, Tuhan Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia" (Yoh. 1:51).

Dengan demikian makna bersikap peka dalam mengikut Kristus adalah senantiasa mampu bersikap kritis, menguji segala sesuatu dan mau mencari kebenaran dengan segenap hatinya serta mempraktekkan secara konsisten dalam seluruh aspek kehidupannya. Tepatnya makna peka mengikut Kristus akan mendorong seseorang untuk selalu mendengar isi hati dan kehendak dari Allah yang dibarengi dengan sikap yang kritis.

Jemaat TUHAN
Karena itu marilah kita menjadi pengikut Yesus dengan mengambil sikap Filipus dan Natanael. Yakni menjadi pengikut yang taat dan peka terhadap panggilan TUHAN dan mengerjakannya seperti Filipus. Tetapi jika jangan memiliki ketaatan dan kepekaan yang buta. Iman harus diuji secara kritis agar tidak terobang-ambing. Natanael menguji hal itu lewat pertanyaan kritis dan langsung melihat dan berjumpa dengan Yesus untuk mencari kebenaran itu.

Kiranya kita dimampukan untuk itu. Amin 

No comments:

Post a Comment