11 September 2024
PENGANTAR
Menarik jika membaca kisah pekabaran Injil
Paulus di Tesalonika. Kisah sukses dialami di sana sebab yang menerima Injil
bukan hanya orang Yahudi, melainkan juga para pembesar provinsi Makedonia yang
berada di Tesalonika yakni orang Yunani dan para perempuan terkemuka (Kisah
17:4).
Walaupun pekabaran Injil di Tesalonika
terbilang sukses, tidak berarti tidak ada masalah. Beberapa anggota jemaat
terhasut omongan kelompok tertentu yang memecah bela mereka secara khusus yang
meragukan ketulusan dan kemurniaan pengorbanan Paulus bagi Injil Yesus Kristus.
Hal ini tergambar kuat dalam bacaan kita yakni 1 Tesalonika 2:7-9.
TELAAH TEKS
Untuk memahami 1 Tesalonika 2:7-9, kita perlu
memeriksa perikop ini secara utuh, yakni mulai pada ayat 1. Beberapa pokok
penting yang menjadi perhatian khusus adalah:
1.
Motivasi
yang benar melayani Tuhan (ay.1-6)
Agaknya beberapa hasutan yang dituding kepada Paulus dan tim Pekabaran
Injilnya itu adalah seputar integritasnya sebagai pelayan Tuhan. Beberapa isu
yang dikembangkan adalah penyesatan, kemurnian pengajaran, tipu daya (ay.3), dan
kemunafikan serta mencari keuntungan pribadi (ay.5).
Mendapati kondisi ini, Paulus berusaha melakukan klarifikasi dan
menyatakan kebenaran penting yaitu: bahwa pelayanan ini dikerjakan atas pertolongan
Allah yang memberikan keberanian untuk mengerjakannya. Sebab bagaimana mungkin
ini penyesatan dan kemunafikan jika kondisi itu justru membuat mereka harus
berjuang dengan berat? Justru karena motifasi untuk Tuhan sajalah maka walau berat,
hal itu tetap dilakukan. (ay.2)
Bukan keserakahan dan kemunafikan yang dikerjakan Paulus, atau demi
kebanggaan diri ia melakukannya, namun justru dalam kehinaanya Tuhan telah
melayakkannya mengerjakan panggilan itu demi menyenangkan Tuhan (ay.4).
Perhatikanlah motivasi penting ini, demi menyenangkan Allah yang menguji
hati (ay.4). Dengan kata lain, Paulus memaklumi bahwa berita kebenaran
tidak selalu menyenangkan manusia. Namun karena tujuan utama bukan untuk
menyenangkan manusia tetapi untuk Tuhan, kebenaran itu harus tetap disampaikan.
2.
Reaksi
yang tepat menghadapi musuh (ay.7-8)
Mendapatkan fitnah dan ujaran kebencian seperti itu, seharusnya sebagai
korban, Paulus akan bereaksi kalap dan marah sambil membela diri. Pada ayat 7
kita menemukan hal berbeda. Dia berusaha merangkul dengan penuh keramahan
setiap orang bagaikan seorang ibu yang mengasuh anaknya. Menyiram api dengan
bensin, justru akan menjadi petaka. Paulus sangat bijak pada kondisi ini. Dia sangat
mengerti ada kelompok yang membenci dan menyukainya. Semua dilakukan dengan
kasih sayang yang besar dan pengorbanan yang tinggi (ay.8).
Mengapa pengorbanan yang tinggi? Pada ay.8 kita menemukan bahwa Paulus
bukan saja hanya datang memberitakan Injil tetapi juha hidup bersama mereka. Itulah
sebabnya dugaan cukup kuat bahwa Paulus berada di Tesalonika bukan dalam waktu
yang pendek. Jika Paulus menyebut membagikan hidup kami (bukan hanya
membagikan injil) pada ayat 8, hal ini sangat mungkin menunjukkan bahwa Paulus
turut menderita bersama dengan jemaat di Tesalonika.
Paulus turut merasakan dalam berbagai kondisi tidak nyaman yang
diderita jemaat Tesalonika. Adalah suatu keuntungan bagi Paulus dan tim PI nya
jika segera tingalkan Tesalonika. Ia memilih bertahan dengan semua orang
termasuk yang membencinya, karena mereka dikasihi Paulus. Taburan kebencian
yang ia terima, dibakas dengan limpahan kasih dan kepedulian.
3.
Bukan keserakahan
tetapi pengorbanan (ay.9)
Paulus dituding serakah. Kemungkinan besar berhubungan dengan menerima
upah dari pemberitaan Injil. Dalam 1 Korintus 9:13-14 kita menemukan pernyataan
yang menarik: “Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan
Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu”. Bahwa menerima upah dari pemberitaan Injil
adalah hal yang ditentukan Allah. Pernyataan ini kemungkinan dirujuk Paulus
dalam tradisi Yahudi (Ulangan 18:1).
Apakah Paulus menggunakan hak Rasul itu, yakni menerima upah? Kita menemukan
bahwa Paulus tidak pernah mau mengambil hak itu (1Kor.9:15). Hal ini
terkonfirmasi pada ayat 9 bacaan kita: “... sementara kami bekerja siang
dan malam, supaya jangan menjadi beban...”. Teks ini menunjukkan bahwa
biaya kehidupan Paulus tidak diperoleh dari upah memberitakan Injil, melainkan
dari kerja kerasnya. Itu berarti ada pekerjaan lain yang dilakukan Paulus.
Menurut Kisah Rasul 18:2,3 Paulus adalah seorang pengusaha. Ia berbisnis Tenda
untuk kelangsungan hidup sekaligus digunakan membiayai pelayanannya.
Paulus tidak mengambil keuntungan (serakah) dalam pelayanannya itu. Justru
sebaliknya bahwa pekerjaannya menopang pelayanannya. Ia justru berkorban banyak
hal demi kelangsungan pelayanan bagi Tuhan dapat tetap terlaksana. Bagi Paulus “bekerja
siang dan malam” lebih penting dan berarti dari pada “menjadi beban bagi siapapun
juga” (ay.9). Ini bukan keserakahan, melainkan pengorbanan yang tulus seorang
pelayan. Pelayanan yang gemilang adalah yang dilakukan dengan penuh pengorbanan
dan bukan demi keuntungan.
APLIKASI DAN RELEVANSI (bahan diskusi dalam persiapan)
Silakan membuat penerapan atau relevansi
khotbah berdasarkan uraian 3 pokok penting dalam tafsiran di atas.