ROMA
2:21-24
Ibu-ibu kekasih
Kristus,...
Ketika kita membaca Roma 2:17-24, maka kita akan
menemukan kritik Rasul Paulus kepada orang-orang Yahudi yang salah memanfaatkan
keselamatan yang dianugerahkan Allah kepada mereka. Dari sisi historis/sejarah
orang-orang Yahudi dikenal sebagai orang-orang terkemuka yang dipilih Allah
sebagai contoh/teladan bagi dunia kepada orang-orang yang bukan Yahudi. Namun
menyedihkan, karena mereka gagal menjadi contoh/teladan bagi dunia orang
yahudi.
Indikator kegagalan itu ditegaskan dalam ayat 21-23.
”Jadi bagaimana engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar
dirimu sendiri? Engkau yang mengajar ”jangan mencuri” mengapa engkau sendiri
mencuri. Engkau yang berkata ”jangan berzinah” mengapa engkau sendiri berzinah?
Engkau yang jijik segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah
berhala? Engkau bermegah atas Hukum Taurat, mengapa engkau menghina Allah
dengan melanggar Hukum Taurat itu? Malah dalam ayat 24 ditegaskan bahwa karena
kamulah (orang Yahudi) maka nama Allah dihujat diantara bangsa-bangsa.
Ibu-ibu kekasih
Kristus,...
Dalam ayat 21-23 sikap sombong itu disertai kemunafikan. Walau tidak
semua orang Yahudi melakukan semua dosa ini, Paulus tahu bahwa kehidupan mereka
juga tidak beres. Pada ayat 24 dia mengutip bagian PL yang ditulis untuk Israel
yang dihukum oleh pembuangan ke Babel (Yes 52:5 - Tetapi sekarang, apakah lagi
urusan-Ku di sini? demikianlah firman TUHAN. Umat-Ku sudah dirampas begitu
saja. Mereka yang berkuasa atas dia memegahkan diri, demikianlah firman TUHAN,
dan nama-Ku terus dihujat sepanjang hari, bnd. Yeh 36:20 = Di mana saja mereka
datang di tengah bangsa-bangsa, mereka menajiskan nama-Ku yang kudus, dalam hal
orang menyindir mereka: Katanya mereka umat TUHAN, tetapi mereka harus keluar
dari tanah-Nya.) untuk menunjukkan bahwa sejak lama Israel tidak sanggup
melakukan Taurat. Orang Yahudi tidak berbeda dari Israel yang dibuang karena
dosanya.
Paulus berusaha untuk membuka beberapa fakta yang sebenarnya
mengenai orang-orang Yahudi kepada orang orang-orang Kristen bukan Yahudi yang
gelisah karena mereka selalu mendengar segala sesuatu yang “katanya’ mengenai
orang Yahudi sehingga seolah-olah orang Yahudi menjadi sangat sempurna.
Sementara orang Yahudi merasa di atas angin.
Paulus secara terus terang (karena dia juga orang
Yahudi) menyatakan “katanya” orang Yahudi mengenai diri mereka:
·
Orang
Yahudi berarti Umat Pilihan
·
Bersandar
pada Hukum Taurat
·
Bermegah
dalam Allah
·
Tahu
kehendak Allah
·
Dari
Taurat bisa tahu mana yang baik dan yang tidak
·
Penuntun
orang buta
·
Terang
bagi yang dalam kegelapan
·
Pendidik
orang bodoh
·
Pengajar
orang yang belum dewasa
·
Memiliki
segala kepandaian dan kebenaran
Dan faktanya menurut Paulus:
·
Orang
Yahudi mengajar orang lain tetapi tidak mengajar diri sendiri
·
Orang
Yahudi bermegah atas hukum Taurat tetapi justru menghina Allah dengan melanggar
hukum Taurat
·
Orang
Yahudi sendiri yang membuat nama Allah dihujat oleh bangsa- bangsa lain.
Jadi, ketika jemaat menyombongkan diri seakan-akan berbagi dalam
keunggulan Kristus, dia sebenarnya menempatkan diri dengan Israel dalam
pembuangan, dengan Israel yang hatinya belum diubah oleh Roh Kudus. Sama halnya
ketika jemaat menghakimi orang lain, sedangkan hidupnya sendiri tidak beres.
Akibatnya sekarang mungkin juga sama dengan apa kata Paulus pada ayat 24, yakni
nama Allah dihujat oleh karena kesombongan dan kemunafikan itu.
Ibu-ibu kekasih
Kristus,...
Sebenarnya kritik yang dihadapkan Rasul Paulus,
terkait dengan lingkungan hidup ke-Yahudian, justru menjadi bahan pembelajaran
bagi kita, untuk tidak mencontohi gaya hidup yang duniawi. Dan sebetulnya
kenyataan yang dibeberkan oleh Rasul Paulus, memberi indikasi terjadinya
kesenjangan antara ibadah ritual dengan ibadah sosial, dalam artian bahwa orang
memahami ibadah ritual di gereja, ibadah sektor dan wadah-wadah kategorial yang
justru dipahami terkait dengan urusan sorgawi yang tidak punya keterkaitan
dengan ibadah sosial yaitu kehidupan sehari-hari ditengah keluarga, gereja dan
masyarakat.
Karena itu sebagai persekutuan hidup yang terkecil
yakni Keluarga, kita diingatkan untuk membangun hidup yang saling peduli,
saling memperhatikan, antar suami-istri, orang tua dan anak agar kata dan
perbuatan hidup kita dalam keseharian mencerminkan sikap hidup yang takut akan
Tuhan, yang berjalan menurut firmanNya. Dengan maksud bahwa ibadah ritual yang
khusyuk di tempat ibadah, menjadi nyata dalam perilaku hidup kita sesehari.
Hidup Kristiani yang selalu berupaya jauh dari penyimpangan terhadap kebenaran firmanNya
yang menuntun kita kepada kebenaran.
Ibu-ibu kekasih
Kristus,...
Mungkin kita tidak dapat menjadi wanita atau pria yang sempurna,
mungkin kita tidak pernah bisa menjadi ayah atau ibu ideal, mungkin kita tidak
akan pernah menjadi manusia sempurna, tetapi ada perbedaan antara manusia yang
mau berusaha menjadi lebih baik dan manusia yang mengeraskan hati. Jadi kalau
memang kita tidak bisa menjadi manusia sempurna paling tidak kita dapat menjadi
seorang yang mau terus belajar dan berusaha untuk menjadi lebih baik sehingga
berkat-berkat Tuhan yang tidak terbeli dengan uang akan tetap menjadi bagian
kita dengan cara menyeimbangkan kata dengan fakta atau bersedia agar tampilan
diri kita selaras dengan tampilan iman kita.
Firman Tuhan hari ini mengajak kita sebagai ibu-ibu rumah tangga untuk
menjadikan hidup kita sebagai wadah Tuhan dimuliakan bukan sebaliknya justru
lewat pola hidup yang tidak benar, nama Tuhan dihujat dan dipermalukan orang.
Untuk dapat melakukan itu, maka seperti yang Paulus sampaikan, kita wajib bukan
hanya mendengar dan memberitakan Firman, namun juga wajib mengerjakannya. Amin.