PERTOBATAN KOMUNAL
Bahan Bacaan Alkitab Ibadah Rumah Tangga
Rabu, 21 NOVEMBER 2018
Pengantar
Nabi Yo’el
menjalankan pelayanannya di Yehuda pada saat bangsa ini telah kembali dari
pembuangan. Disebabkan karena kitab ini tidak menyebut raja dan kerajaan
sebagai sistem pemerintahan dan pemimpin kerajaan, melainkan menyebut para
tua-tua dan imam sebagai pemimpin umat (1:2; 1:14), maka sangat diyakini bahwa
pada waktu itu, Israel baru saja pulang dari pembuangan.
Nama Yo’el adalah
nama yang familiar di Israel. Istilah יֹואֵל (Yo’el) berasal dari dua suku kata yakni Yah
(Yahwe) dan El (Elohim). Sehingga nama ini berarti Yahwe adalah Allah.
Tidak disebutkan
dosa apa yang dilakukan oleh umat pada awal kitab ini. Kita disuguhi oleh Yoel
tentang kilas balik peristiwa hancurnya Yerusalem (1:4-20) dan bagaimana
penghukuman itu menjadi mengerikan. Ketika mereka balik dari pembuangan, segala
sesuatu yang ditinggalkan tidak ada lagi kehidupan. Hama meraja-lelah di
mana-mana sehingga tanah tidak lagi penghidupkan (1:4,5), hasil bumi berupa
pohon anggur musnah (1:7,12), bahkan ladang gandum dan hasil bumi lainya-pun
tak bersisa (1:10-12).
Selanjutnya, Yoel menyampaikan
berita eskatologis tentang datangnya hari Tuhan yang semakin dekat dan
mengerikan (2:2-11), sehingga kepada mereka diserukan untuk bertobat (ay.12-17).
Bagaimana pertobatan itu dilakukan? Bacaan kita hari ini memberikan
penjelasannnya.
Telaah Perikop
Yoel dengan tegas menyatakan bahwa hanya
dengan pertobatan-lah umat Tuhan akan mampu menghadapi datangnya hari Tuhan
yang dasyat itu. Bagaimana prosesnya?
1. Pertobatan
itu harus dengan kesungguhan (ay.12-14)
Menarik untuk
disimak, bahwa Yoel menyebut soal pertobatan itu dengan istilah “berbaliklah
kepadaKu dengan segenap hati“ (ay.12). Istilah “berbalik” berarti
menunjuk pada arah yang berlawanan. Maka orang yang berbalik arah berarti orang
yang menyadari bahwa arah yang selama ini ditempuh dan dituju adalah keliru.
Itulah sebabnya, pertobatan harusnya dimulai dengan kesadaran terhadap suatu
“kesalahan” dan kemudian bertindak untuk merubah arah hidup ketujuan yang benar
dan tepat. Orang yang bertobat adalah pribadi yang meninggalkan kejahatan dan
berbalik kepada Allah sumber segala kebenaran.
Proses itu
menurut Yo’el harus dilakukan dengan segenap
hati atau dengan kesungguhan
yang disimbolkan melalui puasa dengan menangis dan dengan mengaduh. Dalam
tradisi Israel
tindakan itu disebut dengan berkabung. Yakni merobek pakaian, bermandi abu dan
kemudian menangis serta mengadu kepada Tuhan. Berkabung atas dosa dan tindakan
yang terlanjur diperbuat adalah aksi penting untuk menunjuk pada penyesalan.
Itulah sebabnya, pertobatan bukan saja hanya dimulai dengan kesadaran terhadap perbuatan dosa
melainkan juga diikuti oleh penyesalan
diri terhadap kedurhakaan itu sehingga tidak lagi melakukannya.
Bagi Yo’el yang
terpenting dari suatu pertobatan bukan pada tradisi ritualnya, yakni menangis
dan mengadu atau merobek pakaian tanda menyesal. Tindakan dan wujud nyata dari
pertobatan justru ketika umat bersedia “merobek
dan mengoyakkan hati” tanda kesungguhan (bd.ay.13).
2. Pertobatan
itu harus dilakukan oleh semua orang (ay.16)
Tidak ada yang
tidak berdosa. Bangsa Israel
dihukum karena dosa mereka sebagai suatu bangsa. Itulah sebabnya maka yang
bertobat dan memohon pengampunan dari Allah harus dilakukan secara komunal atau
bersama sebagai suatu komunitas umat percaya di hadapan Allah mereka. Itulah
sebabnya Yo’el dengan tegas menyebut semua kategori dalam kehidupan berjemaat,
yakni para orang-orang yang tua, hingga anak-anak dan bahkan yang masih bayi
atau menyusui. Mereka yang baru berpesta sebagai pengantin abru sekalipun
(ay.16) harus turut serta dalam berkabungan itu. Bayangkan, bahwa yang bersuka
saat itu wajib berkabung tanda penyesalan.
Dengan menyebut
semua kategori ini, Yo’el memberi kesan kuat bahwa di mata Tuhan tidak ada
satupun yang luput dari dosa dan kesalahan. Tidak ada dosa besar atau dosa
kecil, tidak ada dosa ringan atau dosa berat, semuanya berdosa. Maka semua
harus datang dengan penyesalan.
3. Para pemimpin umat-pun harus melakukannya (ay.17)
Menarik bahwa
Yo’el menyebut bahwa para pelayan-pelayan Tuhan dan para imam harus menangis di
depan mezba (ay.17). Dengan kata lain, para imam dan pelayan harus memimpin doa
dan permohonan itu untuk memohon belas kasihan Tuhan.
Tetapi,
pernyataan Yo’el ini juga bisa bermakna bahwa kaum klerus (pemimpin umat) tidak
luput dari perintah ini. Mereka juga pendosa dan harus memohon pengasihan umat.
Dalam tradisi ibadah Israel,
umat akan menyerahkan korban pengampunan dosa kepada para imam dan diteriuskan
kepada imam besar utuk dibakar pada mezbah tersebut. Terkesan bahwa imam
ataupun imam besar, yakni para pelayan Tuhan itu, suci dan tiada tercela dan
dipakai sebagai pengantara.
Berbeda dengan
perintah Yo’el ini. Para pelayan Tuhan inipun
wajib untuk memohon pengampunan. Sebab walaupun ia seorang pelayan Tuhan, dia
juga manusia, yang tak luput dari dosa dan salah.
Relevansi dan Aplikasi
Berdasarkan uraian
di atas, maka terdapat beberapa pokok penting untuk diaplikasikan dalam
kehidupan orang percaya:
Sangat penting bagi
kita untuk memahami bahwa pertobatan harus diawali dengan suatu kesadaran bahwa “aku telah salah”
menjalani hidup ini. Tanpa ada kesadaran tentang suatu kesalahan tidak mungkin
ada pertobatan. Tahapan selanjutnya setelah sadar diri terhadap kesalahan itu adalah tahap pengakuan dosa. Sangat penting di tahap ini, yakni dengan penuh
kejujuran tiap orang datang menyampaiakn suatu pengakuan kepada Allah tentang
semua yang telah diperbuat. Sebab tanpa pengakuan
dosa tidak akan ada pengampunan (1Yoh.1:9).
Belajar dari Yoel, kita juga diingatkan
mengenai kisah perempuan yang berzinah dalam Yohanes 8, bahwa pertobatan bukan
hanya berhenti pada pengakuan dosa dan permohonan ampun, melainkan niat dan
tekad yang penuh disimplin untuk berkomitmen agar tidak jatuh ke dalam dosa
lagi. Yesus berkata: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah,
dan jangan berbuat dosa lagi mulai
dari sekarang."
(Yoh.8:11). Tindakan tidak berbuat dosa lagi menjadi pesan sentral untuk
dilakukan bagi setiap orang yang telah beroleh pengampunan.
Kita juga diingatkan
bahwa tidak ada yang tidak berdoa (Rom.3:10-14). Sehingga di semua kategori
kita mesti datang untuk memohon ampun. Jangan ada yang merasa paling benar dan
suci di hadapan Tuhan, termasuk para pelayan Tuhan sekalipun. Doa bagi bangsa
ini sangat penting juga dilakukan di era modern ini, yakni ketika semua elemen
bangsa terutama gereja Tuhan berseru bersama untuk mohon kepada Tuhan: “Sayangilah,
ya Tuhan, umatMu (ay.17).
Kita perlu secara komunal datang untuk memohon poengasihan bagi bangsa ini tapi
juga bagi gerejaNya. Bertobatan secara komunal adalah kunci bagi memperoleh
anugerah dan pemulihan hubungan dengan Allah (bd. Ay.14).
000OO000