MENDENGARKAN SUARA TUHAN
Pengantar
Apa yang dicatat Hagai adalah peristiwa ketika orang Israel sudah kembali dari pem-buangan. Ketika orang Israel, khususnya orang Yehuda sedang membangun kembali Bait Suci di Yerusalem, mereka mendapat perlawanan dari penduduk sekitar sehingga pekerjaan membangun Bait Suci menjadi terhambat (Ezr 4:1-4). Akhirnya, pekerjaan membangun Bait Suci itu terhenti sampai Darius, raja Persia berkuasa (Ezr 4:24).
Rupanya, selama pembangunan kembali Bait Allah terhenti, … orang Israel sendiri pun seperti terlena dengan terhentinya pembangunan itu (ay. 2: Bangsa ini berkata: ”Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN!"). Sepertinya orang Israel sengaja menunda atau setidaknya memanfaatkan keadaan yang (semula) tidak kon-dusif sebagai alasan untuk tidak melanjutnya pembangunan kembali Bait Suci. Tidak hanya itu, selagi mereka berhenti membangun kembali Bait Allah, orang Israel itu pun menyibukan diri dengan membangun rumah mereka sendiri-sendiri (ay.4). Inilah yang membuat TUHAN menegur mereka dengan cukup keras melalui nabi Hagai: masakan mereka sudah mendiami rumah mereka sendiri (dari papan) sementara Rumah TUHAN, yaitu Bait Allah dibiarkan me-reka masih dalam bentuk reruntuhan (ay. 4).
Oleh karena keadaan ini, TUHAN menyadarkan orang Israel akan apa yang sebenarnya mereka alami saat itu (Perhatikanlah keadaanmu!), yaitu: mereka menabur banyak (sehubungan dengan pekerjaan mereka sebagai petani) tetapi hasil yang dibawa pulang sedikit; mereka makan tetapi tidak kunjung merasa kenyang; mere-ka minum tetapi tidak pernah merasa dipuaskan; mereka berpakaian tetapi tidak pernah cu-kup untuk menghangatkan badan; mereka menabung upah dari kerja tetapi pundi-pundinya berlobang (ay. 6); mereka mengharapkan banyak tetapi mendapat sedikit (ay, 9); Itulah se-babnya mereka mengalami kekeringan sehingga tidak ada tanaman yang menghasilkan (ay. 10-11). Dengan kata lain, kekurangan yang mereka alami selama ini bukan karena mereka kurang giat bekerja atau berusaha tetapi karena mereka mengabaikan pembangunan kem-bali Bait Allah.
Pemahaman Teks
Ay. 12 Lalu Zerubabel bin Sealtiel dan Yosua bin Yozadak, imam besar, dan selebihnya dari bangsa itu mendengarkan suara TUHAN, Allah mereka, dan juga perkataan nabi Hagai, … lalu takutlah bangsa itu kepada TUHAN.
Ay. 13 Firman TUHAN kepada mereka melalui Hagai: "Aku ini menyertai kamu, …."
Ay. 14 TUHAN menggerakkan semangat Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan semangat Yosua bin Yozadak, imam besar, dan semangat selebihnya dari bangsa itu, untuk melanjutkan pembangunan rumah TUHAN semesta alam, Allah mereka.
Renungan dan Penerapan
Jika penghentian pembangunan bait Allah yang didahului oleh berbagai teror terhadap orang Israel adalah peristiwa yang cukup traumatis namun ternyata tidak cukup membuat trauma orang Israel dalam mendirikan bangunan di daerah itu. Apakah karena yang dibangun adalah rumah pribadi, bukan tempat ibadah untuk umum?
Apa yang membuat orang Israel menunda atau menghentikan sementara pembangunan kembali Bait Suci adalah alasan umum yang juga sering kita alami yaitu masyarakat sekitar yang tidak kondusif.
Dalam bergereja, penolakan bahkan perlawanan dari masyara-kat sekitar bukanlah hal baru. Dalam situasi seperti itu, gereja lebih memilih untuk berhati-hati daripada terus melanjutkan kegiatan maupun pembangunan. Gereja umumnya akan menunda atau menghentikan sementara kegiatan maupun pembangunan yang sedang berlangsung demi keselamatan bersama. Akan tetapi, apakah ini kelebihan atau keburukan manusia yaitu dalam keadaan terjepit pun selalu dapat celah untuk menguntungkan diri sendiri. Warga jemaat pun memanfaatkan situasi ini untuk tidak berbuat apa-apa di gereja. Kita pun selalu berhasil menemukan alasan untuk tidak mengadakan kegiatan atau pembangunan apa-apa di gereja, misalnya: keselamatan kita berkegiatan atau membangun gereja tidak terjamin (jika diserbu massa, aparat pun belum tentu bisa diharapkan menolong); tidak ada dana; tidak ada sumber daya insani yang mumpuni; tidak ada/ cukup waktu; tidak ada fasili-tas, sarana dan prasarana yang mendukung, dll.
Sejarah Israel memperlihatkan bahwa ketika kita memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan seperti itu, maka apapun yang kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari selalu terasa ‘kurang’ (bekerja keras namun hasil yang dibawa pulang sedikit, makan – minum tidak kunjung merasa kenyang, menabung/ berhemat tetapi tetap saja tidak cukup, dll). Akan te-tapi, sekalipun TUHAN ‘menghukum’ kita dengan cara yang demikian, Ia tetap memperde-ngarkan suara kepada umat-Nya.
Yang menarik untuk disimak tentang firman TUHAN ini adalah hanya terdiri atas empat kata, tidak lebih, yaitu “Aku ini menyertai kamu … (ay. 13).” TUHAN tidak menyampaikan kata-kata kemarahan yang panjang, TUHAN pun tidak menasihati umat-Nya. Ketika menurut kita, masalah kita adalah masalah yang besar dan berkepanjangan, TUHAN tidak membahas dengan umat-Nya tentang masalah yang mereka hadapi, pun tidak memberi jalan keluar yang praktis, yaitu apa yang harus mereka lakukan. TUHAN hanya berkata “Aku ini menyertai kamu … (ay. 13).”
Selanjutnya, kitab Hagai mencatat bahwa TUHAN menggerakkan semangat.
Ini menandakan bahwa firman TUHAN yang hanya terdiri atas empat kata itu diikuti oleh tindakan menggerakkan semangat. Ini berarti ketika TUHAN menyatakan penyertaan-Nya, ada semacam daya atau kekuatan, semangat atau spirit yang mampu membangkitkan semangat juang orang yang percaya kepada-Nya. Dalam menghadapi hidup dengan segala tantangan dan perjuangannya, yang kita butuhkan hanyalah penyertaan TUHAN (tidak perlu meminta ini-itu seolah TUHAN tidak tahu apa yang kita perlukan).
Jika pengaduan atau bahkan pembelaan diri kita yang panjang lebar kepada TUHAN tentang masalah dan kesusahan hidup yang sedang kita hadapi hanya akan dibalas dengan empat kata yang sangat kuat itu, maka lebih baik, kita pun tidak perlu banyak bicara tetapi kerjakan saja tugas tanggung jawab kita. Apapun masalah yang kita hadapi, penyertaan TUHAN itu cukup menjamin keselamatan kita dan menjawab apa yang kita butuhkan.