MAZMUR 42:7-12
ALLAH SUMBER PENGHARAPAN
Bacaan Khotbah Ibadah PKP
Kamis, 19 Juli 2018
Pendahuluan
Mazmur 42 merupakan
bagian dari Jilid II kitab Mazmur (pasl 42-72) yang ditulis oleh Korah untuk
pengajaran bagi bani Korah. Khusus pasal ini berkisah tentang kerinduannya
pemazmur kepada Allah dan bagaimana ia mengharapkan kedekatan hubungan dengan
Allah.
Sebagai contoh
dapat dilihat keinginan kuatnya merindukan Allah bagai seeokor rusa merindukan
air. Ada dua makna pada ayat 2 dan 3
itu, yakni: pertama, kerinduaannya
bagaikan rasa haus sekor rusa yang rindu dipuaskan oleh air di sungai yang
mengalir. Kedua, rindu kepada Allah
bagaikan kerinduan untuk selamat dari mangsa, seperti rindunya Rusa merendam
diri di air agar mau khasnya tak tercium oleh Pemangsa.
Telaah Perikop
Terdapat beberapa
pokok penting yang perlu ditekankan dalam bacaan kita saat ini, yaitu:
1. Mencari Allah dalam kesesakan
(ay.7)
Apa
yang dilakukan seseorang ketika mengalami jalan buntu atau halangan dalam
kehidupan. Sudah pasti akan menggeliat mencari jalan keluar. Ada banyak cara
akan ditempuh oleh tiap orang demi memperoleh jalan keluar. Mulai dari cara
wajar hingga kurang ajar; mulai dari yang manusiawi hingga korbankan sesama
manusia.
Pemazmur
memberikan contoh yang menarik. Ia saat itu sedang mengalami tekanan yang luar
biasa kuat dalam dirinya (ay.7). Siapakah yang ia cari? Pemazmur menyebut bahwa
di saat tekanan datang ia justru teringat kepada Tuhan. Fokus pemazmur bukan
pada masalah itu, tetapi sebaliknya kepada Tuhanlah ia menengadah.
2. Cara menemukan Allah dalam
kesesakan (ay.8)
Bagaimana
menemukan Tuhan? Ini pertanyaan yang menarik bukan? Perhatikan bacaan kita hari
ini! Ingatan pemazmur melayang ke sungai Yordan dan pegunungan Hermon (ay.7);
samudra raya, gulungan ombak dan gelombang (ay.8). Ternyata Tuhan dapat dilihat
kehadiranNya melalui karya ciptaanNya.
Pemazmur
mengingatkan kita bahwa di mana tempat disegala situasi bahwakan di alam
sekitar Tuhan dapat ditemui. Sangat penuh tekanan hidup, Tuhan dapat hadir
menenagkan melalui suara burung yang berkicau, atau aliran sungai yang jatuh
menjadi air terjun. Melihat ciptaan Allah dan mengaguminya adalah juga salah
satu cara merasakan kehadiran Tuhan.
3. Jangan melupakan Tuhan (ay.9)
Selanjutnya,
apa yang dilakukan oleh pemazmur ketika ia telah menikmati kehadiran Tuhan?
Perhatikan ayat 9 bacaan kita! Di siang hari pemazmur menikmati kehadiranNya
melaluli segaala ciptaan Tuhan dan bahkan dapat merasakan kasih setia-Nya itu
di siang hari. Apa yang pemazmur lakukan ketika memasuki malam untuk menutup
hari? Pemazmur bersyukur lewat doa dan memuji memuliakan Allah yang luar biasa
itu melalui nyanyian dan pujian.
Pemazmur
mengajarkan kita bahwa jangan pernah melupakan kemurah dan kasih setia Tuhan.
Bersyukur selalu atas segala penyertaaNya adalah suatu hal penting untuk
dilakukan sebagai umat yang menikmati kasih karuniaNya itu.
4. Berharap pada Allah (ay.10-12)
Pemazmur
menutup bagian ini dengan mengisahkan ketegangan hidup dan persoalan yang
menekan jiwanya. Bahkan dalam kekalutan ia berseru kuatir akan seakan Allah
tidak mendengar sehingga menjadi bahan ejekan musuh (ay.10,11), tetapi kemudian
ia tiba-tiba menjadi tenang dan berbisik pada dirinya sendiri: “berharaplah
kepada Allah” (ay.12).
Menarik
untuk disimak bahwa pemazmur rupanya terlalu fokus pada ejekan musuh, terlalu
kuatir seakan ditinggal Tuhan, dan batinnya hanya terpusat pada masalah,
sehingga lupa bahwa penolongnya adalah Allah. Ia baru kemudian menyadari akan
hal itu dan berkata pada diri sendiri: “mengapa engkau tertekan hai jiwaku?
Berharaplah kepada Allah!”
Pemazmur
seakan menyatakan kepada kita bahwa adalah manusiawi untuk takut dan kuatir,
dan atau tertekan dengan masalah. Tetapi seharusnya tidak melupakan janji
pertolongan yang Tuhan beri. Sehingga fokus hidup bukan lagi pada badai yang
menyerang melainkan pada Sang Juru Mudi kehidupan yaitu Allah.
Relevansi dan Aplikasi
1.
Berhentilah mencari kekuatan yang
lain untuk menolong kita. Jarilah Tuhan dan ingatlah akan kebaikanNya. Itulah
yang dilakukan oleh Pemazmur.
Kita
juga diingatkan pada bacaan ini bahwa mengingat perbuatan Allah yang baik dan
luar biasa dalam hidup kita di masa lalu akan sangat menolong kita untuk
meyakini penyertaan Tuhan ditengah persoalan yang sedang dihadapi. Jika Tuhan
ada dan menolong pada waktu lalu, maka kuasanNya juga tetap ada di tiap waktu
termasuk di saat kita tertekan dalam hidup.
2.
Seperti pemazmur, bukankan banyak
orang juga berusaha dalam kepanikan mencari Tuhan yang seakan bersembunyi? Lalu
betapa terkejutnya dia karena justru menemukan Tuhan di deru air terjun dan
gulungan gelombang? Demikian juga dengan kita, kadang ketika kita memetakan
sendiri kehadiran Tuhan dalam bentuk yang spektakuler, ternyata dia hadir dalam
bentuk yang adem dan biasa.
Sebagai
contoh, berapa sering kita berharap agar disembuhkan Tuhan dari sakit, namun
tidak mau kedokter dan terus berdoa agar disembuhkan. Padahal ternyata Tuhan
sedang memakai seorang dokter untuk dengan keahlian yang Ia berikan pada para
medis ini deteksi penyakit ditemukan dan sekaligus penentuan obat penawar sakit
telah disiapkan. Tuhan bisa hadir di mana-mana. Persoalannya apakah kita dapat
mengaminkan kehadiranNya itu?
3.
Jika terlalu fokus melihat
gelombang dan badai, kita akan lupa pada Yesus yang ajaib sebagaimana para
murid lupa bahwa ada Yesus yang tertidur di dalam kapal ketika badai menyerang.
Pemazmur
mengakui hal itu pada ayat 12. Ternyata ia terlalu gundah dan tertekan karena
masalah dan melupakan kuasa Allah yang adalah penolong ajaib. Bukankah kitapun
demikian? Bukankah masalah yang terlalu besar yang datang membuat kita semakin
merasa kecil dan tak ingat lagi pada yang maha besar? Karena itu mari yakinlah:
”Bahwa
masalah yang datang memang sangat besar, tetapi Yesus Tuhan kita Maha
Besar melebihi persoalan hidup kita”.
Kiranya kita dimampukan
melakukan Firman Tuhan Ini. Amin.