Thursday, January 30, 2020

2 RAJA-RAJA 22:1-13



DIBAHARUI UNTUK MEMBAHARUI
Bahan Khotbah Ibadah Minggu
02 Februari 2019

P E N D A H U L U A N
Ada pepatah mengatakan: “dari mata turun ke hati”. Umumnya mata disebut sebagai jendela bagi jiwa. Mata meperlihatkan keindahan dan keburukan yang akan direspon oleh jiwa dan kemudian mengolahnya menjadi keinginan, penolakan, kekaguman dsb. Namun apabila kita merujuk Roma 10:17 disebutkan: “…iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus. Pernyataan Paulus ini menegaskan bahwa kemampuan percaya datang dari mendengar Firman Tuhan. Mendengar dimaksud bukan hanya menggunakan telinga, tetapi juga hati sebagai tanda ketaatan. Jadi mendengar Firman yakni bermakna “dengar-dengaran” (taat) pada Firman, melahirkan iman dan keyakinan percaya.

Inilah yang dialami oleh Yosia, raja Yehuda (Israel Selatan). Pada waktu ia melihat gulungan kitab Taurat dan meminta untuk dibacakan, ia bukan saja mendengar Firman tapi juga mengalami pengalaman spiritual yakni percaya pada Firman itu dan kemudian menyadari segala kesalahan bangsanya yang tidak taat itu.

 
EXEGESE TEKS (Uraian Perikop)
Beberapa hal menarik tentang kisah Raja Yosia dalam 2 Raja-raja 22:1-13 ini dapat dilihat dari beberapa pokok penting berikut ini:

1.   Siapakah Yosia
Nama ini dari bah. Ibrani: יאשיה (baca: Yo'syîyâhû) yang berarti TUHAN menopang”. Ia adalah salah satu raja Israel Selatan (Yehuda), seorang raja yang masih muda. Ia naik tahta pada saat berumur delapan tahun (2 Raj. 22:1). Yosia adalah anak dari raja sebelumnya yaitu raja Amon (2 Raj. 21:26). Ayahnya Yosia adalah seorang raja yang melakukan hal-hal yang jahat di mata TUHAN, seperti juga yang telah dilakukan oleh kakeknya, raja Manasye (2 Raj. 21:20). Namun Yosia ternyata berbeda dengan ayah dan kakeknya, ia tidak menjadi seorang raja yang berbuat jahat. Sebaliknya, ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup sama seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri. (2 Raj. 22:2).

Sebagaimana disebutkan di atas, ia berbeda dari ayah dan kakeknya. Pada usia yang masih muda belia yakni berumur 16 tahun (masa 8 tahun pemerintahannya), Yosia mengambil sikap dan pilihan iman yang penting yakni mencari Allah Daud bapa leluhurnya. Ia bukan saja membaharui imannya di hadapan Allah, tetapi juga menggunakan kekuasaannya untuk membaharui iman bangsanya. Hal ini terlihat ketika pada usia 20 tahun yakni pada tahun ke 12 masa pemerintahannya, Yosia menguduskan bukit-bukit pengorbaan untuk para berhala, dan menghancurkan patung-patung pahatan dan tuangan( 2Taw.34:3). Para baal ini diratakan oleh Yosia dengan cara menghancurkan seluruh mezbah-mezbah penyembahan kepada allah buatan tangan manusia. Tidak ada yang tersisa dari para baal itu di Yehuda bahkan hingga menyebrang ke daerah Utara (2Taw.34:4-7).

Maka kita dapat menyimpulkan hal penting ini, yakni Yosia adalah seorang raja Yehuda yang sungguh-sungguh mencari TUHAN dan sangat aktif untuk membaharui iman bangsanya. Tidak heran jika pada bacaan kita, ia disebut sebagai pribadi yang tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri (ay.2).

2.   Milik TUHAN untuk TUHAN (ay.3-7)
Sepertinya setelah menghancurkan fasilitas penyembahan kepada para baal, Yosia menuntun umat untuk kembali menyembah TUHAN. Namun karena cukup lama orang meninggalkan kehidupan keagamaan di Bait Allah, rumah TUHAN ini tidak terurus. Yosia melakukan upaya untuk memperbaiki rumah TUHAN tersebut. Proses perbaikan rumah TUHAN itu sepertinya berlangsung sejak awal penghancuran fasilitas para penyembah baal. Hal ini terlihat dalam bacaan kita bahwa para pekerja bukan baru mulai mengerjalan, tapi sudah berada di rumah TUHAN untuk memperbaikinya (ay.5).

Proses perbaikan rumah TUHAN dimulai oleh Yosia melalui penggalangan dana yang dilakukan olehnya. Caranya adalah lewat mewajibkan rakyat berpartisipasi mengumpulkan dana untuk kebutuhan tersebut (ay.4). Menarik untuk diteladani, bahwa Yosia melibatkan rakyat. Bahwa dana yang dikumpul berasal dari rakyat juga (tentu sangat mungkin dana kerajaan juga disumbangkan) agar rakyat merasa memiliki tanggung-jawab pada rumah TUHAN tersebut.

Perhatikanlah bahwa sejak awal pengumpulan dana tersebut, ditujukan hanya untuk digunakan memperbaiki rumah TUHAN. Itulah sebabnya Yosia meminta para kolektan pengumpul dana tersebut untuk segera menyerahkan kepada pengawas rumah TUHAN supaya diberikan kepada seluruh pekerja (ay.5). Ia juga secara khusus menentukan orang kepercayaan yakni Safan sebagai pengantar dana tersebut. Perhatikanlah bahwa Yosia sanga serius tentang hal ini. Uang yang dikumpulkan untuk TUHAN (bait Allah) harus digunakan murni untuk TUHAN. Bisa saja dengan segala kekuasaannya ia menyelewengkan dana tersebut, atau menjtup jalur bantuan kerajaan untuk membatu pengerjaan rumah TUHAN yang sedang diperbaiki itu.

Yosia adalah pribadi yang jujur yang menekankan tentang kejujuran juga di hadapan TUHAN. Hal ini terlihat pada ayat 7, ketika dana itu dipercayakan sepenuhnya kepada para pekerja tanpa perlu mebuat hitungan perincian. Alasannya hanya satu: karena mereka bekerja dengan jujur. Perhatikan pernyataan ini. Bisa jadi karena raja memberikan kepercayaan yang tinggi bagi pekerjanya, bisa juga karena sebelum menentukan siapa para pekerjanya, ia sudah menekankan akan hal itu. Bahkan sangat mungkin dengan teliti sang Raja menyaring orang-orang tertentu yang dianggap jujur dalam bekerja. Intinya, Yosia menyiapakn dengan matang termasuk soal dana agar tidak diselewengkan. Sebab milik TUHAN harus kembali kepada TUHAN.

3.   Mendengar Firman mengalami pembaharuan (ay.10-13)
Peristiwa yang mengejutkan justru terjadi pada Safan mengantar dana pembangunan itu kepada Hilkia imam besar bait Allah, yakni telah ditemukan kitab Taurat di rumah TUHAN (ay.8). Tidak diketahui apakah 5 kitab yang ditemukan ataukah hanya bagian tertentu.[1]  Tetapi bukan hal itu yang menjadiperhatian kita, melainkan apa yang terjadi selanjutnya. Safan datang menemui raja dan menyampaikan bahwa telah ditemukan kitab Taurat oleh Hilkia dan kemudian atas inisiatif Safan sendiri, ia membacakan kitab itu di hadapan Yosia (ay.10)

Pada ayat 10-13, kita disajikan hal penting dan menarik dari peristiwa pembacaan Kitab Taurat itu dan reaksi raja Yosia, yakni:
a.    Mengapa Safan serta-merta membaca kitab itu di hadapan Raja Yosia? Hal ini menarik untuk ditelusuri. Perhatikan ayat 8 bacaan kita. Ketika ia menerima Taurat ini dari Imam Besar Hilkia, disebutkan bahwa “dan Safan terus membacanya”. Rupanya sebelum Sarfan membaca Taurat ini di hadapan Yosia ia telah lebuh dahulu membacanya, bahakan secara terus menerus. Firman Tuhan yang dibaca secara terus menerus itu menjadi kekuatan yang mendorong Sarfan membaca di hadapan raja.
b.    Apakah reaksi Raja Yosia? Perhatikan ayat 11 bacaan kita, yaitu: “dikoyakkanlah pakaiannya”. Hal ini menarik. Sebab mengoyakkan pakaian adalah tanda penyesalan yang berhubungan dengan kesalahan. Apakah kesalahan Yosia? Jika melihat ayat 2 dan uraian sebelumnya, bukankah Yosia terkenal pribadi yang takut TUHAN? Rupanya ini adalah reaksi terhadap dosa yang dibuat bangsanya. Tetapi juga jika membaca ay.19 kita mendapatkan konfirmasi dari perkataan TUHAN  sendiri bahwa sikap Yosia dipandang Allah sebagai cara dia merendahan diri di hadapan TUHAN, Allah Israel. Jadi, walaupun ia lurus di hadapan TUHAN, hal ini tidak membuat Yosia merasa diri benar. Ia justru merendahkan dirinya dan menyesali dosa-dosa yang terjadi karena bangsa ini. Menarik, bukan?
c.    Pada ayat 13, penyesalan Yosia dan sikap merendahkan diri ini ternyata bukan “cari muka” di depan umum. Bukan!! Hal ini terlihat dari perintah yang ia berikan kepada Imam Besar Hilkia dan jajarannya (ay.12) agar mereka mencari petunjuk tentang apa yang mesti dilakukan kemudian, Yah… Yosia tidak membiarkan Taurat itu begitu saja, justru meminta petunjuk tentang langkah yang harus diambil agar mereka tidak berbuat salah terhadap perintah yang baru saja mereka kenal itu. Luar bisa, bukan?


APLIKASI DAN RELEFANSI
Silakan hubungkan poin2 ini berdasarkan kehidupan saat ini terutama mengenai:
1.    Pentingnya hidup mencari kebenaran di hadapan Allah dan kembali kepada iman yang sesungguhnya. Logika berpikir, situasi dan keadaan, jabatan dan status sosial harusnya tidak menghalangi orang percaya untuk merendahkan diri kepada Allah sebagaimana Yosia yang sejak muda mencari Allah nenek moyangnya.

2.    Usia tidak menjamin keimanan seseorang. Hal ini terbukti pada Yosia yang secara mandiri sejak usia 20 tahun memeluk iman yang baru, yakni iman yang bertenangan dengan orang tuanya. Penyembah berhala dua generasi yakni ayah dan kakeknya, justru ia tinggalkan dan mengambil sikap menyembah dan memilih percaya kepada TUHAN, Allah Israel.

Bukan itu saja, biasanya orang menggunakan kekuasaan dan statsus sosialuntuk kepentingan diri. Tidak bagi Yosia. Justru sebagai raja ia memanfaatkan jabatannya untuk kemuliaan Allah dan menggiring rakyatnya kembali kepada TUHAN. Memperbaiki ruma TUHAN dan memperlajari Taurat adalah bukti keseriusan Raja Yosia yang memnafaatkan dengan benar jabatan dan kekuasaannya.

3.    Mendengar Firman harusnya dibarengi dengan ketaatan pada Firman itu. Sebab “dengar Firman tidak sama dengan dengar-dengaran pada Firman”.  Banyak orang sering mendengar Firman, tetapi apakah kemudian membuka hati pada kebenaran itu dan kemudian melakukannya, tidak semua berbuat seperti itu. Yosia memberi contoh yang menarik. Kerendahan hatinya di hadapan Allah adalah hal yang penting. Padahal ia baru mengenal Firman itu. Bisa jadi beralasan: “ah… wajar dong jika bikin dosa, tokh kita baru tau ebenaran itu”.tidak ada pembelaan seperti itu bagi Yosia. Ia malah menyesal dan merendahkan diri di hadapan Allah.

Yosia melakukan hal yang sangat penting, yakni ketika hatinya di sentuh oleh Taurat, ia kemudian dibaharui hatinya bahwa ternyata selama ini bangsa ini membuat hangat amarah murka Allah membara bagi mereka. Ia mencari kebenaran ini dan ingin mengetahui apakah langkah selanjutnya. Tujuannya adalah supaya ia dan abngsa ini terhindar dari murka Allah. Penting untuk direnungkan bahwa setelah Yosia dibaharui dengan pemahaman yang baru, ia kemudian menjadi alat untuk membaharui bangsa ini agar mengenal TUHAN, Allah Israel. Mereka yang telah dibaharui harusnya bersedia membaharui orang lain juga.


[1] Beberapa penafsir belum sepakat tentang hal ini. Ada yang menyebutkan bagian dari Taurat yang ditemukan adalah Ul 12-26 untuk melegitimasi restorasi bait Allah yang dilakukan oleh Yosia. Ada juga yang menyebut keseluruhan Taurat, tetapi sulit diterima jika Safan dan Yosia mampu mebaca keseluruhan kitab. Lihat Tafsiran Alkitab Masa Kini Jilid I hlm 589.