Saturday, July 9, 2011

MATERI KHOTBAH MINGGU 10 JULI 2011


KIDUNG AGUNG 1:2-6

Jemaat Kekasih Kristus…
Sepintas lalu kitab Kidung Agung ini adalah kumpulan puisi saja dari seorang pria dan wanita yang merayakan cinta di antara mereka dan tidak terkesan sebagai Firman Tuhan.  Menurut beberapa ahli, dilihat dari isinya, kitab Kidung Agung adalah sebuah drama cinta yang penuh dengan syair-syair romantis dan juga mirip dengan nyanyian pernikahan Mesopotamia purba atau syair cinta Mesir Kuno. TUHAN tidak disebut-sebut dalam kitab ini, dan semua syair kelihatannya hanya mengutarakan satu gambaran tentang cinta manusia. Jika kitab KIDUNG AGUNG hanyalah suatu kumpulan syair yang mengekspresikan kekuatan cinta seseorang wanita terhadap seorang pria dan sebaliknya, mengapa kitab ini dimasukkan dalam Alkitab dan menjadi Kitab Suci?

Dalam bahasa Ibrani kitab ini disebut שיר השירים - SYIR HASYIRIM (lagu dari lagu-lagu atau syair dari syair-syair) sedangkan dalam Septuaginta (LXX) disebut sebagai Ασμα Ασματων – ASMA ASMATÔN dan dalam Vulgata disebut Canticum Canticorum yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai Canticles atau Song Of Solomon atau Kidung Agungnya Salomo.

Patut di ingat bahwa Kitab Suci di sebut ‘Suci’ bukan saja karena isinya hanya membicarakan hal2 yang suci; melainkan juga, menyingkapkan dengan jujur dan adil segala bentuk ketidaksucian yang merupakan akibat dari kejatuhan manusia di dalam dosa, dengan tujuan supaya manusia selalu mengingat betapa menyedihkan konsekwensi dosa, dan betapa Allah yang maha Suci namun Maha Pengasih itu tetap berkenan untuk membuka pintu pertobatan bagi mereka yang berkenan dihadapan-Nya.

Kitab Kidung Agung mencerminkan kepedulian dari Allah yang sangat memperhatikan segala segi kehidupan kita, termasuk hal2 yang bagi sebagian orang tabu atau tidak boleh dibicarakan. Kitab ini mengajak kita untuk belajar dari kelemahan hidup terbesar dari seorang raja yang terkenal tidak beres integritasnya dalam hal kehidupan moral pernikahannya dan sekaligus menuntun kita untuk bersikap jujur dan tulus terhadap kelemahan2 hidup kita terbesar pada hari ini.

Dengan memperhatikan kejujurannya yang tersirat dibalik pengajaran yang hendak Salomo sampaikan melalui kitab ini setiap kita akan jauh dari sikap yang menganggap kitab ini tabu atau ‘sungkan’ untuk dibicarakan. Justru kitab ini mengajak kita untuk jujur di dalam mengakui sisi2 gelap kehidupan kita dihadapan terang kebenaran firman Tuhan (lihat Roma 13:12-14). Allah melalui kitab ini seolah-olah mengingatkan setiap kita bahwa selama masih ada kekotoran di dalam dunia ini, maka kita sangat membutuhkan Kidung Agung ini.

Kitab ini mengungkapkan sisi2 dari keinginan manusia yang di penuhi dosa untuk membangun kehidupan cinta dan kesetiaan berdasarkan daya tarik fisik dan penampilan lahiriah. Ketidakpuasan terhadap apa yang telah dimiliki terlihat nyata dari gaya bahasa puitisnya yang penuh khayal atau imajinasi yang luar biasa. Sebagai pemuja keindahan dan seni kitab ini memperlihatkan bahwa Salomo adalah pribadi yang sangat lemah dan tidak sanggup mengendalikan diri terhadap segala daya tarik erotis yang merupakan salah satu focus hidupnya yang terbesar. Tidak mengherankan jika akhirnya 1 Raja-Raja 11:1,3 menjadi rekaman Alkitab yang menunjukkan prestasi dan teladan hidup yang buruk dihadapan Allah dan manusia sepanjang masa.

Salomo memiliki 300 isteri dan 700 gundik, dan itu jelas bukan cerminan dari kehidupan cinta yang kudus dihadapan Allah dan teladan hidup kesetiaan yang baik bagi orang percaya pada zamannya, termasuk bagi kita pada hari ini. Imajinasi dan keinginan2 yang ‘liar’ di dalam dirinya menyebabkan ia menyalahgunakan hal2 yang merupakan anugerah Tuhan baginya, sehingga ia jatuh dalam rupa2 perzinahan dan pernikahan2 tidak seiman iman yang dilarang oleh Tuhan (1 Raja-Raja 11:2, 7-8).

Jemaat Kekasih Kristus…
Agaknya, Kidung Agung menjadi warisan yang berharga bagi kita pada hari ini untuk memperingatkan orang2 percaya mengenai akibat dari keinginan manusia yang melampaui batas2 yang dikehendaki Allah baginya. Di balik keindahan syair2 Kidung Agung, Salomo telah memperlihatan kepada kita akibat2 yang sangat buruk dari keinginan manusiawinya yang penuh dosa dan tak terkendali yang mengakibatan rusaknya kehidupan rumah tangga/keluarganya dan pecahnya kerajaan Israel menjadi 2 bagian.

Tema tentang cinta dan kesetiaan yang benar merupakan bagian dari tema utama yang tersirat dari dalam kitab ini. Raja Salomo mengakui bahwa cinta dan kesetiaan yang sesungguhnya tidak dapat di beli dengan apapun (8:6-7, 11-12). Sebagai manusia yang paling berhikmat di bumi ini, Salomo memberikan kita 2 nasehat yang sangat bijaksana:

 1.       cinta dan kesetiaan yang benar tidak dibangun semata-mata oleh keinginan manusiawi kita (2:7; 3:5; 
         5:8; 8:4); dan

2.       cinta dan kesetiaan yang benar menolak segala cara yang palsu dari dunia (8:6-7; 11-12)

Puteri-puteri Yerusalem yang diungkapkan dalam kitab ini menggambarkan para wanita yang dinikahi oleh Salomo, yang sebenarnya ‘buta’ karena terpikat dengan kebahagiaan yang semu yang ia tawarkan kepada mereka melalui segala kemegahan duniawi yang ia miliki. Para puteri Yerusalem ini mewakili gambaran dari wanita2 yang tidak lagi melihat cinta dan kesetiaan yang benar sebagai sesuatu yang harus diperjuangkan, dimiliki dan dipertahankan. Kehidupan yang materialistis dan hedonistis membuat mereka rela dan senang hati mengabaikan kesucian dan harga diri dan menyerahkan hidup mereka kepada keinginan sang raja.

Berbeda dengan gadis Sulam yang dikisahkannya dalam kitab ini (1:5; 6:13). Gadis ini berusaha ia pikat dengan segala daya tarik dan kemegahan jasmaninya termasuk pengaruh kuasa politisnya (3:6-11), godaan materi yang ia tawarkan (8:11-12) untuk mau meninggalkan kekasihnya dan menjadi mempelai baginya . Ia memang berhasil memaksa sang gadis Sulam ke istananya sebagai mempelai wanita namun tetap tidak dapat membeli atau memiliki cintanya. Berbagai daya upaya dilakukan oleh sang raja untuk memenangkan hatinya, namun gadis Sulam ini tetap dapat menjaga kesucian dirinya. Kidung Agung 4:1-15; 5:1 adalah rayuan sang raja yang ditujukan untuk menaklukan hatinya. Dan meskipun sang raja turut ‘di bantu’ oleh para permaisuri dan para selirnya, yakni puteri2 Yerusalem penghuni Harem untuk membujuk dia, ternyata si gadis Sulam tetap tegar. Cinta dan kesetiaanya kepada kekasihnya sang penggembala domba tidak pernah berubah (5:2-8).

Kidung Agung 5:9 merupakan ungkapan keputusasaan mereka dalam membujuk si gadis Sulam untuk menuruti keinginan sang raja, sekaligus juga sebagai bentuk kemarahan dan ejekan bagi si gadis Sulam karena di anggap menyia-nyiakan kesempatan ‘emas’ itu. Namun ejekan ini pada akhirnya, justru berubah menjadi kekaguman dalam diri sang raja ini beserta para permaisuri dan para selirnya (6:4-13). Mereka memuji si gadis Sulam karena cinta dan kesetiaannya yang tak terbeli dan tak tergantikan.

Meskipun demikian, sesuai dengan wataknya yang tak kenal menyerah dan sebagai seorang yang keinginannya hampir tidak pernah tidak terpenuhi, sang raja masih tetap berusaha melakukan upaya terakhir (7:1-9). Tetapi rupanya tetap tidak berhasil. Si gadis Sulam tetap pada pendiriannya (7:10-8:4). Sang raja akhirnya menyerah dan membiarkan si gadis Sulam yang teryata tetap tidak mau menjadi mempelainya itu pergi dari istana dembali ke rumah orang tuanya dan bertemu kembali dengan kekasihnya! Ungkapan dalam Kidung Agung 8:5-14 menggambarkan kemenangan dari cinta dan kesetiaan sejati antara si gadis Sulam dengan kekasihnya sang penggembala domba.

Jemaat Kekasih Kristus…
Ada beberapa hal penting yang dapat kita aplikasikan dalam hidup ini berdasarkan Firman Tuhan, khususnya pasal 1:2-6 dari Kitab Kidung Agung ini:

1.       Hiduplah dengan menampilkan pesona kehidupan batiniah bukan lahiriah.
Perhatikanlah ayat 2-3 bacaan kita, ketika puteri-puteri Yerusalem terbius akan keelokan raja secara lahiriah yakni keharuman wangi-wangiannya dan pesonanya. Kita diajarkan bahwa janganlah hanya mengutamakan pesona lahiriah saja, sementara hidup batiniah atau rohani sebenarnya bobrok. Dalam hidup ini, janganlah tertipu dengan hal-hal bendawi dan ragawi saja, sebab belum tentu sesuatu yang kelihatan baik dan sedap, adalah benar2 sedap sebab mungkin justru menjerumuskan.

Simaklah juga nasehat dari rasul Petrus ini: “Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah” (1 Petrus 3:3-4).

2.       Perjuangkan dan peliharalah kesucian hidup
Marilah simak pernyataan tegas si gadis desa yang dibawa masuk istana karena keinginan raja padahal gadis ini telah memiliki kekasih dikampungnya sebagai seorang penggembala (lih ay.7). Ia mengaku bahwa kulitnya tidak semulus kulit para gadis istana; bahwa secara lahiriah ia kurang cantik. Namun justru ia lebih cantik dari mereka sebab kesetiaannya adalah ukuran kecantikan pribadinya.

Pada ayat 4 kita menemukan kesan kuat bahwa gadis desa ini tidak silau pada keanggunan Raja dan kemegahan istananya. Ia mempertahankan kesetiaanya kepada sang kekasihnya di kampong halaman dan tetap ingin kembali menemuinya. Itulah justru arti kecantikan dari gadis Sulam ini. Baginya kecantikan bukan lah mengukur dari kemurnian warna kulit yang sangat lahiriah, namun  justru kecantikan sesungguhnya adalah kemurnian dan kesucian hidup yang diukur lewat kesetian.

Hari ini kita belajar pula untuk mempercantik dan memperindah hidup kita bukan lewat hal-hal lahiria, melainkan dengan kesucian hidup lewat kesetiaan. Kita hidup ditengah dunia yang penuh dengan godaan, baik dari dunia yang penuh dengan daya tarik dosa maupun dari dalam diri kita sendiri yang berasal dari sisa kehidupan daging.


Bacaan kita hari ini menunjukkan betapa hebatnya godaan yang datang dari daya tarik filosofi hidup manusia yang hedonis dan materialis (Kidung Agung 1:2-4; 3:6-11) yang menjanjikan segala kenikmatan hidup yang bersifat fana yang dapat menjadi berhala (Baal-Hamon) di dalam kehidupan orang percaya (Kidung Agung 8:11). Oleh karena itu waspadalah terhadap segala hal yang dapat mengakibatkan kita ‘menduakan’ Tuhan dalam hidup ini (lihat Matius 6:24; Lukas 16:13) sehingga kemudian kita menjadi tidak setia kepadaNya yang adalah Gembala Agung kita dan kemudian tergoda pada pengusa-pengusa keinginan daging dunia ini. Karena itu, marilah menjadi orang percaya yang setia kepada TUHAN dan hindarkan diri untuk berpaling pada dunia yang menawarkan keagungan semunya. Amin.