MULIAKANLAH ALLAH DENGAN TUBUHMU
Khotbah Ibadah Hari Minggu
Rabu, 20 November 2019
A.
PENGANTAR
Dulunya kota Korintus pernah dihancurkan oleh orang Romawi sekitar th 146
SM. Lalu pada tahun 46 SM oleh seorang bernama Julius Caesar, kota Korintus
kembali dibangun. Pembangunan kembali kota ini berhasil, terbukti dikemudian
hari Korintus menjadi kota terkenal dari segi perdagangan, politik, pendidikan
dan kebudayaan. Bahkan Korintus menjadi pusat perdagangan di Provinsi Romawi
bagian Selatan. Letak strategis diantara dua pelabuhan berdampak pada keuntungan
pembangunan kota Korintus. Soal latar belakang kota Korintus bukan pembahasan asing,
kota ini terkategori populer pada masanya. Setidaknya ada beberapa alasan identitas
‘kota populer’ yang disematkan pada Korintus, yaitu populer dari segi perkembangan
pembangunan, budaya, pengetahuan, dan praktek amoral (gaya hidup).
Persoalan timbul ketika jemaat di Korintus salah mengerti perkataan Paulus
soal ‘kebebasan Kristen’ yang disorot secara khusus oleh Paulus mengenai
‘perzinahan’ di antara jemaat. Kesalahan fatal jemaat di Korintus tidak hanya
terletak pada tindakan perzinahan, tetapi juga pada konsep teologis yang salah
yang mendorong jemaat melakukan hal tersebut.
B.
PEMAHAMAN TEKS
Kebobrokan moral masyarakat setempat mempengaruhi cara hidup jemaat di
Korintus. Akibatnya hidup lama terulang kembali yaitu penyembahan kepada dewa
dewi dan perzinahan dengan pelacur dikuil dianggap hal biasa dan menjadi
kebiasaan buruk yang dipertahankan oleh tradisi. Di pasal 5, Paulus mengkritik
pola bermasyarakat jemaat. Hidup bergaul dengan orang yang tidak mengenal Allah
dan karya Yesus Kristus menjerumuskan jemaat berbuat dosa “percabulan”,
fatalnya mereka menyebut diri sebagai jemaat Kristus tapi tidak risih/resah menghadapi
situasi saat itu, bahkan jemaat turut serta dalam aksi perzinahan tersebut.
Bagian bacaan ini adalah koreksi paham dari Paulus untuk jemaat di
Korintus, secara khusus meluruskan soal ‘kebebasan Kristen’ yang benar.
Setidaknya ada 3 poin penting mengenai ‘tubuh’ dan kaitannya dengan kebutuhan
makan untuk perut berdasarkan konsep teologis ‘tubuh adalah bait Allah’.
1.
Halal tidak identik dengan makanan (ay. 12)
Perhatikan ayat 12 : “Segala sesuatu halal bagiku” penggalan kalimat ini adalah
semboyan orang Korintus yang dikutip dan dikoreksi Paulus. Orang Korintus
berpendapat bahwa segala sesuatu adalah halal.
Terjemahan LAI mengenai kata halal
ini jika disepadankan menurut konteks dan bahasa aslinya ditemukan
ketidaksesuaian terjemahan, perhatikan kata halal
terkesan yang dibahas hanya seputar makanan, padahal pokok persoalan yang
dibahas lebih dari soal makanan. Terjemahan bhs Yunani digunakan kata exestin, berarti diperbolehkan, harusnya terjemahan kalimat begini “segala sesuatu bagiku diperbolehkan
(exestin)”. Kata terjemahan exestin ini muncul sebanyak 31 kali di PB dan
selalu memiliki arti diperbolehkan (Matius
12:2,4,10 & 12). Terjemahan Inggris (NIV : Permissible = diizinkan ; KJV :
Lawful = sah menurut hukum/sah disisi kepemilikan). Kesimpulan menarik
berdasarkan pertimbangan beberapa terjemahan, kata halal bukan berbicara soal
makanan melainkan suatu konsep boleh atau tidak boleh. Ternyata, jemaat di
Korintus salah fokus pada pengertian ‘kebebasan’ yang diajarkan Paulus.
Benar, jemaat Kristen sudah dibebaskan,
namun hal yang harus digaris bawahi adalah kebebasan seperti apa yang dimaksud
Paulus. Jemaat tidak mampu memahami makna ‘kebebasan Kristani’ dari Paulus,
mereka menerima secara mentah paham kebebasan dan bertindak semau hati karena
merasa bebas, dampaknya identitas sebagai jemaat Kristus tercoreng.
Lalu apa makna ‘kebebasan Kristiani’
versi Paulus? Ternyata maksud ‘kebebasan’ bukan soal bertindak sesuka
hati/kesenangan/kebal hukum. Ini makna bebas yang salah. Paulus memang berulang
kali mengatakan bahwa jemaat Kristus berada dibawah kasih karunia, tidak lagi
dibawah Taurat atau tradisi (Roma G:14). Penekanan soal tidak terkungkung lagi
pada Taurat/tradisi disalah mengerti jemaat, Mengapa? Sebab pola pikir mereka
terfokus pada kesimpulan ‘tidak terkungkung = kebebasan’. Ternyata jemaat di
Korintus masih mencintai hidup lama mereka, yaitu kesenangan duniawi
(perzinahan).
Ayat 12, Paulus belum membahas kesalahan
dari perzinahan tapi ia membukanya dengan dasar etika Kristen yang harus dipahami
jemaat Kristus di Korintus. Hakekatnya Kebebasan Kristiani tidak merugikan
orang lain melainkan harus membangun sesama. itu sebabnya Paulus mengatakan
“segala sesuatu diperbolehkan (bertindak), TETAPI tidak semuanya berguna”, artinya
bertindak bebas perlu memperhatikan baik buruk dan dampak yang ditimbulkan,
menariknya dampak tidak saja yang diri sendiri alami tapi juga dampak bagi
orang sekitar. Artinya jemaat Kristus harus berhati-hati dalam menggunakan hak
bebas/anugerah kasih karunia Allah. Mengapa harus berhati-hati? Sebab kebebasan
seringkali membawa kejatuhan yaitu ‘perbudakan’. Ayat 12b “tetapi aku tidak mau membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun” =
kata ‘diperhamba, diperbudak’ berasal dari
kata exousiasthesomai (dari kata
dasar exousiazo, yang berarti ‘menguasai’).
Perhatikan penggunaan dua kata menurut
bhs asli (Yunani), ditemukan maksud Paulus yang benar mengenai ‘kebebasan
Kristiani’, yaitu kata exestin (diperbolehkan = halal) dan exousiasthesomai (dikuasai), dari dua kata ini dapat dipahami maksud Paulus di ayat
12, yaitu “segala sesuatu bagiku
diperbolehkan, tetapi aku tidak akan dikuasai oleh suatu apapun”. Kalimat
ini mau berkata begini : seringkali orang berpikir kebebasan itu adalah hak istimewa
masing-masing pribadi termasuk keputusan bertindak, hal penting tapi sering
diabaikan adalah ketika tindakan itu menjadi kebisaan. Bukan lagi manusia yang
menjadi tuan atas dirinya sendiri, melainkan tindakan karena kebiasaan itulah
yang menjadi tuan lalu merampas kebebasan. Awalnya kebebasan adalah anugerah,
tapi karena kelalaian manusia menggunakan kebebasan berdampak pada pola hidup
justru menjadi budak kebebasan.
2.
Peringatan! ‘Tubuh’ adalah Bait Allah (ay.13-15)
Koreksi bagian kedua adalah soal identitas
‘tubuh’. Jemaat berpegang teguh pada kepuasan tubuh, mereka berpendapat bahwa
perut untuk makanan, dan makan untuk perut, sedangkan dua hal ini makanan dan
perut akan dibinasakan Allah (ay.13). Maksud Paulus, jemaat harusnya tidak
terfokus soal duniawi yang sifatnya sementara, termasuk memuaskan tubuh sebab tubuh
akan dibinasakan dan terpisah dari jiwa dan roh. Akan tetapi, selama manusia
hidup ia bertanggung jawab atas tubuhnya termasuk penggunaan tubuh. Penyalahgunaan
tubuh oleh jemaat Kristen di Korintus, dipengaruhi paham para filsuf Yunani
yang hidup berdampingan dengan jemaat. Pengertian filsafat Yunani mengenai
‘tubuh’ adalah sesuatu yang bersifat sementara dan tidak kekal, akan binasa
ketika manusia mati.
Dasar pikiran jemaat menghasilkan
kesimpulan hal rohani/spiritual (kekal) tidak berhubungan dengan penggunaan
tubuh (sementara), akibatnya bersenang-senang dengan cara memuaskan tubuh
dianggap baik sebab tubuh akan binasa jadi tidak perlu dijaga. Pola pikir ini
yang kemudian diluruskan Paulus, bahwa tubuh memang akan binasa saat manusia
mati. Akan tetapi, manusia tidak berhak menggunakan tubuh sesuka hati, tubuh
adalah kepunyaan Tuhan artinya Ia berhak penuh atas tubuh ciptaan-Nya. Ayat 14
: ‘Tuhan adalah untuk tubuh’, ungkapan ini berhubungan dengan kebangkitan
Kristus dan penebusan. Kristus tidak hanya menebus jiwa dan roh, melainkan juga
tubuh, kebangkitan Kristus adalah jaminan bahwa tubuh akan turut bangkit
diakhir zaman (Roma 8 :11). Penjelasan soal kebangkitan tubuh dibahas Paulus di
Pasal 15 : 35-58 (menarik untuk dibaca).
Jika Allah sebagai Sang Pencipta tubuh
saja sangat menghargai karya-Nya, maka tidak ada alasan manusia membeda-bedakan
penggunaan tubuh. Manusia wajib menjaga tubuh agar tidak diperbudak dosa,
seperti percabulan/perzinahan merupakan dosa yang bersentuhan langsung dengan
tubuh. Paulus mengatakan orang-orang yang berbuat dosa ini adalah mereka yang tidak menghargai
tubuh dan Pencipta tubuh.
3.
Tubuh harus kudus (ayat. 1G-20)
Alasan mengapa tubuh harus dijaga ada
pada bagian ini : perhatikan pilihan yang diberikan Paulus, Pertama barangsiapa yang mengikat diri
dengan kebiasaan memuaskan hawa nafsu, bersetubuh dengan perempuan cabul (tidak
sah dihadapan Tuhan, dan hukum) mereka secara tidak sadar sudah mengikat diri
dengan dosa (hamba dosa). Kedua,
barangsiapa mengikat diri dengan roh Tuhan maka keduanya akan menjadi satu roh.
Artinya tubuh yang fana diikat oleh roh Allah, berdampak pada cara menghargai
tubuh yang benar sebagai Rumah Allah.
Dua pilihan beserta konsekuensi
dipaparkan Paulus dengan sangat jelas soal penggunaan tubuh, Paulus memberikan
kebebasan dalam pilihan-Nya namun peringatan keras juga ia sampaikan. Alasan manusia
wajib menggunakan tubuh untuk kemuliaan Tuhan adalah sebagai bentuk ungkapan
terimakasih, sebab oleh Penebusan Sang Anak, Yesus Kristus, dosa yang mengikat
sudah Ia bayar lunas (ayat 20). Hal yang menakjubkan, Allah bersedia membuka
ruang bagi manusia untuk menyampaikan ungkapan terimakasihnya. Tidak hanya
membuka ruang, tapi Allah juga memberikan cara agar manusia dapat datang menjumpai-Nya.
Bersedia menghargai tubuh dan mengikat diri dengan roh Tuhan adalah cara yang
ditawarkan kepada manusia, celakanya sisi duniawi (mencari kepuasan) tidak
mampu dilepaskan sepenuhnya oleh manusia. Tubuh harus setia pada satu tuan,
sebab tidak mungkin tubuh ditempati oleh dua tuan.
C.
RELEVANSI
Beberapa hal untuk direnungkan :
1.
Menjaga kekudusan tubuh adalah cara
untuk Tuhan berdiam dalam diri setiap orang. Seringkali menjaga kekudusan
tubuh/menghargai tubuh menjadi opsi terakhir, yang dicari pertama kali adalah
kepuasan (identik duniawi). Contoh : makan berlebihan untuk memuaskan perut,
padahal makan berlebihan dapat memicu penyakit yang merugikan tubuh (kolestrol,
darah tinggi dll), jika makan secukupnya dan yang berlebih tadi dibagi untuk
sesama, rasanya tidak ada yang akan dirugikan. Tubuh dapat mengelola sesuai
kebutuhan, dan berbagi berkat juga terlaksana.
2.
Jangan sekali-kali berniat merusak tubuh,
terjerumus sekali akan sulit dan membutuhkan waktu untuk sadar dan berbalik
kepada Tuhan. Ibarat meminjam barang, bagi orang yang tahu diri bahwa benda ini
bukan kepunyaanku dan aku hanya meminjam, maka akan timbul rasa tanggung jawab
untuk menjaga barang tersebut sampai si pemilik mengambilnya. Seperti tubuh
dipinjamkan Tuhan untuk manusia gunakan semasa ia hidup, maka manusia yang
mengenal dengan baik siapa pemiliknya, pasti punya rasa tanggung jawab untuk
menjaga tubuh tersebut. Ia tidak hanya meminjamkan, tetapi fasilitas lengkap
juga diberikan.
Bpk/ibu dan saya sudah sangat mengenal
siapa pemilik tubuh kita, Ia tidak hanya meminjamkan tubuh, tetapi juga akal
budi dan beberapa kelebihan juga kekurangan diberikan. Apa tujuannya? Agar
manusia berupaya, berkembang dan saling melengkapi untuk memuliakan Nama-Nya.
Mengejar hal duniawi hanya akan berkahir pada kepuasan sementara yang
mendatangkan kebinasaan, sedangkan mengejar hal sorgawi akan mendatangkan
kepuasan kekal sebab jaminan hidup kekal hanya diberikan kepada mereka yang
bersedia mengikat diri dengan roh Tuhan.