Tuesday, January 14, 2025

IBRANI 13:13-16

 

MATERI BAHAN KHOTBAH IBADAH HARI MINGGU

IBRANI 13:13-16

 

PENGANTAR

Sebagaimana kita tahu bersama, Surat Ibrani ini ditulis bagi orang Kristen Yahudi yang sangat menjunjung tinggi tradisi dan nilai-nilai kehidupan keagamaan nenek moyang mereka. Tradisi yang dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan2 dan pengajaran iman yang tertulis dalam Taurat atau Perjanjian Lama. Itulah sebabnya sangat sulit bagi orang Yahudi menerima Yesus Kristus sebagai sumber keselamatan sebab bagi mereka Hukum Taurat-lah sumber keselamatan itu.


Bacaan kita hari ini merupakan ulasan penulis Ibrani tentang hal-hal praktis yang harus dilakukan oleh orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Pengajaran praktis itu misalnya: Kasih persaudaraan (ay.1), menolong orang lain (ay.2-4), perkawinan Kristen (ay.4), hamba uang (ay.5-6), serta menghormati pemimpin umat dan awas pada ajaran sesat (ay.7-12).

 

 

TELAAH PERIKOP

Terdapat beberapa pokok penting yang diuraikan oleh penulis Ibrani tentang keselamatan oleh pengorbanan Yesus Kristus dan bagaimana seharusnya kita memaknai pengorbanan itu sebagai orang percaya. Beberapa pokok itu sebagai berikut:

 

1.       Arti Pengorbanan Yesus Kristus (ay.13, 14)

 

Pada bagian ini, penulis kitab Ibrani menjelaskan tentang korban bakaran penghapusan dosa (ay.9-11). Bahwa domba (binatang) yang menjadi korban penghapusan dosa, tubuhnya dibakar di luar kemah pertemuan. Selanjutnya darah domba dibawa masuk kedalam kemah pertemuan. Hal ini sesuai dengan aturan Taurat dalam Imamat 16:27. Tubuh binatang yang dibakar diluar kemah pertemuan tempat Allah bersemayam, adalah simbol kesalahan dan dosa yang dibakar dan dibuang. Darah yang dibawah masuk adalah simbol penebusann atas dosa dan kesalahan.

 

Pada ayat 12, hal ini menjadi jelas bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah simbol dari korban persembahan yaitu domba. Tuhan Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah yang dikorbankan untuk penebusan dosa-dosa manusia. Maka sebagai seorang Kristen kita diajak untuk pergi menjumpai Yesus Kristus sebagai korban penebusan dosa-dosa kita dan berada di sekitarNya. Hal ini disimbolkan pada ayat 13 sebagai “pergi ke luar perkemahan untuk menanggung kehinaan bersamaNya”.

 

Istilah “pergi ke luar perkemahan untuk menanggung kehinaan bersamaNya” (ay.13) adalah tindakan Iman untuk menjauhkan diri dari dunia. Meninggalkan kemah atau perkemahan adalah cara kita meninggalkan dunia dengan segala godaannya dan mendekatkan diri kepada Kristus. Sebab bagi orang lain salib adalah kehinaan, tetapi bagi orang Kristen salib berarti keselamatan.

 

2.       Respon Secara Iman (ay.15)

 

Bagaimana respon kita secara iman yang telah diselamatkan oleh Yesus Kristus? Penulis Ibrani menyatakan hal yang menarik, bahwa kita harus mempersembahkan korban syukur. Dan korban syukur yang dimaksud pada ayat 15 adalah dengan memuliakan Tuhan melalui bibir kita atau mulut kita.

 

Ternyata cara sederhana untuk bersyukur pada keselamatan yang telah Tuhan berikan bagi kita adalah dengan memuliakan NamaNya. Orang Kristen Ibrani diajak untuk selalu mengagungkan Tuhan dalam perkataan mereka. Apapun yang mereka alami; apapun yang mereka nikmati, mereka harus berbicara tentang Tuhan dan mengagungkan serta memuliakan namaNya. Perhatikanlah bahwa ternyata kesaksian kita lewat mulut dan ucapan memuliakan Tuhan adalah cara kita bersyukur atas keselamatan yang diberikan.

 

 

3.       Prilaku Hidup Orang Yang Diselamatkan (ay.16)

 

Terdapat hal yang menarik yang disampaikan oleh penulis kitab ibrani mengenai sikap dan perilaku hidup orang yang diselamatkan. Mereka yang diselamatkan seperti pada ayat 15 harus bersyukur. Bersyukur dengan mulut atau bibir tidaklah cukup. Ternyata ada cara lain yang penting juga yang dilakukan lewat perbuatan nyata sebagai bentuk orang bersyukur kepada Tuhan. Apakah itu? Dalam ayat 16 dijelaskan bahwa bentuk bersyukur terhadap keselamatan yang telah diperoleh, dilakukan dengan cara berbuat baik kepada orang lain.

 

Berbuat baik dengan cara memberi bantuan kepada orang lain adalah sikap hidup orang percaya, yang oleh Allah dianggap sebagai korban korban yang berkenan kepadaNya. Ternyata perbuatan baik melalui memberi bantuan kepada orang lain adalah juga dianggap sebagai korban syukur atas keselamatan. Orang yang berbuat baik kepada orang lain adalah orang yang bersyukur pada keselamatan yang Tuhan berikan .

 

RELEVANSI DAN APLIKASI

Berdasarkan beberapa poin di atas, maka terdapat beberapa hal yang dapat kita relevansikan dalam kehidupan beriman kita sebagai orang percaya, yaitu:

 

1.     Orang berdosa harus menerima penghukuman yakni dibakar oleh api neraka sebab upah dosa adalah maut. Dalam tradisi Yahudi, korban penghapus dosa adalah domba yang dibakar di luar perkemahan mewakili dosa-dosa mereka. Tuhan Yesus telah menggantikan kita sebagai korban penghapusan dosa itu. Penyalipan yang adalah pengorbanannNya adalah bukti nyata bahwa IA telah mewakili kita, dibakar, dihancurkan dan menerima hukuman yang seharusnya kita terima. Tuhan Yesus mengambil alih hukuman itu dan menjadi korban bagi kita.

 

Karena itu seharusnya kita mendekatkan diri kepadaNya dengan cara meninggalkan cara hidup duniawi dan keluar dari godaan-godaan dunia. Sebagaimana korban dibakar keluar dari kema pertemuan. Janganlah kita mau lagi hidup di dalam godaan dunia, tetapi keluarlah dari hidup duniawi dan jumpailah Kristus dan hidup dalam kebenaranNya.

 

2.    Selanjutnya, bagi kita yang telah diselamatkan, mulut dan bibir kita tidak lagi hidup sebagai orang yang tidak pernah tahu mengucap syukur. Sebaliknya mulut dan bibir kita selalu mengagungkan dan memuliakan Tuhan. Biarlah orang lain mendengar dari mulut kita perkataan-perkataan yang memuji dan memuliakan nama Tuhan. Berhentilah mengucapkan kata kata yang tidak berfaedah, tidak menjadi kesaksian, dan perkataan yang tidak berbuah baik. Melainkan biarlah tiap kata yang terucap dari mulut dan bibir kita adalah pengagungan dan kesaksian bagi kemuliaan nama Tuhan.

 

Kita perlu mengendalikan lidah kita. Sebab lidah kita adalah alat kecil yang bisa dilakukan untuk dua hal yaitu mengucapkan kata-kata yang jahat dan tidak benar atau mengucapkan kata-kata kebenaran sebagai kesaksian bagi hormat dan kemuliaan nama Tuhan. Orang yang telah diselamatkan tahu untuk memanfaatkan mulut dan bibir dengan benar dan baik. Siapapun kita yang telah diselamatkan kita tahu mengendalikan lidah kita. Mari kendalikan mulut kita sebagai bukti bahwa kita adalah orang yang diselamatkan.


3.     Catatan terakhir untuk kita bawa pulang dalam kehidupan beriman adalah berbuatlah baik. Sebab, perbuatan baik dengan cara memberi bantuan kepada orang lain adalah bentuk nyata dari orang-orang yang telah diselamatkan. Perbuatan baik kita kepada orang lain akan dipandang Tuhan sebagai korban syukur. Orang percaya harus memberi bantuan kepada orang lain. Hal itu bukan hanya tanggung jawab beriman, tapi itu ekspresi dari orang yang bersyukur atas keselamatan yang diberikan.

 

Dengan kata lain, perbuatan baik atau menolong orang lain adalah ciri khas kekristenan. Sebab orang kristen adalah orang yang diselamatkan, maka orang Kristen sudah pasti berbuat baik dan memberi bantuan kepada orang lain sebagai bukti bahwa kita telah diselamatkan.

 

Saya tertarik dengan program pemerintah, bapak Presiden Prabowo tentang memberi makan siang gratis, makanan bergizi kepada anak-anak. Pada Injil Matius 25:37-40 dijelaskan ternyata memberi bantuan lewat makanan, minuman, dan menolong orang lain adalah cara dan ciri khas orang Kristen yang telah diselamatkan dan sebagai wujud mengasihi Tuhan.

 

Jika kita sebagai orang Kristen atau gereja tidak melakukannya, maka kita gagal sebagai orang yang katanya telah diselamatkan. Jika kita enggan menolong orang lain, maka bisa jadi bahwa pemerintah jauh lebih Kristen dari kita yang katanya Kristen dan telah diselamatkan.

 

Karena itu marilah meninggalkan kehidupan dunia dengan godaan-godaan yang penuh dosa; mari jadikan mulut kita untuk mengucapkan hal-hal yang benar dan baik untuk memuliakan Tuhan; dan marilah menjadi alat Tuhan untuk menolong dan berbuat baik kepada orang lain. Dengan mengerjakan tiga hal ini, bapak ibu dan saya terkategori sebagai orang Kristen yang telah mengecap keselamatan dari Yesus Kristus Juruselamat kita. Amin.

 

Wednesday, November 13, 2024

KEANGKUHAN RAJA BELSYAZAR

 

DANIEL 5:21-30

  

Pendahuluan

Nama Daniel adalah nama dari orang Ibrani yakni dani’el yang berarti Allah adalah Hakim-ku. Ia terkenal dengan ketaatan dan kesetiaanya kepada TUHAN, Allah Israel dan sekaligus mampu menjadi saksi iman di tengah pembuangannya di Babel. Siapa sesungguhnya Daniel?


Daniel terlahir sebagai bangsawan dan lahir sekitar tahun 625 SM (1:3-4). Ia mendapatkan pelajaran yang sangat keras melalui pengalaman hidupnya yakni ia dibawa ke dalam pembuangan oleh raja Nebukadnezar. Pada saat mengalami pembuangan itu, Daniel berusia sekitar 20 tahun. Menarik untuk disimak bahwa Daniel bersama dengan beberapa orang muda terpilih dalam rekrutme bekerja di istana raja. Awal pertama mereka harus menikuti kegiatan pelatihan yang sifatnya “ikatan dinas” yaitu setelah tiga tahun belajar dan dididik  dalam pengetahuan keistanaan mereka wajib bekerja kepada raja (bd.1:4,5).

 

Telaah Perikop

Untuk memahami perikop ini, sebagiknya membaca keseluruhan mulai dari ayat 1. Kisah dalam perikop kita mengenai Raja Belsyazar yang mengadakan perjamuan besar (ay.1). Persoalannya bukan pada perjamuan besar itu, melainkan ketika ia memerintahkan untuk membawa masuk perkakas dari Bait Suci yang di bawah waktu mengalahkan Israel, dan kemudian menggunakan perkakas yang suci itu untuk pesta pora (ay.2-5). Tuhan murka dan kemudian hadir melalui “pungung tangan” yang membuat tulisan di dinding sehingga raja sangat ketakutan (ay.5-7). Ia meminta agar ada yang dapat menerjemahkan dan mengartikan tulisan itu. Tetapi tidak ada seorangpun yang sanggup (ay.8,9).

Maka atas usulan permaisuri raja, diusulkanlah nama Daniel, yang menurut permaisuri dianggap bahwa Daniel memiliki roh para dewa yang kudus (istilah mereka tentang Roh Hikmat yang ada pada Daniel (ay.10,12). Maka kemudian Daniel dipanggil. Berikut ini beberapa hal penting dari penggalan kisah ayat 21-30 sesuai perikop bacaan kita.

1.      Reaksi Daniel (ay.21-24)

Siapapun jika dipuji orang pasti akan senang dan bangga. Apa lagi jika dijanjikan hadiah. Bagaimana jika yang memuji itu adalah seorang Raja? Wow… tentu lebih dari bangga bukan? Bagaimana reaksi Daniel tentang pujian raja dan janji untuk mendapatkan hadiah? Kita seharusnya terkejut bahwa Daniel tidak fokus pada janji hadiah itu tetapi fokus pada kebenaran yang harus ia samaikan kepada seorang raja seperti Belsyazar sekalipun. Itulah sebabnya ia: “tahanlah, hadiah tuanku, berikanlah pemberian tuanku kepada orang lain…” (ay.17). Perhatikanlah bahwa Daniel menolak gratifikasi atau pemberian hadiah untuk kepentingan tertentu. Ia mengajak raja untuk kembali fokus pada tujuan yakni mengetahui kebenaran yang ingin ia ketahui.

Selanjutnya, ayat 18-24, Daniel tanpa ragu menjelaskan dan membuka di hadapan raja, siapa sebenarnya raja di hadapan Tuhan. Tanpa takut sekalipun Daniel menyatakan kesalahan yang raja lakukan. Bahwa raja tidak belajar dari kisah keangguhan ayahnya yang di hancurkan Tuhan juga (ay.18-20), dan juga dengan tegas tanpa takut, Daniel menyebut bahwa kekuasaan Babel dan raja-raja itu adalah pemberian Tuhan (ay.18). Selanjutnya tanpa takut, Daniel menyebut bahwa raja telah berbuat salah melalui tindakan mencemarkan perkakas bait Allah yang suci itu, yakni mengunakan pada acara perjamuan (ay.22-24). Bagi Daniel tindakan itu adalah congkak dan angkuh serta sangat berani untuk meninggikan diri di hadapan Allah Israel yang hidup (ay.22).

Perhatikanlah, dalam rangka kebenaran, Daniel tidak ragu untuk menyampaikan apa adanya di hadapan raja. Ia tidak gentar untuk menunjuk kesalahan raja tersebut.

2.      Arti tulisan di dinding (ay.25-30)

Ada tiga kata yang ada dalam tulisan itu, yakni Mene, mene, tekel, ufarsin. Berikut penjelasan dari istilah-istilah ini sesuai dengan bahasa aslinya:

-          מְנֵא – MENE = Sudah dihitung (artinya Allah sudah menghitung bahasa Aram מְנָא - MENA) umur kerajaan Belsyazar. Note: Bandingkan kata ini dengan מָנֶה - MANEH, satuan untuk menimbang emas yang dalam bahasa Yunaninya adalah: μνᾶ - MNA, mina (satuan ukuran)

-          תְּקַל – TEQAL = (Syikal, שָׁקַל – SHAQAL (aksara "Shin" menjadi "Tav") bandingkan dengan kata Ibrani: שֶׁקֶל - SHEQEL) dipakai baik sebagai mata uang maupun sebagai timbangan, menunjukkan bahwa Belsyazar sudah ditimbang (dalam timbangan) dan kedapatan terlalu ringan.

-          וּפַרְסִין - UFAR'SIN dari kata פְּרַס – PERAS = Sudah dibagi, kerajaanmu sudah dibagi-bagi (peres) dan diberikan kepada Media-Persia ( פָּרַס - PARAS). PARAS ini agaknya menunjukkan bahwa kerajaan Persialah yang lebih berkuasa, yang ke tangannya bangsa Babel akan jatuh.

Mene diulang untuk penekanan. Sehingga menjadi penegasan bahwa peristiwa hancurnya Belsyazar akan segera terjadi. Hal ini menjadi nyata ketika ayat 26 menyebutkan bahwa raja angkuh ini kemudian mati terbunuh oleh orang Kasdim, dan kemudian Daniel memperoleh jabatan yang tinggi.

 

Relevansi dan Aplikasi

Beberapa hal utama harus menjadi perhatian penting ketika membaca kisah Daniel ini. Yakni:

1.      Penting untuk disadari bahwa Daniel adalah seorang pribadi yang berpegang kepada kebenaran dan berani untuk mengatakan kebenaran. Ia tidak ragu sedikitpun untuk menguraikan makna tentang tangan yang menulis di dinding itu. Daniel tidak mencari aman atau kuatir jika raja Belsyazar akan marah. Bagi daniel kebenaran harus disampaikan. Tindakan raja Belsyazar yang mencemarkan alat-alat bait Allah adalah dosa besar dan hal itu dengan lantang disampaikan oleh Daniel.

Kita pun diajarkan untuk berani berkata kebenaran tanpa berupaya mencari aman. Katakan benar jika benar, tegurlah orang yang salah seperti Daniel melakukannya kepada raja. Jangan membiarkan ketidakbenaran “membusungkan dada” dan kita yang tahu tentang kebenaran tidak berani mengungkapkannya.

2.      Mari belajar kepada kesalahan Belsyazar bahwa keangkuhan di hadapan Allah akan dihancurkan. Raja ini tidak belajar dari kesalahan masa lampau, ia melakukan dosa yang sama. Melalui teks ini kita diminta untuk tidak angkuh di hadapan Tuhan sebab siapa yang meninggikan diri dihadapan Tuhan akan direndahkanNya.

Keangkuhan membuat orang lupa diri tentang siapa dirinya seperti. Raja ini “lupa” bahwa dirinya hanyalah hasil ciptaan. Menarik bahwa di ayat 29, raja bukannya takut dan gentar lalu kemudian bertobat atau paling tidak merendahkan diri di hadapan Tuhan. Fokusnya hanya pada kesenangan dan memberikan hadiah kepada Daniel. Akhirnya dapat ditebak di ayat 30 raja Belsyazar terbunuh.

Mari janganlah angkuh. Belajarlah menghormati Tuhan dan hidup dalam ketaatan kepadaNya. Sebab kesombongan, keangkuhan dan ketidaktaatan terhadap Allah tidak akan luput dari penghakiman.

MIMPI RAJA NEBUKADNEZAR

 

DANIEL 2:45-49

 

PENDAHULUAN

Nama Daniel adalah nama dari orang Ibrani yakni dani’el yang berarti Allah adalah Hakim-ku. Ia terkenal dengan ketaatan dan kesetiaanya kepada TUHAN, Allah Israel dan sekaligus mampu menjadi saksi iman di tengah pembuangannya di Babel. Siapa sesungguhnya Daniel?


Daniel terlahir sebagai bangsawan dan lahir sekitar tahun 625 SM (1:3-4). Ia mendapatkan pelajaran yang sangat keras melalui pengalaman hidupnya yakni ia dibawa ke dalam pembuangan oleh raja Nebukadnezar. Pada saat mengalami pembuangan itu, Daniel berusia sekitar 20 tahun. Menarik untuk disimak bahwa Daniel bersama dengan beberapa orang muda terpilih dalam rekrutme bekerja di istana raja. Awal pertama mereka harus menikuti kegiatan pelatihan yang sifatnya “ikatan dinas” yaitu setelah tiga tahun belajar dan dididik  dalam pengetahuan keistanaan mereka wajib bekerja kepada raja (bd.1:4,5).

Alkitab menyebutkan bahwa ada 4 orang dari Yehuda yang lolos seleksi yakn:

-          Daniel (kemudian disebut Beltsazar = kiranya ibu dewa bel melindungi raja);

-          Hananya yang berarti yang dikasihi Tuhan (kemudian disebut Sadrakh = Disinari oleh Dewa Matahari Ba);

-          Misael yang berarti Siapakah Allah? (kemudian disebut Mesakh= hamba dari Dewa Shach); dan

-          Azaraya yang berarti Tuhan adalah penolongku (kemudian disebut Abednego = hamba dari dewa Nego).

Karier para pemuda Yehuda ini terbilang sangat baik dan terus menanjak, istimewa Daniel yang diberi nama sebutan orang Babel, yakni Beltsazar itu. Bacaan kita saat ini tidak berkisah tentang Daniel, tetapi tentang Hananya, Misael dan Azaraya yang lebih dikenal dengan sebutan Sadrak, Mesakh dan Abednego.

 

TELAAH PERIKOP

Daniel 2:45-49 tidak akan kita pahami jika tidak membaca keseluruhan pasal 2. Kisah ini dimulai dari mimpi raja Nebukadnezar yang membuat ia gelisah dan tidak bisa tidur itulah. Itulah sebabnya ia meminta seluruh orang cerdik, pandai, dan bijaksana di kerajaan Babel untuk melakukan dua hal yaitu pertama, mencari tahu dan menyebutkan apa yang dia mimpikan dan kedua, mencari tahu arti atau makna dari mimpi itu (2:1-5).

Tentulah hal itu sulit untuk dilakukan. Mengapa? Sebab bagaimana mungkin kita mengetahui mimpi seseorang, jika orang yang bermimpi itu tidak memberitahukannya kepada kita? Jikalau hanya mengartikan makna suatu, mimpi mungkin lebih mudah, tetapi jika mencari tahu apa yang dimimpikan dan orang yang bermimpi tidak mau memberitahukannya, bagaimana mungkin mereka tahu apa yang raja mimpikan itu? Inilah alasan yang disampaikan para Kasdim. Mereka mengatakan tidak ada raja mana pun yang membuat pertanyaan seperti ini, yaitu minta menjelaskan apa yang raja mimpikan. Mereka mengakui bahwa mereka tidak dapat melakukannya (2:6-11).

Tentunya raja sangat murka dan marah dan merencanakan untuk membunuh semua orang bijaksana di istana babil termasuk daniel dan temantemannya mendengar hal itu Daniel kemudian mengumpulkan teman temannya yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego untuk berdoa kepada Tuhan dan memohon hikmat agar Tuhan membukakan rahasia dari mimpi raja Nebukadnezar tersebut (2:12-18). Tuhan menolong Daniel dan rahasia mimpi itu dibuka oleh Allah bahkan memberi hikmat kepada Daniel untuk mengetahui maknanya sehingga ia menyampaikannya kepada raja (2:12-45)

Apakah reaksi raja ketika mendengar penjelasan Daniel mengenai mimpi dan arti mimpi raja Nebukadnezar tersebut? Terdapat 3 hal penting yang dilakukan raja, yakni:

1.       Sujud Menyembah Daniel (ayat 46)

Jika membaca ayat 46, siapapun mestinya terkejud. Sebab, bagaimana mungkin seorang raja sujud menyembah kepada bawahannya? Apalagi bawahannya itu adalah orang orang buangan yakni Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego.

Mengapa hal itu dilakukan oleh raja Nebukadnezar? Tidak lain alasannya adalah rasa kagum takjub yang luar biasa terhadap kemampuan Daniel. Sudah pasti mungkin ada banyak orang yang dapat “mengarang” arti mimpi, tapi tidak ada seorangpun yang dapat menceritakan mimpi yang tidak diceritakan si pemimpi yaitu raja Nebukadnezar. Hal itu misteri yang besar. Tidak heran jika raja sangat takjub dan bereaksi untuk sujud menyembah Daniel.

2.       Memuliakan Allah (ay.47)

Selanjutnya pada ayat 47 kita menemukan hal yang lebih luar biasa lagi. Seorang raja kafir yang menghancurkan Bait Allah, yang merampas seluruh seluruh peralatan suci di Bait Allah tiba-tiba menyembah dan memuliakan Allah.

Pertanyaan penting adalah mengapa tiba tiba selain mengagumi Daniel, raja Nebukadnezar tiba-tiba memuliakan dan mengagumkan Allah Daniel? Bahkan mengatakan tidak ada allah lain, termasuk allah yang ia sembah yang dapat mengalahkan Allahnya Daniel. Mengapa raja tiba-tiba memuliakan Allah yang disembah daniel? Jawaban atas pertanyaan ini kita temukan pada ayat 27 dan 28. Sebelum menjawab pertanyaan raja, Daniel menjelaskan dari manakah ia beroleh pengetahuan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan raja itu.

Dengan bangga Daniel menjelaskan bahwa tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan raja dan kalau dia bisa menjawabnya itu disebabkan karena di Surga ada Allah yang menyingkapkan rahasia rahasia (ay.28). Secara langsung Daniel menyebutkan bahwa sumber pengetahuannya untuk menjawab pertanyaan raja ini datangnya bukan dari dirinya sendiri, melainkan Allah, Pribadi yang ia sembah dan agungkan.

Apa artinya? Daniel sedang bersaksi tentang imannya kepada raja kafir itu. Daniel tidak mencuri kemuliaan Allah. Ia justru bersaksi tentang siapa Allah yang ia sembah yaitu Sang Sumber dari segala pengetahuan yang ia peroleh. Dari kesaksian Daniel inilah, raja Nebukadnezar akhirnya mengagungkan Allah Israel, Tuhan Sang Khalik semesta.

3.       Daniel Menjadi Pembesar (ay.48-49)

Karena prestasi Daniel inilah, menurut ayat48, Daniel diberikan jabatan sebagai penguasa atas seluruh Babel dan kepala dari semua orang bijaksana di Babel. Tapi yang menarik perhatian adalah pada ay.49 dijelaskan bahwa Daniel tidak mengambil jabatan itu. Justru jabatan sebagai penguasa di seluruh wilayah Babel diserahkan kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Daniel sendiri hanya milih tinggal di istana raja.

Ternyata Daniel tidak hanya orang yang ”tidak haus pujian”, rupanya dia juga adalah pribadi yang tidak haus jabatan. Jabatan besar sebagai hadiah raja Nebukadnezar, ditolak Daniel dan diserahkan kepada tiga sahabatnya. Hal ini menunjukkan bahwa ketika ia melakukan sesuatu kepada raja, ia tidak sedikitpun mengharap imbalan. Perbuatannya ini murni hanya untuk beroleh kesempatan menjadi saksi tentang Tuhan Allah Ssrael.

 

APLIKASI DAN RELEVANSI

Kisah Daniel pada bacaan kita saat ini menarik untuk direnungkan. Terdapat beberapa pokok penting yang kiranya dapat kita lakukan dalam kehidupan beriman kita, sebagai orang yang percaya kepada tuhan yesus kristus:

1.       Dalam hal bertindak atau merencanakan sesuatu kita harus melibatkan Tuhan. Sebagaimana Daniel mengajak teman-temannya Sadrakh, Mesakh dan Abednego untuk berdoa dan meminta pertolongan kepada Tuhan, demikian mestinya sebagai orang percaya hal itu kita lakukan.

Jangan pernah bertindak tanpa melibatkan Tuhan. sebab tanpa Tuhan, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Keputusan apapun yang akan kita ambil, rencana apapun yang sedang kita siapkan, dan tindakan-tindakan apapun ke depan yang akan kita buat, segala sesuatu harus seijin Tuhan. Sebab jika Tuhan dilibatkan maka hikmat, Dia akan berikan, kesempatan dan jalan keluar akan Dia anugerahkan. Bahkan berbagai perlindungan Tuhan akan nyatakan. Kita butuh Tuhan untuk melakukan segala sesuatu, sebagaimana Daniel berserah kepadaNya.

2.       Segala sesuatu yang kita kerjakan dan kita lakukan harus berakhir pada tujuan supaya Tuhan dimuliakan. Buatlah orang lain yang mengalami hasil kerja dan perbuatan kita memuliakan Tuhan. Jangan menganggap diri kita hebat. Sebab apapun yang kita lakukan itu terjadi karena Tuhan. Jangan mencuri kemuliaan Tuhan. Hanya Tuhan-lah yang layak ditinggikan dan diagungkan.

Daniel sadar bahwa ia tidak memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan raja. Hanya Tuhan-lah yang bisa. Tanpa malu, tanpa ragu ia menyampaikan itu kepada Raja supaya Nebukadnezar tahu bahwa pengetahuan yang daniel miliki itu berasal dari Tuhan. Tidak heran mengapa kemudian raja akhirnya memuliakan dan mengagungkan Allah yang disembah oleh Daniel.

Hal yang sama harusnya terjadi dalam kehidupan beriman kita. Kesempatan bersaksi dapat kita lakukan dalam berbagai perjumpaan dengan orang lain entah di tengah masyarakat ataupun di dunia kerja sekalipun. Tujuan Daniel menjawab pertanyaan raja bukan untuk jabatan, bukan untuk pujian bagi dirinya. Tetapi sebagai peluang atau kesempatan untuk bersaksi tentang imannya di hadapan raja.

Karena itu mari lihatlah peluang dan kesempatan untuk bersaksi tentang iman percaya kita kepada setiap orang. Lakukanlah pernuatan baik sebagai sarana kesaksian iman supaya seluruh lutut bertelut dan lidah mengaku dan memuliakan Allah Bapa kita di dalam Yesus Kristus. SOLI DEO GLORIA.

 

Selamat Menyiapkan Khotbah


PERJUANGAN IMAN SEBAGAI ORANG PERCAYA

 

2 TIMOTIUS 2:1-13

 

PENDAHULUAN


Surat Paulus yang kedua kepada Timotius, anak rohani Paulus bertujuan untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus (1:1).  Surat ini menjadi menarik karena ketika Paulus berbicara tentang ‘hidup’ (di dalam Kristus), dirinya sedang berada di dalam penjara untuk menanti hukuman mati dari pemerintah.  Bagaimana orang yang ‘mau mati’ berbicara tentang ‘hidup’; inilah yang menarik karena sekalipun Paulus ‘siap’ menghadapi kematian, kesiapan Paulus ini tidak dapat diterima sepenuhnya oleh orang-orang yang mengasihi dan sangat mengharapkan dirinya, termasuk Timotius (1:4).

Latar belakang inilah yang membuat kita mengerti betapa Paulus berusaha untuk menguatkan (= membesarkan) hati Timotius antara lain dengan mengatakan: “kobarkanlah karunia Allah yang ada padamu … jangan takut:  Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertibanjanganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita ikutlah menderita bagi Injil-Nya ... (1:6-8), jadilah kuat … ikutlah menderita (2:1-3), dab.

Selain itu, Paulus juga menjelaskan kepada Timotius: mengapa dia menderita supaya Timotius tidak malu bersaksi tentang Paulus, gurunya itu (1:8), antara lain: “karena Yesus telah menyelamatkan … dan memanggil … berdasarkan … maksud dan kasih karunia-Nya sendiri … dan untuk Injil yang telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa (1:8-11),” dab.  Salah satu alasan mengapa Paulus menderita ditulisnya dalam pasal 2:8-13.

 

TELAAH TEKS

Tidak mudah bagi Timotius menjadi seorang pelayan yang masih berusia belia memimpin jemaat yang besar seperti Efesus. Selain menghadapi ajaran sesat yang merongrong keutuhan umat di Efesus dari luar; Timotius juga behadapan dengan berbagai perbedaan pendapat antara mereka yang berasal dari budaya Yunani dan mereka yang berasal dari budaya Yahudi yang merusak keutuhan umat dari dalam. Timotius juga harus menghadapi berbagai penderitaan sebagai seorang Kristen demikian juga umat di Efesus.

Bagaimanakah Timotius menghadapi kondisi ini? Beberapa hal penting dari nasihat Paulus, patut untuk diperhatikan:

1.      Jadilah Seperti Prajurit (ay.1-4)

Seorang prajurit harus kuat dan siap menderita ketika, melaksanakan panggilan perang. Maka demikian juga Paulus mengatakan hal ini kepada Timotius bahwa seorang prajurit tidak memikirkan kenyamanan tentang kehidupannya tetapi bersedia untuk menderita (4).

Tujuaan utama dari seorang prajurit adalah bukan untuk dirinya sendiri, tetapi supaya ia berkenan kepada komandannya. Hal ini memberi kesan yang cukup kuat bahwa ketika Timotius harus menjalankan tugas panggilan pelayanannya, ia tidak memikirkan atau mencari keuntungan diri sendiri melainkan demi kemuliaan Yesus Kristus yang adalah “Panglima Agung” Juruselamat dunia.

2.      Mentalitas Olaragawan dan Petani (ay.5-7)

Pada bagian ini Paulus menganalogikan mentalitas seorang pelayan atau orang percaya bagaikan seorang olah ragawan dan petani. Menurut Paulus, olahragawan menjadi pemenang sejati apabila ia bertanding sesuai dengan tata aturan yang ada. Paulus ingin menegaskan kepada Timotius bahwa apapun yang terjadi, berbagai masalah yang ada di dalam jemaat, ia harus menegakkan aturan yang benar sesuai dengan yang telah difirmankan Allah berdasarkan kehendakNya.

Kemungkinan besar Timotius sedang berada di persimpangan jalan, yakni berhadapan dengan kepentingan-kepentingan umat di Efesus yang berasal dari budaya Yunani dan umat dari budaya Yahudi. Perpecahan mungkin akan terjadi. Maka Timotius harus berani mengambil sikap yang tepat yakni mengukur setiap tindakan dan perkataannya sesuai dengan aturan Firman dan bukan demi menyenangkan pihak tertentu.

Mengapa demikian? Hanya petani yang bekerja keraslah yang akan pertama kali menikmati hasil usahanya (ay.6). Proses tidak akan menghianati hasil. Jika Timotius berpegang pada ajaran Kristus di tengah tantangan sebagai seorang pelayan, ia akan menikmati jerihlelah dari pelayanan itu.

Pada ayat 7, Paulus meneguhkan Timotius bahwa walaupun tanggung jawab di Efesus sangat besar dan tidak mudah, Tuhan pasti akan menolongnya dan memberikan hikmat dan pengertian untuk mengemban tanggung jawab pelayanannya. Itulah sebabnya Timotius harus kuat dan terus mengerjakan apa yang telah ditugaskan kepadanya.

3.      Belajar Dari Teladan Paulus (ay.8-13)

Pada bagian ini Paulus menasehati Timotius bahwa ia harus Fokus dalam pelayanan. Inti dari seluruh pelayanan Timotius adalah memberitakan Yesus Kristus sebagaimana yang menjadi pusat pelayanan dan pemberitaan Paulus (ay.8). Jika Timotius mengalami penderitaan karena melaksanakan panggilan pelayanan itu, Paulus meneguhkan dan menasehati Timotius bahwa hal itu bukanlah perkara baru. Sebab hal yang sama juga dialami oleh Paulus. Ia harus menderita karena melaksanakan panggilan pemberitaan Firman. Karena itu Timotius harus sabafr menjalani semuanya itu (ay.9-10). Timotius pasti menyadari hal ini sebab ia menerima surat ini dari Paulus ketika Paulus sedang berada dipenjara.

Bagi Paulus penderitaan bukan akhir dari segala-galanya. Pada ayat11-13 menyebut sesuatu yang luar biasa sebagai prinsip orang percaya. Bahwa kelak nanti Kristus Yesus akan menyatakan kemuliaanNya. Jikalau Timotgius setia, maka Tuhan pun akan menganugerahkan kasih setiaNYa; jika harus mati karena Kristus janji mahkota akan diterimanya. Pernyataan dalam ayat 11-13 ini menunjukkan bahwa kesetiaan melaksanakan panggilan pelayanan, target utama bukanlah dalam dunia, tapi yang utama dan yang menjadi motivasi penting sebagai orang percaya yang harus menderita di dunia oleh karena Kristus adalah kesukacita surgawi yang Tuhan janjikan.


RELEVANSI / APLIKASI

Terdapat beberapa hal yang menjadi pokok perhatian kita pada bacaan ini untuk dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, yakni:

Pertama, Milikilah mentalitas pejuang seperti seorang prajurit menghadapi peperangan. Seorang percaya yang dipanggil dan diselamatkan adalah mereka yang bersedia mengerjakan tanggung jawab sebagai seorang Kristen tanpa mengutamakan kebutuhan dan kepentingan diri sendiri atau kesenangan pribadi melainkan untuk memuliakan Tuhan, untuk kesenangan dari Sang Panglima Agung. Motivasi yang benar dari seorang percaya, entah ketika melayani atau bersekutu ataupun bersaksi adalah bukan untuk kepentingan diri. Tujuan utama adalah supaya Yesus kristus Tuhan ditinggikan dan diagungkan.

Kedua, Kita diancarkan untuk tidak memiliki mentalitas instan sebagaimana olah ragawan yang menyiapkan tiap pertandingan dengan berlatih keras, mengikuti pertandingan sesuai dengan aturan lalu kemudian beroleh mahkota. Berproseslah bersama Tuhan sesuai dengan apa yang Ia kehendaki dan bukan apa yang kita inginkan. Jadilah seorang percaya yang mengerti apa kehendak Tuhan, belajarlah mengenal kebenaranNya supaya “pemenang” menjadi bagian kita.

Gereja Tuhan inipun hadir sesuai dengan tata aturan yang berlaku, entah aturan organisasi maupun aturan Firman. Siapapun kita diwajibkan untuk mengikutinya dalam ketaatan. Sebab tanpa ketaatan tidak mungkin ada mahkota kemenangan.

Ketiga, penderitaan mungkin akan kita alami sebagai orang percaya. Sangat relevan hal ini pada situasi sekarang. Kadangkala karena status iman kita, mempengaruhi promosi jabatan ataupun kehadiran di tengah masyarakat. Namun sebagaimana Paulus katakan dalam ayat 8-13, penderitaan adalah bagian dari panggilan orang percaya. Jangan kecut dan tawar hati. Sebab, adalah kebahagiaan jika harus menderita karena Kristus. Amin.

IBRANI 13:13-16

  MATERI BAHAN KHOTBAH IBADAH HARI MINGGU IBRANI 13:13-16   PENGANTAR Sebagaimana kita tahu bersama, Surat Ibrani ini ditulis bagi o...