Monday, January 30, 2012

MATERI KHOTBAH IBADAH PKP 31 JANUARI 2012 MAZMUR 119:25-42


Persekutuan Kaum Perempuan yang dikasihi Tuhan…
Dalam sebuah iklan susu formula, seorang ibu tampak begitu protektif. Ia berusaha selalu mendampingi dan membantu anaknya. Namun, ketika mengantar anaknya berlatih balet, ia harus melepaskan anaknya ke ruang latihan seorang diri. Suara narator lalu menimpali, “Ketika Anda tidak bisa membantunya, nutrisinya bisa.”

Seperti itu juga peran firman Tuhan dalam kehidupan kita. Bila kita memenuhi hati kita dengan firman-Nya, hati akan menjadi semacam gudang amunisi yang siap mensuplai senjata-senjata penangkal saat kita mengalami peperangan rohani. Firman Tuhan akan menjadi sumber pertolongan untuk menghadapi berbagai pencobaan dan ujian kehidupan.

Firman Tuhan mengandung “nutrisi” rohani lengkap. Silakan lihat dan perhatikan Filipi 4:8! Secara tidak langsung, Fiipi 4:8 memberi makna: Bila keraguan dan dusta menyerang kita, “semua yang benar” akan melawannya. Bila keelokan dunia ini memikat kita, “semua yang mulia” akan memudarkannya. Bila kira diperlakukan tidak adil, “semua yang adil” akan menyerahkan penghakiman pada Allah, yakni Sang Pembuat Hukum dan Hakim. Bila percabulan dan kenajisan menggoda kita, “semua yang suci” akan memadamkannya. Bila kepahitan mencengkeram hati kita, “semua yang manis” akan menyembuhkannya. Bila berita celaka membuat kita gentar, “semua yang sedap didengar” akan menyegarkan jiwa kita. Bila gosip dan suara si pendakwa saudara-saudara datang menerpa, kita menutup telinga dan mengarahkannya pada “semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji.”

Pemazmur dalam bacaan kita, yakni mulai ayat 25-32 Mazmur pasal 119 ini, menjelaskan tentang faedah atau manfaat dari mendengar dan memperhatikan Firman Tuhan serta melaksanakannya. Manfaat dari Firman Tuhan dimaksud adalah sbb:

1.      Sumber Hidup
Perhatikan ayat 25! Pemazmur menyebut bahwa jiwanya melekat pada debu. Istilah “jiwa” yang dipakai oleh pemazmur menunjuk pada simbol kehidupan. Sedangkan “debu” yang dimaksud oleh pemazmur adalah simbol kehancuran atau kematian. Dengan kata lain, pemazmur ingin mengatakan bahwa ia sedang diambang kematian. Tentunya kematian dimaksud bukanlah mati raga namun lebih tepat mati karena dosa dan telah jauh dari Allah.

Saat mengalami kondisi seperti ini, pemazmur berseru agar Tuhan “menghidupkan” pemazmur dengan Firman Tuhan. Bagi pemazmur, Firman Allah itu adalah sumber dari segala kehidupan. Menjauhi Firman berarti jauh dari TUHAN yang adalah pemberi hidup. Dekat dengan Tuhan berarti menjadi hidup karena berada dalam sumber kehidupan. Orang hanya dapat disebut dekat dengan Tuhan, jika dia mengenal Firman dan melakukan ketetapan-Nya.

2.      Penunjuk Jalan menunju kebenaran (ayat.26,27,29 dan 29)
Dalam keempat ayat ini, pemazmur memastikan bahwa di saat ia kesulitan mencari arah perjalanan hidupnya; saat ia bingung menempuh perjalanan itu; dan bahkan disaat sulit untuk membedakan arah yang benar atau salah dari hidupnya, pemazmur mengakui bahwa Firman Tuhan jalan kebenaran dan petunjuk yang tepat untuk menjauhkannya dari segala dusta dan jebakan menuju dosa.

3.      Sumber Penghiburan (ay.28)
Pemazmur telah mengalami sendiri betapa Firman Tuhan memiliki banyak fungsi dan faedah yang dapat menolong hidup orang percaya. Saat ia mengalami dukacita; saat air mata tak terbendung karena kepedihan hidup, pemazmur merasakan sediri bahwa Firman Tuhan sangat ampuh untuk menghadirkan penghiburan. Bahkan bukan hanya merasa dihibur saat duka, pemazmur memastikan bahwa Firman Tuhan mampu meneguhkan iman saat gonjangan dan kebimbangan akibat pergumulan dialami orang percaya.    


Ibu-ibu yang dikasihi TUHAN..
Firman Tuhan bagaikan suatu formula ajaib yang berisi “nutrisi” rohani kebutuhan iman dan perjalanan hidup kita. Kita membutuhkan Firman Tuhan, bagaikan tubuh membutuhkan nutrisi agar tetap kuat dan sehat. Artinya, hanya dengan mengkomsumsi Firman Tuhan, maka jiwa dsan rohani kita akan semakin kuat menjalani hari-hari hidup ini. Pendek kata Firman Tuhan menjauhkan kita dari dosa dan kejahatan tetapi Firman Tuhan juga dapat memimpin kita untuk mengalahkan kejahatan itu.

Karena itu mari mulailah sekarang untuk mencintai Firman Tuhan, sebagaimana pemazmur katakan bahwa ia sungguh bergemar pada ketetapan2 Tuhan. Mulailah hal itu dalam keluarga!! Ajak dan pengaruhilah suami dan anak2 pada kerinduan akan Firman TUHAN. Percayalah, setiap orang yang bersedia mencari Firman, Tuhan akan datang dengan Roh Kudusnya untuk memberikan pengertian bagi FirmanNya itu. Selanjutnya, jika Firman itu sudah kita pahami, maka segera kerjakan kebenaran itu! Jangan menunda waktu dan hiduplah dalam kebenaran Firman itu. Niscaya kita akan semakin diperkaya dalam Firman Allah dan juga mendapati diri dan kehidupan saudara berkenan kepada Allah. Selanjutnya siap2lah bahagia, sebab Firman Tuhan adalah sumber kebahagian hidup. Amin










Sunday, January 29, 2012

MATERI KHOTBAH IBADAH PKB 30 JANUARI 2012 MAZMUR 119:9-16

Jemaat Tuhan…
Mungkin di antara kita ada yang pernah mendengar nama Pdt William Tyndale (1494-1536). Ia adalah seorang berkebangsaan Inggiris.  Ia tinggal di Negara yang memiliki sedikit mesin pencetak dan mereka yang memiliki percetakan, memproduksi buku-buku dengan kualitas rendah. Tidak hanya buku-buku dari Martin Luther – yang membela Alkitab sebagai sumber kebenaran yang dapat membuat orang Kristen harus berbalik kepada kebenaran – dilarang di negaranya pada awal abad 16, tetapi adalah illegal untuk seseorang menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris. 

Oleh sebab itu, Tyndale meninggalkan Inggris ke Jerman pada tahun 1542.  Di Colgne tahun berikutnya, Tyndale mulai mencetak hasil terjemahan Perjanjian Baru-nya ke dalam bahasa Inggris dengan ukuran buku sebesar saku celana.  Alkitab terjemahannya ini banyak diminati dan dibaca oleh orang.  Alkitab saku tersebut menjadi sangat terkenal dimana-mana dan begitu banyak orang yang akhirnya dapat memahami maksud Firman Tuhan ketika mereka bisa membacanya sendiri setiap saat. Sebagian Perjanjian Lama pun mulai ia terjemahkan bahkan ketika ia berada di penjara. 

Tahukah saudara, walau jasanya begitu besar namun kematiannya begitu mengenaskan.  Ia mati dengan diikat serta dibakar pada sebuah tonggak kayu.  Semua ini disebabkan Gereja Roma Katolik pada saat itu menganggapnya sebagai bidat (pengajar palsu) yang harus dimusnahkan.  Sejak kematian Tyndale hingga hari ini, sejarah kekristenan telah membuktikan betapa Firman Tuhan telah mengubah hidup anak-anak Tuhan, semakin serupa Kristus! 

Terjemahan Tyndel inilah yang sangat akurat, sebab ia menerjemahkan langsung dari teks asli ke dalam terjemahan bahasa Inggris. Itulah sebabnya hasil terjemahannya sebagian besar digunakan dalam Alkitab bahasa ingris veris King James, yakni versi terjemahan resmi di Inggris setelah  kematiannya. Perjuangan tokoh ini menjadi inspirasi banyak orang sehingga banyak sekali hingga saat ini berbagai terjemahan dicetak dan yang juga kemudian hari berhasil diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia seperti yang saudara miliki saat ini.

Hal besar ini dimulai dengan motivasi dan kerinduan mulia, yakni agar semua orang awam (jemaat) dapat mengenal Firman Tuhan dan melakukannya.

Jemaat Tuhan…
Bacaan kita ini juga berbicara tentang betapa pentingnya Firman Tuhan itu. Pemazmur  dalam ayat 9 menyebutkan bahwa hanya Firman Tuhanlah yang dapat menjaga hidup kita tetap bersih (jauh dari dosa) sehingga kita menjadi pribadi yang berkenan kepada Allah untuk diberkati dan mengalami kebahagiaan (bd. Ayat 1,2).

Jika demikian, bagaimana cara kerja Firman Tuhan itu, sehingga mampu menjaga hidup kita bersih? Perhatikan hal ini!
Dalam sebuah iklan susu formula, seorang ibu tampak begitu protektif. Ia berusaha selalu mendampingi dan membantu anaknya. Namun, ketika mengantar anaknya berlatih balet, ia harus melepaskan anaknya ke ruang latihan seorang diri. Suara narator lalu menimpali, “Ketika Anda tidak bisa membantunya, nutrisinya bisa.”

Seperti itu juga peran firman Tuhan dalam kehidupan kita. Bila kita memenuhi hati kita dengan firman-Nya, hati akan menjadi semacam gudang amunisi yang siap mensuplai senjata-senjata penangkal saat kita mengalami peperangan rohani. Firman Tuhan akan menjadi sumber pertolongan untuk menghadapi berbagai pencobaan dan ujian kehidupan.

Firman Tuhan mengandung “nutrisi” rohani lengkap. Silakan lihat dan perhatikan Filipi 4:8! Secara tidak langsung, Fiipi 4:8 memberi makna: Bila keraguan dan dusta menyerang kita, “semua yang benar” akan melawannya. Bila keelokan dunia ini memikat kita, “semua yang mulia” akan memudarkannya. Bila kira diperlakukan tidak adil, “semua yang adil” akan menyerahkan penghakiman pada Allah, yakni Sang Pembuat Hukum dan Hakim. Bila percabulan dan kenajisan menggoda kita, “semua yang suci” akan memadamkannya. Bila kepahitan mencengkeram hati kita, “semua yang manis” akan menyembuhkannya. Bila berita celaka membuat kita gentar, “semua yang sedap didengar” akan menyegarkan jiwa kita. Bila gosip dan suara si pendakwa saudara-saudara datang menerpa, kita menutup telinga dan mengarahkannya pada “semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji.”

Perhatikanlah betapa pentingnya Firman Tuhan itu menuntun dan menjaga hidup kita agar tidak dikotori dosa. Jika Firman Tuhan itu begitu penting, maka bagaimana caranya supaya kita dapat merasakan dan memperoleh kuasa dan fungsi Firman Tuhan ini? Dalam ayat 10-16 pemazmur menyebut 2 (dua) pribadi yang berperan untuk ”mengfungsikan” peran Firman Tuhan agar manusia dapat menjaga hidupnya bersih, yakni:
1.      Peran Ilahi, yakni TUHAN yang memulai prakarsa lewat menyatakan peranNya di dalam tindakan aktif yang nyata, yakni:
-          Tuhan membuat ketetapan, aturan dan peringatan2 sebagai penuntun bagi umat-Nya (bd. Ay.1,2)
-          Tuhan menjaga hati manusia agar tidak menyimpang dari FirmanNya itu (bd. Ayat 10)
-          Tuhan tidak hanya membuat ketetapan, tapi juga mengajarkan ketetapan itu kepada umat-Nya (ay.12)
-          Bukan saja mengajar, Tuhan juga memberikan petunjuk melaksanakan ketetapan2 itu (ay.14).

2.      Peran Umat, yakni upaya serius manusia dalam ketaatan lewat, untuk menjaga hidupnya sesuai Firman Tuhan, yakni:
-          Harus segenap hati mencari Tuhan (ay.10)
-          Harus mengingat Firman Tuhan dan menaruhnya dalam hati (ay.11) agar tidak hanya terkenang sambil lalu.
-          Bukan hanya mendengar dan mengingat Firman, tapi harus juga mampu mengucapkan Firman itu (ay.13)
-          Sikapi Firman Tuhan dengan gembira walau mungkin pedas untuk didengar sehingga Firman menjadi kegemaran dalam hidup dan dengan mudah dikerjakan (bd. Ay.14-16)

Dengan demikian sangat penting untuk memahami hal ini, yakni:
-          Untuk dapat menjauhkan hidup kita dari segala dosa dan kesalahan maka kita membutuhkan kuasa Firman.
-          Agar kuasa Firman bekerja kita sangat membutuhkan TUHAN untuk menuntun dan mengajar kita agar memilkiki pengertian yang benar tentang Firman Tuhan tersebut.
-          Namun peran Tuhan, tidaklah cukup. Manusia harus melakukan perannya juga yakni lewat dengan segenap hati belajar dan memahami serta melakukan Firman Tuhan.

Jemaat Tuhan..
Mari mulailah sekarang untuk mencintai Firman Tuhan, sebagai pemazmur katakan bahwa ia sungguh bergemar pada ketetapan2 Tuhan. Mulailah dalam keluarga; ajak dan ajarlah istri dan anak2 pada kerinduan akan Firman TUHAN. Percayalah, setiap orang yang bersedia mencari Firman, Tuhan akan datang dengan Roh Kudusnya untuk memberikan pengertian bagi FirmanNya itu.

Selanjutnya, jika Firman itu sudah kita pahami, maka segera kerjakan kebenaran itu! Jangan menunda waktu dan hiduplah dalam kebenaran Firman itu. Niscaya kita akan semakin diperkaya dalam Firman Allah dan juga mendapati diri dan kehidupan saudara berkenan kepada Allah. Selanjutnya siap2lah bahagia, sebab Firman Tuhan adalah sumber kebahagian hidup. Amin

Thursday, January 19, 2012

MATERI KHOTBAH IBADAH KELUARGA 25 JANUARI 2011 YEREMIA 27:12-15


12 Kepada Zedekia, raja Yehuda, aku telah berbicara dengan cara yang sama, kataku: "Taruhlah tengkukmu ke bawah kuk raja negeri Babel, takluklah kepadanya dan kepada rakyatnya, maka kamu akan hidup.  13  Mengapa engkau beserta rakyatmu harus mati oleh pedang, kelaparan dan penyakit sampar seperti yang difirmankan TUHAN tentang bangsa yang tidak mau takluk kepada raja Babel itu?  14  Janganlah dengarkan perkataan nabi-nabi yang berkata kepadamu: Janganlah kamu mau takluk kepada raja Babel! Sebab mereka bernubuat palsu kepadamu.
15  Sebab Aku tidak mengutus mereka, demikianlah firman TUHAN, tetapi mereka bernubuat palsu demi nama-Ku, sehingga kamu Kuceraiberaikan dan menjadi binasa bersama-sama dengan nabi-nabi yang bernubuat kepadamu itu."

Perhatikan bacaan kita di Yeremia 27 ini! Terdapat kesan yang sangat kuat dalam bacaan kita bahwa Nabi Yeremia sangat tegas memperingatkan raja-raja masa itu termasuk Raja Israel yakni Zedekia tentang sikap mereka terhadap Raja Babilonia (Babel) yang bernama Nebukadnezar.

Pertentangan utama antara Yeremia dan Zedekia ialah masalah pemberontakan terhadap Nebukadnezar. Pemberontakan sudah direncanakan pada tahun ke-4 pemerintahannya dalam persekongkolan dengan negara-negara tetangga, hal yang sangat keras ditentang oleh nabi Yeremia (pasal 27 dab).

Pertentangan ini bukan saja antara Yeremia dengan Zedekia sebagai Raja, namun juga antara Yeremia dan para nabi palsu. Baik Yeremia dan nabi2 palsu ini sama-sama berbicara “atas nama” TUHAN. Tentunya hal ini menjadi bahan perguncingan dan perdebatan tentang manakah yang benar dari antara nubuatan ini. Apabila kita membaca pasal berikut yakni keseluruhan pasal 28, maka terlihat dengan jelas telah terjadi “perang” nubuatan antara Yeremia dengan nabi palsu yang bernama Hanaya. Raja Zedekia dan umat Israel diminta untuk membuat pilihan untuk hal itu. Yang perlu ditegaskan, bahwa Yeremia tidak menetang raja-raja dan nabi2 palsu itu atas kehendaknya sendiri, namun justru berdasarkan perintah TUHAN.

Yeremia dengan tegas mengatakan sesuai dengan Firman TUHAN bahwa Orang Israel termasuk Raja Zedekia harus tunduk kepada Raja Kafir itu, yakni Nebukadnezar. Sebab TUHAN sendiri yang merencanakan bahwa Israel akan takluk kepada Nebukadnezar dan mereka akan di buang olehnya ke Babel dan Israel akan menderita selama 70 tahun (bd. Yeremia 29:10-11).

Kita menemukan beberapa hal penting dari perintah TUHAN bagi Yeremia, khususnya pada pasal 27:12-15. Beberapa pokok dimaksud adalah sbb:

1.       Tuhan dapat menggunakan seorang kafir sekalipun untuk rencanaNya
Raja Nebukadnezar adalah pribadi yang tidak mengakui TUHAN, Allah Israel. Dari kacamatan Israel, Nebukad-Nezar adalah seorang yang kafir. Namun justru dalam bacaan hari ini, kita menemukan bahwa seorang yang tidak percaya-pun dapat digunakan TUHAN, Allah untuk melaksanakan rencanaNya.

Pada ayat 6 kita menemukan pernyataan yang sangat luar biasa “aneh dari TUHAN, yakni menyebut Nebukadnezar yang kafir ini sebagai “hamba-Ku”. Hal ini memberikan kepastian, bahwa Nebukadnezar adalah alat yang sengaja TUHAN pakai untuk melaksanakan rencanaNya yang besar.

Bayangkanlah apa yang dirasakan Zedekia ketika FIRMAN pada ayat 12 itu disampaikan Yeremia kepadanya. Pastilah sulit diterima oleh Zedekia, bagaimana mungkin TUHAN, Allah nenek moyangnya mau mengangkat NEBUKADNEZAR raja Kafir itu untuk menghukum mereka. Kemungkinan besar, pesan ini tidak akan mudah dipercaya oleh Raja Zedekia. Itulah sebabnya pada ayat 14-15 ada kesan bahwa Zedekia lebih Percaya apa yang diucapkan oleh para nabi Palsu.

2.       Jangan hanya mau mendengar yang manis saja!
Mengapa ada kesan dalam ayat 14-15 bacaan kita, bahwa Zedekia lebih percaya pada apa yang dikatakan oleh nabi-nabi palsu dibandingkan apa yang di sampaikan Nabi Yeremia? Sebab nabi2 palsu menyampaikan sesuatu yang lebih menyenangkan telinga, yakni “tidak ada penghukuman”; dan lawanlah Nebukadnezar karena TUHAN pasti akan berpihak kepada Israel. Sedangkan Yeremia justru sebaliknya, yakni Nebukadnezar adalah raja yang disiapkan Allah untuk menghukum Israel.

Dengan demikian, Zedekia lebih memilih untuk mendengar yang “enak” didengar walapun PALSU, dari pada mendegar suatu kebenaran walaupun terasa pahit dan menyakitkan.

Dari uraian Firman Tuhan ini, ada beberapa hal yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, yakni:

1.       Tuhan berhak menggunakan siapapun untuk rencanaNya.
TUHAN berhak memakai siapa saja untuk melaksanakan rencana-Nya yang agung dalam dunia ini, termasuk seorang yang tidak percaya sekalipun seperti Raja Nebukad-Nezar pemimpin kerajaan Babel itu.

Pernyataan ini tidak berarti bahwa TUHAN berpihak kepada orang kafir yang tidak percaya. Itu pemahaman yang keliru. Yang lebih tepat adalah TUHAN memiliki otoritas tertinggi untuk memilih dengan bebas siapapun yang bisa dijadikan alat dan sarana bagi rencaana besarnya dalam sejarah dunia.

Hari ini kita ditegur TUHAN, bahwa seringkali kita ogah-ogahan melakukan tanggung-jawab pelayanan kita untuk TUHAN, lewat keluarga sebagai Istri atau suami; sebagai orang tua atau anak; di dalam gereja sebagai pelayanan atau pengurus dll. Apabila kita yang percaya lalai dan tidak penuh hati melakukan apa yang Tuhan tugaskan, maka berhati-hatilah! Sebab kesempatan menjadi hamba dan kawan sekerja-Nya bisa TUHAN alihkan kepada orang lain termasuk seorang yang tidak percaya sekalipun. Kita harusnya bersyukur bahwa TUHAN mau memakai kita sebagaimana Yeremia bersyukur dan melakukan tugasnya dengan taat. Sebab adalah suatu kebahagiaan yang tak terkira jika kita dapat menyenangkan TUHAN.

2.       Dengarkan kebenaran baik manis maupun pahit di telinga.
Banyak orang terbuai dengan kata-kata indah dan manis didengar dan tanpa disadari hal itu justru menjerumuskannya. Namun, bukankah itu adalah kenyataanya? Bukankah banyak orang senang mendengar khotbah “yang ringan” dan “yang lucu” dari pada Firman yang “keras” dan “tegas” menegur prilaku hidup rohani sebagai suatu persekutuan?

Hari ini kita belajar, bahwa tidak selamanya yang “indah didengar” itu adalah suatu kebaikan dan kebenaran; dan tidak juga selamanya yang “pahit didengar” itu adalah suatu keburukan dan petaka hidup. Kebenaran adalah kebenaran. Siapaun dari kita haruslah siap untuk mendengar dan bersedia untuk menyimak, walau sakit dan pahit sekalipun.
Di sisi lain, kita juga diajar untuk bersedia menjadi Yeremia modern saat ini. Ia berani melawan arus dan kelompok mayoritas demi menjalankan kebenaran yang harus diberitakan. Nubuatan dan pemberitaannya justru sangat berlainan dengan nubuatan umumnya para nabi palsu. Yeremia tidak gentar, tidak takut dikucilkan, tidak kecil hati dan kemudian mundur. Hari ini kita juga mesti membuat pilihan yang tepat, yakni Jangan takut mengatakan kebenaran, walau pahit sekalipun untuk didengar. Jangan mundur mengutarakan kebaikan walaupun tidak nyaman untuk diperdengarkan.

Karena itu, sebagai orang yang telah dipilih TUHAN untuk diselamatkan, mari teladani Yeremia. Berdoalah terus untuk meminta kepada TUHAN, agar Ia berkenan memberikan mulut dan telinga seorang murid  untuk mampu mendengar dan mengatakan kebenaran, walau pahit dan sakit sekalipun untuk dikatakan dan didengar. AMIN.

MATERI KHOTBAH PELKAT PKP 24 JANUARI 2011 YEREMIA 27:1-8


1 Pada permulaan pemerintahan Zedekia, anak Yosia raja Yehuda, datanglah firman ini dari TUHAN kepada Yeremia. 2  Beginilah firman TUHAN kepadaku: "Buatlah tali pengikat dan gandar, lalu pasanglah itu pada tengkukmu!  3  Kemudian kirimlah pesan kepada raja Edom, kepada raja Moab, kepada raja bani Amon, kepada raja Tirus dan kepada raja Sidon, dengan perantaraan utusan-utusan yang telah datang ke Yerusalem menghadap Zedekia, raja Yehuda.
4  Perintahkanlah mereka mengatakan kepada tuan-tuan mereka: Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Beginilah harus kamu katakan kepada tuan-tuanmu:
5  Akulah yang menjadikan bumi, manusia dan hewan yang ada di atas muka bumi dengan kekuatan-Ku yang besar dan dengan lengan-Ku yang terentang, dan Aku memberikannya kepada orang yang benar di mata-Ku.  6 Dan sekarang, Aku menyerahkan segala negeri ini ke dalam tangan hamba-Ku, yakni Nebukadnezar, raja Babel; juga binatang di padang telah Kuserahkan supaya tunduk kepadanya.  7  Segala bangsa akan takluk kepadanya dan kepada anaknya dan kepada cucunya, sampai saatnya juga tiba bagi negerinya sendiri, maka banyak bangsa dan raja-raja yang besar akan menaklukkannya.
8  Tetapi bangsa dan kerajaan yang tidak mau takluk kepada Nebukadnezar, raja Babel, dan yang tidak mau menyerahkan tengkuknya ke bawah kuk raja Babel, maka bangsa itu akan Kuhukum dengan pedang, kelaparan dan penyakit sampar, demikianlah firman TUHAN, sampai mereka Kuserahkan ke dalam tangannya.



Siapakah Yeremia
Yeremia dilahirkan di Anatot sekitar tahun 650 sM. Ia itu putera Imam Hilkia. Dalam tahun ke-3 pemerintahan raja Yosia (627) ia dipanggil menjadi nabi. Waktu Yeremia dipanggil menjadi nabi, ia masih "muda" (Ibrani נער - NA'AR, Yeremia 1:6) "NA'AR" ini istilah yang artinya ganda - bisa berarti masa anak-anak (Keluaran 2:6) atau masa belia (1 Samuel 30: 17). Hal ini berarti bahwa umurnya belum mencapai umur rata-rata seorang nabi; katakanlah antara 20-30 thn, dengan mempedomani peraturan yg ditetapkan untuk bani Lewi (Bilangan 8:24; 1 Tawarikh 23:24).

Menganggap bahwa saat dipanggil ia baru berumur 20 thn, maka masa kanak-kanaknya tentulah pada masa pemerintahan raja Manasye dan Amon. Sewaktu panggilan itu datang kepada Yeremia, sudah satu abad lewat sejak kerajaan Utara (Samaria) jatuh ke tangan orang Asyur. Tapi kerajaan Yehuda di selatan bertahan hidup.

Perhatikan bacaan kita di Yeremia 27 ini! Terdapat kesan yang sangat kuat dalam bacaan kita bahwa Nabi Yeremia sangat tegas memperingatkan raja-raja masa itu termasuk Raja Israel yakni Zedekia tentang sikap mereka terhadap Raja Babilonia (Babel) yang bernama Nebukadnezar.

Pertentangan utama antara Yeremia dan Zedekia ialah masalah pemberontakan terhadap Nebukadnezar. Pemberontakan sudah direncanakan pada tahun ke-4 pemerintahannya dalam persekongkolan dengan negara-negara tetangga, hal yang sangat keras ditentang oleh nabi Yeremia (pasal 27 dab). Yang perlu ditegaskan bahwa Yeremia tidak menetang raja-raja itu atas kehendaknya sendiri, namun justru berdasarkan perintah TUHAN.

Kita menemukan beberapa hal penting dari perintah TUHAN bagi Yeremia, khususnya pada pasal 27:1-8. Beberapa pokok dimaksud adalah sbb:
1.       Cara Yeremia menyampaikan perintah Tuhan
Menarik untuk diperhatikan pada ayat 2 bacaan kita bahwa sebelum menyampai-kan apa yang diperintahkan TUHAN, Allah kepada para pendengar, Yeremia di suruh TUHAN untuk membuat “kuk” dan menaruhnya pada pundaknya. Kuk adalah semacam beban dari kayu yang dibuat secara khusus untuk mengikat kerbau ketika menarik mata bajak. Biasanya harus dua binantang yang dihubungkan dengan Kayu berat pada masing-masing pundak. Kayu berat inilah yang disebut dengan “kuk”. Yeremia diminta TUHAN untuk mengenakan benda itu sebelum dan saat ia menyampaikan pesan dan Firman TUHAN kepada mereka.

Mengapa memakai ‘Kuk”? Sebab “kuk” adalah simbol beban, dan juga simbol keterikatan dan bukan kebebasan. Pesan FIRMAN TUHAN yang dibawah Yeremia adalah pesan hukuman dan pesan yang mengandung beban bagi Israel. Bahwa mereka akan di bungan ke Babel dibawah kekuasaan raja Nebukadnezar. Dengan menggunakan “kuk” ini, menunjukkan kepada Israel bahwa penghukuman lewat pembuangan itu adalah hal nyata yang tidak akan dapat mereka hindari.

Di sisi lain, kita menemukan figur seorang Nabi yang taat dari sikap Yeremia ini. Sulit dipercaya bahwa Yeremia tetap taat melakukan apa maunya TUHAN, termasuk memikul “KUK” itu sekalipun. Bagi Yeremia, hal utama adalah melaksanakan tanpa alasan semua perintah TUHAN.

Sebagai pewarta, Yeremia juga sekaligus berhasil untuk memberikan Pemberitaan bukan hanya melalui pendengaran, namun juga indera penglihatan umat. Dengan menggunakan “kuk” ini, secara langsung umat bisa melihat ati hukuman  dan berita Firman yang disampaikan. Hal ini berarti, Yeremia atas bimbingan TUHAN, berhasil menggunakan metode pewartaan yang tepat.

2.       Tuhan dapat menggunakan seorang kafir sekalipun untu rencanaNya
Raja Nebukadnezar adalah pribadi yang tidak mengakui TUHAN, Allah Israel. Dari kacamatan Israel, Nebukad-Nezar adalah seorang yang kafir. Namun justru dalam bacaan hari ini, kita menemukan bahwa seorang yang tidak percaya-pun dapat digunakan TUHAN, Allah untuk melaksanakan rencanaNya.

Pada ayat 6 kita menemukan pernyataan yang sangat luar biasa “aneh dari TUHAN, yakni menyebut Nebukadnezar yang kafir ini sebagai “hamba-Ku”. Hal ini memberikan kepastian, bahwa Nebukadnezar aadalah alat yang sengaja TUHAN pakai untuk melaksanakan rencanaNya yang besar.

Dari uraian Firman Tuhan ini, ada beberapa hal yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, termasuk Persekutuan Kaum Perempuan (PKP) sebagai bagian dari 6 Pelkat GPIB di gereja Tuhan ini, yakni:
1.       Taatlah kepada TUHAN dengan tanpa alasan
Yeremia sangat taat kepada TUHAN,. Mengenakan “KUK” yang terkesan sepereti orang “sakit jiwa” sekalipun, dilakukan Yeremia karena TUHAN perintahkan. Kitapun harusnya demikian. Ketaatan tanpa mencari alasan adalah suatu keadaan mutlak yang harus dilakukan. Tidak peduli apakah itu nyaman atau tidak saat dikerjakan, harusnya tetap kita lakukan.

2.       Dalam bersaksi, gunakan metode pelayanan yang tepat
Perhatikan cara Yeremia menyampaikan FIRMAN TUHAN itu. Membawa “kuk” yang terikat pada leher dan pundaknya, pastilah menarik perhatian orang untuk mendengar. Itu bukan ide Yeremia, namun itu berasal dari TUHAN.

Sering kali kita gagal bersaksi tetang iman kita dan ajaran TUHAN, bukan karena orang tidak mau mendengar, namun lebih banyak pada gagalnya kita menggunakan metode tepat dalam bersaksi. Seringkali kesaksian kita hanya terdengar lewat mulut, namun TIDAK TERLIHAT dalam perbuatan. Atau kita gagal untuk secara segar dan menarik menyampaikan berita keselamatan itu kepada mereka. Mengapa? Ini adalah juga menyangkut metode dan cara penyamapaian pengajaran atau kesaksian kepada orang lain.

Untuk menemukan cara tepat menyampaikan berita dan kabar keselamatan tetang Kristus, kita butuh banyak belajar. Namun yang lebih utama adalah meminta campur tangan TUHAN, seperti yang IA lakukan kepada Yeremia.

3.       Sebelum TUHAN memilih orang lain, jangan menolak panggilannya.
TUHAN berhak memakai siapa saja untuk melaksanakan rencana-Nya yang agung dalam dunia ini, termasuk seorang yang tidak percaya sekalipun seperti Nebukad-Nezar.
Hari ini kita ditegur TUHAN, bahwa seringkali kita ogah-ogahan melakukan tanggung-jawab pelayanan kita untuk TUHAN, lewat keluarga sebagai Istri atau suami; sebagai orang tua atau anak; di dalam gereja sebagai pelayanan atau pengurus dll. Apabila kita yang percaya lalai dan tidak penuh hati melakukan apa yang Tuhan tugaskan, maka berhati-hatilah! Sebab kesempatan menjadi hamba dan kawan sekerja-Nya bisa TUHAN alihkan kepada orang lain termasuk seorang yang tidak percaya sekalipun. Kiranya itu tidak terjadi pada kita di sini. Amin.

Tuesday, January 17, 2012

MATERI RENUNGAN IBADAH SEKTOR, 18 JANUARI 2012

REFLEKSI RENUNGAN RABU, 18 JANUARI 2012

by: Pdt. Yvonne De Carlo Taropatty on Wednesday, January 18, 2012 at 7:03am
Kejadian 18: 11-15 “ Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan

Ternyata tertawa tidak saja merupakan puncak kegembiraan, titik tertinggi keceriaan dan ujung sukacita sebagai ekspresi dari perasaan bahagia, tetapi tertawa juga  dapat bermakna lain misalnya: tertawa sinis yang bernada menghina dan merendahkan seseorang, tertawa karena kecewa dan putus asa, tertawa dari perasaan tidak yakin terhadap sesuatu yang ia alami seperti Sara, ketika para tamunya berkata: “Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara isterimu akan mempunyai seorang anak laki-laki dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang dibelakangnya” (ay 10)

Sara menganggap kata-kata yang diucapkan tamunya itu hanya sebagai suatu harapan sahabat, lips servis (pemanis mulut) yang menyatakan rasa-terimakasihnya karena sudah dijamu seramah itu. Sara mengambil kesimpulan, para tamu itu tidak mengetahui bahwa usianya telah lanjut, karena biasanya wanita Yahudi tidak boleh hadir dan menampakkan diri ke ruang para lelaki jika ada lelaki lain yang bertandang ke rumah mereka. Sara mengambil kesimpulan, para tamu itu tidak mengetahui bahwa usianya telah lanjut. Itulah sebabnya dibelakang ia mentertawakan apa yang diucapkan para tamu itu!

Sara merasa aneh, ganjil dan lucu. Mungkinkah itu terjadi? Bukankah secara logika, akal sehat dan alamiah hal itu sama dengan mision imposible, tidak mungkin dan mustahil!! Mengingat ketika itu Abram sudah berusia 90 tahun dan Sara juga sudah lanjut umur, ia sudah mati haid alias menapose bahkan Sara menyebut Abraham dan dirinya sendiri sudah tua dan sudah lay (ay 11) sudah menjadi opa oma, opung alias sudah menjadi anggota PKLU. Saat ini manusia yang berusia 90 tahun jarang sekali masih hidup dan kalau masih ada maka biasanya kondisi mereka sudah disebut 10 L (Lemas, layu, lesu, loyo, lunglai, lamban, lupa, linu-linu bahkan sampai lumpuh...)

Allah tidak akan membiarkan mereka menjadi kering dan tua keronta dalam harapan yang sia-sia, Ishak adalah bukti bahwa Allah setia pada janjiNya yang telah memanggil Abraham dan keturunannya dalam suatu rencanaNya yang Agung yaitu karya penyelamatanNya yang kita tahu telah digenapi didalam dan melalui kelahiran, penderitaan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Bukankah hal ini sesuai dengan janjiNya:”.....dan olehmu semua kaum di buka bumi akan mendapat berkat” (Kej 12:3)

Allah yang Maha Kuasa dan Maha Tahu tersebut tidak pernah meleset dengan apa yang dijanjikannya. Apa yang pernah diucapkan Allah di pasal 12 dan 15 sekarang diteguhkan lagi, diingatkan lagi kepada Abraham dan Sara bahwa janjiNya itu Ya dan Amin! Allah juga ingin menyatakan kepada mereka bahwa anak yang akan lahir itu bukanlah semata-mata hasil keinginan biologis antara laki-laki dan perempuan. Bukan pula atas kehendak Abraham dan Sara sendiri, tetapi kepada kehendak dan rencana Allah, Ia sendiri yang menetapkan bahwa Ishak adalah “anak perjanjian” Ishak adalah bukti bahwa Allah setia kepada janjiNya!

Janji manusia terkadang bisa meleset, bisa gagal dan bisa tidak dipenuhi. Dalam hidup ini banyak sekali janji-janji yang diucapkan oleh orang kristen seperti misalkan:
  • Pada waktu orang tua membawa anak-anaknya untuk menerima sakramen Baptisan Kudus, mereka berjanji ya dengan segenap hatiku, aku akan mengajarkan anak-anaku tentang siapa Yesus, apa yang difirmankan Allah sampai suatu saat  secara pribadi mereka mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan akan keselamatan mereka, tetapi dalam pertengahan jalan banyak orang tua yang gagal memenuhi janjinya.
  • Pada waktu seseorang di Sidi, mereka berjanji ya dengan segenap hatiku dengan setia mengikut Yesus dan tidak akan tergoyah oleh apapun juga, tetapi kenyataannya banyak sekali anak-anak kita yang menyeberang dan menyangkal Yesus hanya karena teman hidup atau jabatan.
  • Pada waktu seseorang menikah, mereka berjanji ya dengan segenap hatiku, aku akan setia dalam suka dalam duka dalam keadaan apapun sampai maut memisahkan kita, tetapi kenytaannya banyak sekali pasangan kristen yang cerai berai oleh karena berbagai hal yang mereka alami.
  • Pada waktu seseorang diangkat dalam sumpah/janji jabatan, ya saya berjanji bahwa saya akan mengabdikan diri saya dengan setia dan jujur serta tidak akan menerima apapun dan dalam bentuk apapun, tetapi banyak sekali orang kristen yang menjadi koruptor dan menyalahgunakan jabatannya yang kemudian berakhir di penjara!
  • Pada saat dipilih sebagai Presbiter (Penatua, diaken dan Pendeta) atau sebagai pengurus PELKAT dan Panitia-panitia, mereka berjanji ya dengan segenap hatiku akan menjalankan tugas panggilan dan pengutusan Allah ini dengan setia, tetapi kenyataannya banyak sekali Presbiter dan pengurus PELKAST yang setia hanya diawal-awal dan diakhir-akhir tugasnya menjelang pemilihan Presbiter atau pengurus PELKAT yang baru...
Dan masih banyak lagi-janji-janji yang diucapkan manusia, tetapi dikemudian hari mereka mengingkarinya. Abraham dan Sara diingatkan kembali bahwa mereka tidak berhak mentertawakan apa yang pernah dijanjikan Allah tersebut.

Dalam pengalaman kehidupan sehari-hari, diisatu sisi terkadang kitapun tertawa sinis penuh keraguan dan tidak percaya ketika Firman Tuhan disampaikan kepada kita bahwa Allah pasti memenuhi janjiNya tepat pada waktunya, indah pada saatnya. Disisi lain banyak kali orang hanya mau menerima janji Tuhan tetapi tidak mau hidup sesuai dengan cara Tuhan, agar supaya Ia bisa memenuhi janjiNyA

Kepada Abraham dan Sarapun Allah tidak saja mengingat mereka untuk tidak mentertawakan penuh keraguan akan janjiNya tersebut, tetapi juga ada konsekwensi logis yang harus mereka lakukan agar supaya janjiNya tersebut menjadi kenyataan yaitu: “Hiduplah dihadapanKu dengan tidak bercela” (Kej17:1)

Refleksi bagi kita, dari kisah ini kita belajar bahwa kita tidak perlu tertawa penuh keraguan ketika Ia menyatakan janjiNya kepada kita karena bagi Dia dan di dalam Dia tidak ada yang mustahil untuk memenuhi janjiNya, asalkan kita percaya dan ikut cara serta kehendak Tuhan agar Ia memenuhi janjiNya...(ydtl)

Monday, January 16, 2012

MATERI KHOTBAH PKP 17 JANUARI 2012 KEJADIAN 17:23-27


Untuk dapat memahami peristiwa dalam pasal 17:23-27, maka kita perlu menelusuri jejak awal peristiwa tersebut yang dimulai pada pasal 15 Kitab Kejadian tentang janji awal memperoleh keturunan. Janji ini diberikan TUHAN kepada Abraham pada saat ia berusia sudah tidak muda lagi. Untuk lebih jelasnya mari kita melihat beberapa poin di bawah ini yang berasal dari pasal sebelumnya sampai pasal bacaan kita hari ini :

1.       Perhatikan pasal 15:1-3
Abraham sedang mengalami ketakutan, sehingga Tuhan menyapanya dengan ungkapan “janganlah takut” (15:1). Apakah sebenarnya yang ditakutkan Abraham? Bukankan kondisi itu sedang tidak ada perang? Bukankah juga Abraham adalah seorang lelaki kaya dan tidak mengalami kekurangan apapun?

Ternyata ketakutan Abraham bukan soal perang atau kekurangan sesuatu, melainkan hal yang sedang ditakutkannya adalah masalah keturunan dan ahli waris keluarganya. Dalam 15:3 dengan jelas Abraham mengeluh dan berkata kepada TUHAN, Allahnya: “Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku”.

Rupanya, TUHAN tidak menyetujui rencana ini. Dalam 15:4 kita menemukan bahwa ahli waris dari Abraham haruslah anak kandungnya sendiri. Ini merupakan janji TUHAN kepadanya, sekaligus perintah untuk melakukannya.

2.       Perhatikan pasal 16:1-16.
Bagaimanapun Abraham adalah manusia biasa yang walaupun sangat beriman, ternyata melakukan kekeliruan juga. Atas desakan istrinya sediri (Sarai) yang mengerti kegundahan suaminya, maka Sarai memberikan Hagar, pembantunya, untuk menjadi gundik Abraham dan melahirkan seorang anak lelaki yang diberi nama Ismail. Sarai melakukan itu sebab ia sendiri mandul dan tidak bisa memperoleh anak.
Dengan lahirnya Ismail, maka Abraham berpikir bahwa masalahnya telah terpecahkan, sebab ia sekarang memiliki anak kandung sebagai ahli waris yakni Ismail.

3.       Perhatikan bacaan kita pasal 17:15-19
Ternyata masalah yang dianggap selesai dan rencana matang yang disiapkan oleh Abraham dan istrinya tidak disetujui oleh Tuhan. Rupanya, TUHAN merencanakan hal lain dalam kehidupan Abraham dan Istrinya. Menurut TUHAN, Ismail tidak akan menjadi ahli waris Abraham; dan sebagai gantinya TUHAN akan menghadirkan seorang anak dari kandungan istrinya yang Sah yakni Sarai atau Sara.

Apakah reaksi Abraham? Tentunya ini merupakan berita baik namun sekaligus menggelikan untuk didengar apalagi dipercaya. Hal ini terlihat jelas dalam ayat 17 bacaan kita ketika Abraham tertawa mendengar pernyataan itu dan bertanya dalam hantinya tentang “kemungkinan yang tidak mungkin” itu.

Mengapa Abraham merasa bahwa rencana TUHAN itu sungguh menggelikan sehingga ia tertawa tanda tidak yakin? Sebab saat itu Abraham telah berumur 99 tahun dan Sara 89 tahun. Maka adalah mustahil baginya untuk beroleh anak pada usia 100 tahun dan istrinya berumur 90 tahun. Keraguan Abraham sangatlah relevan dan logis untuk dipikirkan sebab usia 90 tahun bagi seorang perempuan adalah usia tidak produktif dan mustahil memperoleh keturunan.


4.       Perhatikan Pasal 17:20-22
Abraham pasti kecewa, sebab secara psikologi “persoalan yang satu ini”, yakni masalah keturunan dan ahli waris, menurutnya sudah selesai namun justru “dimentahkan” lagi oleh Allah.

TUHAN, Allah Abraham sangat mengerti keinginan hambanya itu dan mengetahui betapa Abraham sangat mengasihi Ismail. Itulah sebabnya, anak yang bukan ahli waris tersebut tetap diperhatikan oleh Allah. TUHAN, Allah telah menyiapkan berkat dan perjanjian khusus bagi Ismail dan keturunannya. Bagaimanapun juga, walau Ismail tidak dikehendaki Allah, namun Ismail tetap mendapat kasih Karunia-Nya karena permintaan Abraham.

Perhatikan bahwa Allah tidak berencana untuk memberkati Ismail. Namun kita menemukan alasan mengapa Ismail juga turut mendapat berkat dari TUHAN, Allah. Hal ini jelas nampak dalam ayat 20 pasal 17 kitab Kejadian yang menyatakan bahwa TUHAN, Allah memberkati Ismail oleh karena permintaan Abraham. Permohonan seorang ayah yang takut TUHAN ini, didengar oleh TUHAN, Allahnya.

5.       Perhatikan bacaan kita Kejadian 17:23-27 bacaan kita hari ini.
Apakah reaksi Abraham setelah TUHAN, Allahnya pergi? Sebelum menjawabnya, mari kita ganti pertanyaan ini sbb: apa reaksi saudara ketika orang memberi intruksi tertentu namun tdk sesuai kehendak kita? Apa yang kita lakukan ketika dia pergi? Saya yakin, minimal kita “ngomel” atau ogah-ogahan melaksanakan perintah atau permintaaan orang tersebut karena sebenarnya hal itu sangat jauh dari yang kita harapkan.

Apa yang dilakukan Abraham? Abraham tidak bersungut, walau mungkin ia kecewa. Abraham tidak melaksanakan PERINTAH TUHAN dengan sambil lalu dan asal-asalan karena tidak sesuai keinginannya. Namun dari ayat 23-27 kita menemukan bahwa kualitas melakukan perintah TUHAN dikerjakan Abraham dengan penuh kesungguhan.

Abraham bukan saja hanya mendengar perintah TUHAN namun melakukannya dengan segera. Ia mengumpulkan semua orang laki-laki termasuk Ismail dan para hambanya untuk kemudian disunat sebagai tanda perjanjian dan sekaligus tanda ketaatan Abraham melaksanakan janji TUHAN itu.

Dari uraian Firman Tuhan ini, ada beberapa hal penting yang kiranya dapat kita pelajari dan renungkan dalam hidup kita sebagai keluarga, istimewa sebagai suami atau istri dalam rumah tangga. Beberapa hal penting itu adalah sebagai berikut:
1.       Tidak semua yang kita inginkan dapat kita peroleh. Banyak orang berusaha untuk mencapai semua yang diinginkan, ketika gagal, maka kecewa dan kehilangan harapan. Hari ini kita diajar oleh kisah Abraham ini, bahwa bagaimanapun tidak semua hal sesuai dengan mau dan ingin kita. Kita perlu berbesar hati bahwa rencana besar dan baik milik kita, tidak selalu sejalan dengan rencana TUHAN, Allah kita. Ia memiliki rencana yang lebih baik dan lebih besar untuk hidup dan keberadaan kita. Menunduk setuju dan menjalani rencana yang TUHAN petakan dalam hidup kita adalah pilihan yang bijak dan  berkhikmat.

2.       Mendengar dan melakukan perintah TUHAN adalah panggilan utama kita, seperti apa yang dilakukan Abraham. Kadangkala kita merasa TUHAN mengabaikan kita; Ia “semena-mena” dan tidak memperhitungkan perasaan kita. Namun bukankah TUHAN adalah pemilik hidup kita? Ia berhak melakukan apapun dalam hidup kita bersama keluarga.

Abraham tidak mempersoalkan hal itu. Dia mungkin kecewa karena idenya tentang Ismail ditolak Allah. Namun kondisi dan kenyataan itu tidak menjadi alasan cukup kuat bagi Abraham untuk tidak dengan setia melakukan perintah TUHAN. Baginya kepatuhan kepada TUHAN adalah tindakan totalitas imannya. Tunduk dan patuhnya adalah tindakan tanpa syarat kepada Allah. Abraham tetap setia dan mengerjakan dengan detail semua perintah TUHAN, Allahnya itu. Kitapun harusnya demikian. Jangan ada satu alasan-pun yang membuat kita tidak patuh dan setia, termasuk alasan “kecewa kepada TUHAN” sekalipun.
Kiranya kita dimampukan untuk mencotohi Abraham. Jadilah pribadi yang tetap menyenangkan TUHAN, Allah kita disaat senang maupun susah. Sebab Ia setia memberkati dan meyertai kita dalam kondisi apapun hidup kita. Amin.