Friday, July 20, 2018

EFESUS 5:15-21 HIDUP INI ADALAH KESEMPATAN


EFESUS 5:15-21
HIDUP INI ADALAH KESEMPATAN
Bahan Khotbah Ibadah Keluarga Rabu
Rabu, 25 Juli 2018

Pengantar
            Dalam judul perikop yang ditentukan LAI, bagian ini termasuk dalam nasihat: “Hidup sebagai Anak-anak Terang”, yang adalah kelanjutan dari (judul perikop) “Manusia Baru.”  Ini berarti, setelah bicara tentang bagaimana Allah memilih kita (orang-orang percaya dalam Kristus Yesus) ... supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya (1: 2,4), Paulus menghendaki adanya pembaruan diri dalam setiap orang percaya.  Jadi, orang yang sudah percaya kepada Kristus, tidak hanya berubah ‘status keagamaannya’ tetapi juga karakter dan gaya hidup.

Pemahaman Teks
Ay. 15       Istilah ‘bebal’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti sukar mengerti; tidak cepat menanggapi sesuatu (tidak tajam pikiran); bodoh, sedangkan ‘arif’ ber-arti bijaksana; cerdik dan pandai; berilmu; paham; mengerti.  Ini berarti, dalam (menjalani) hidup, kita harus bijaksana, cerdik dan pandai, berpengetahuan, cepat paham, memiliki pengertian bukan malah bersikap atau berlaku bodoh: tidak cepat tanggap ataupun lambat berpikir.  Nasihat ini ditekankan kembali pada ay. 17: ja-ngan bodoh tetapi … mengerti kehendak Tuhan.  Dengan demikian, ‘hidup seperti o-rang arif’ yang dimaksud Paulus adalah secara khusus (spesifik), dalam hal mengerti kehendak Tuhan.  Orang yang mengerti apa yang Tuhan kehendaki adalah orang yang arif (cerdik dan pandai, berpengetahuan, cepat paham dan memiliki pengerti-an).

Ay. 16       Yang dimaksud dengan ‘hari-hari ini adalah jahat’ mengacu pada hari-hari ketika tipu muslihat iblis sangat kuat dan mudah mempengaruhi segala sesuatu yang ada di dunia ini (6:11-12).

Ay. 18-9    Mabuk anggur dengan dipenuh Roh secara umum memperlihatkan gejala yang sama yaitu berkata-kata dalam bahasa asing (yang tidak dimengerti orang pada umumnya, Kis 2:6 dan 11).  Akan tetapi tentu saja menyebab dan dampaknya bertolak bela-kang: mabuk anggur menimbulkan hawa nafsu sedangkan kepenuhan Roh menim-bulkan kemampuan berkata-kata tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilaku-kan Allah (Kis 2:11).  Dalam surat ini, Paulus ‘mengusulkan; supaya kata-kata ten-tang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah disampaikan dalam bentuk mazmur (seperti kebiasaan ibadah Yahudi), kidung puji-pujian dan nyanyian rohani.  Jika kita bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan, biarlah tindakan itu lahir dari segenap hati yang dipenuhi Roh bukan kemabukan (= di luar kesadaran).

Ay. 20       Mengucap syukur senantiasa … adalah juga tindakan yang lahir dari penjiwaan akan perbuatan besar yang dilakukan Allah (= lahir dari segenai hati).

Ay. 21       Nasihat ‘rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus” adalah penting sebagai awal mula dari seorang ‘manusia baru’ atau ‘anak terang’ membangun hubungan dengan sesamanya (tidak hanya dengan Tuhan secara pribadi).

Renungan dan Penerapan
Mari mulai dengan pertanyaan reflektif: apa susahnya bagi kita untuk mengerti ke-hendak Tuhan?  Sebenarnya, mengerti kehendak Tuhan tidak susah karena beginilah firman TUHAN … :” Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberita-hukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kau ketahui … (Yer 33:2-3)  Yesus pun berkata; "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; cari-lah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.  Karena seti-ap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap o-rang yang mengetok, baginya pintu dibukakan (Mat 7:7-8, Luk 11:9-10).”  Ini berarti, bagi kita yang sungguh-sungguh menanyakan/ mencari tahu kehendak Tuhan, tidak mungkin Tuhan tidak memberitahu atau menyatakan (Ul 4:29).  Akan tetapi, benar yang dikira Paulus bahwa yang membuat kita tidak mengetahui kehendak Tuhan bukan karena Tuhan tidak memberita-hu/ menyatakan tetapi kitalah yang ‘bebal’: sudah diberitahu tetapi sukar atau tidak mau me-ngerti, lambat/ enggan menanggapi (karena tidak susai dengan yang diharapkan) lalu tidak berpikir tajam terhadapa apa yang Tuhan nyatakan. 

Inilah mengapa Paulus mengatakan: hi-dup seperti orang arif yang ‘cerdas membaca’ apa yang Tuhan nyatakan di hadapan kita lalu bijaksana, cerdik dan pandai menanggapi penyataan Tuhan itu.  Dalam keterbatasan kita sebagai manusia, tidak mungkin kita dapat mengerti sepenuhnya kehendak Tuhan namun bu-kan berarti kehendak Tuhan sama sekali tidak dapat dimengerti oleh kita, manusia.  Diskusi 1 (SGDK):  Bagaimana kita bisa belajar mengerti kehendak Tuhan?

Selanjutnya Paulus mengingatkan kita untuk mempergunakan waktu (= kesempatan) yang ada di tengah-tengah tipu muslihat iblis yang menguasai dunia (6:11-12).  Salah satu tipu muslihat iblis yang nyata diangkat Paulus dalam suratnya ini adalah ketika kita sulit membe-dakan antara ‘mabuk anggur’ dengan ‘kepenuhan roh’.  Dalam kenyataannya, orang yang (di-ibaratkan) ‘mabuk anggur’ adalah yang mengerjakan segala sesuatu, termasuk pelayan, tanpa bisa mengendalikan diri/ hawa nafsu (ambisius, ingin menjadi pusat perhatian, ingin mengua-sai, ingin didengar dan dipatuhi, ingin dihargai dan dihormati, mengejar materi, dll) sehingga hasil dari perbuatan/ pekerjaan/ pelayanannnya bukannya sesuatu yang menyelamatkan ma-lah mengacaukan. 

Berbeda dari itu, orang yang dipenuhi roh akan bekerja dalam takut akan Tuhan dan berusaha membangun hubungan yang baik dengan sesamanya (= ay. 21).  Sekali-pun kesempatan untuk kita bekerja seperti itu tidak banyak karena tipu muslihat iblis lebih menguasai dunia namun kita harus dapat melihat adanya kesempatan itu dan memperguna-kan sebaik mungkin sebagaimana yang dikehendaki Tuhan.  Diskusi 2 (SGDK):  Bagaimana kita dapat mewujudkan sikap hidup yang dikehendaki Tuhan?

Penutup
Menjelang akhir nasihatnya, Paulus memasukan unsur seni dalam hidup kita sebagai ‘anak-anak Terang’ yaitu berkata-kata ... dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian ro-hani.  Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati (5:19).  Tidakkah hal ini membuat kita bertanya:  Bagaimana jika kita tidak bisa bernyanyi?  Bernyanyi adalah cara yang menyenangkan untuk berkata-kata tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah sehingga mudah bagi kita maupun yang mendengar untuk menghayati karya Allah asal-kan nyanyian itu berangkat dari segenap hati dan digerakan oleh Roh, bukan sekedar meramaikan suasana. Amin.
Pdt. Cindy Tumbelaka


No comments:

Post a Comment