Monday, May 12, 2014

BAHAN RENUNGAN IBADAH PKP 13 MEI 2014



1 PETRUS 5:1-5

PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi.

Para penerima surat 1 Petrus ini, hidup dalam masa-masa sukar. Mereka ada di zaman sulit. Saat dimana Kekristenan mengalami penganiayaan. Dibenci oleh Nero, sang penguasa. Tentu saja, bagi yang memiliki mentalitas cari aman, pilihan mengikuti jejak Yesus, bukanlah keputusan cerdas. Mereka akan memilih menolak salib, sebab itu derita. Terhadap yang setia beriman, namun minim pemahaman, Petrus bukan saja mencerdaskan, namun juga menguatkan melalui suratnya ini.

TELAAH PERIKOP
Dalam kondisi memprihatinkan seperti itu, gereja Tuhan di zaman Surat Petrus ini, memerlukan para pemimpin dan pelayan yang berkualitas. Lazimnya para pemimpin jemaat di zaman itu biasa disebut dengan Penatua. Itulah sebabnya, Petrus menasehati para penatua dalam jemaat itu untuk melayani dengan baik. Tugas utama mereka adalah menggembalakan umat Tuhan.

Untuk melaksanakan tanggung jawab menggembalakan atau memimpin umat Tuhan tersebut, Rasul Petrus memberikan beberapa standard pelayanan dan ketentuan memimpin yang sangat detail. Ada beberapa hal penting yang harus dipenuhi seorang pemimpin yang melayani umat Tuhan diuraikan oleh Petrus dalam bacaan kita, yakni:

1.       Umat Tuhan disebut kawanan domba Allah (ay.2a)
Hal menarik ditegaskan Petrus dalam ayat 2a ini. Bahwa umat yang akan dipimpin dan digembalakan oleh penatua atau pemimpin umat pada waktu itu adalah “kawanan domba Allah”. Perhatikanlah kata keterangan untuk menunjuk siapa pemilik kawanan domba itu. Ternyata kawanan domba tersebut milik Allah. Umat yang digembalakan itu bukan milik si pemimpin umat atau para penatua tersebut, melainkan milik Tuhan. Umat yang digembalakn itu adalah jemaat milik Tuhan dan bukan milik para pemimpin umat.

Pernyataan Rasul Petrus ini sangat penting untuk menegaskan bahwa siapapun para pemimpin umat, tidak pernah memiliki gereja atau umat yang dilayani. Tuhan pemilik gereja dan umatNya. Para gembala atau penatua pada zaman itu diarahkan untuk memahami bahwa mereka tidak melayani umat Tuhan, tetapi melayani Tuhan. Cara melayani Tuhan melalui menggembalakan milik Tuhan yaitu umatNya atau kawanan domba Allah.

2.       Gembalakan dengan sukarela sesuai kehendak Allah (ay.2b)
Kalimat lengkap dari ayat 2b ini adalah: “gembalakanlah... jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah”. Perintah ini mengandung pengertian bahwa seorang gembala atau pemimpin umat harus menggembalakan sesuai dengan kemauan atau kehendak Allah dan bukan kemauan dan kehendak diri sendiri sebagai pemimpin.

Sebab jika yang diutamakan adalah harus terjadi sesuai dengan kehendak sendiri dari pemimpin dan bukan kehendak Allah, maka itu bukanlah mengajak mereka dengan sukarela, melainkan mengajak dan memimpin mereka dengan paksa. Jika dikerjakan sesuai kehendak Allah, maka cara memimpin harus sesuai dengan cara Tuhan, yakni penuh kasih, membangun, menopang dan mengampuni. Tidak ada upaya dan tindakan yang justru menyakiti kawanan domba Allah namun merangkul dengan penuh kasih setiap pelayanan yang dikerjakan. Itulah model Sang Gembala Agung menggembalakan umatNya.

3.       Jangan cari keuntungan, utamakan pengabdian (ay.2c)
Ketulusan dalam pelayanan ditekankan oleh Rasul Petrus bagi para Penatua dan pemimpin umat yang menerima suratnya ini. Pelayanan harus di dasarkan atas dasar pengabdian. Pengabdian dimaksud adalah pengabdian kepada Allah sumber pemberi hidup. Seorang yang melayani Tuhan melalui umatNya, harus didasarkan bukan karena akan menerima sesuatu tetapi justru karena telah menerima sesuatu dari Allah.
Orang yang diselamatkan adalah pribadi yang telah menerima sesuatu yang berharga dari Allah yakni keselamatan. Wujud syukur karena telah menerima keselamatan dari Allah adalah melayani dengan penuh pengabdian dan bukan demi mencari keuntungan. Sebab keuntungan sudah diterima lebih dulu sebelum orang percaya melayani, yakni menerima anugerah keselamatan.

4.       Cara memimpin dengan baik adalah menjadi Teladan (ay.3)
Hal yang indah dari melayani adalah jika orang yang kita tuntun mau mengikuti apa yang kita arahkan dalam kebenaran demi kebaikan mereka. Namun Petrus menekankan bahwa cara terbaik melayani adalah bukan memaksa dan memerintah mereka yang dilayani untuk mengerjakan apa yang harus mereka kerjakan sebagai pribadi yang diselamatkan.

Cara jitu yang dianjurkan Petrus adalah menjadikan pusat kehidupan para pemimpin sebagai teladan umat. Cara bijak untuk menuntun seseorang adalah bukan memerintah namun memberi teladan. Sebab gembala berjalan di depan. Arah dan tujuan yang dituju gembala pasti diikuti dombanya. Itulah sebabnya, gembala menjadi panutan atau teladan, memberikan teladan yang baik akan menghasilkan pengaruh yang besar pada kehidupan umat untuk berprilaku dan mengerjakan kebaikan juga.

Pada ayat 4 bacaan kita, Petrus memberikan alasan mengapa mereka harus mengerjakan 4 poin di atas ketika menggembalan kawanan domba Allah. Alasannya adalah, karena Gembala Agung yakni Tuhan Yesus Kristus pasti akan kembali dan meminta pertanggung-jawaban atas apa yang sudah dikerjalan. Bila hasil pekerjaan baik, maka yang dieroleh adalah mahkota kemuliaan; jika yang dikerjakan justru menyimpang dari kehendakNya, maka murka Tuhan pasti akan ditimpakan.

Apabila kita membaca secara kritis ayat 5, maka kita menemukan bahwa Rasul Petrus dalam perikop ini, tidak hanya berbicara tentang bagaimana seharusnya para gembala dan pemimpin umat itu mengerjakan panggilan pelayanannya. Pada ayat 5, Petrus juga menasehati umat Tuhan sebagai kawanan domba Allah. Sebagai jemaat, mereka juga harus dengan sukarela dan patuh serta tunduk mengerjakan apa yang diajarkan kepada mereka. Umat dilarang tegas bersikap angkuh dan tinggi hati. Melainkan mereka dimintakan untuk saling rendahkan diri seorang akan yang lain. Hal ini penting agar umat menyadari panggilan mereka sebagai kawanan domba yang harus rendah hati dan meninggikan Tuhan sebagai pribadi yang maha tinggi.

RELEVANSI DAN APLIKASI
Firman Tuhan ini bukan hanya ditujukan kepada para pemimpin umat (Diaken, Penatua atau Pendeta) tapi juka ditujukan kepada semua orang yang memberi diri untuk melayani Tuhan melalui pelayanan kepada umatNya. Entah kita sebagai presbiter, pengurus Pelkat, komisi, ibu rumah tangga. Siapapun kita dipanggil untuk melayani. Karena itu penting bagi kita untuk merenungkan hal-hal sebagi berikut:
1.       Sebagai seorang umat yang melayani Tuhan, kita harus mengingat bahwa yang kita layani adalah kawanan domba Allah yang dipercayakan kepada kita. Penyadaran akan hal ini membuat kita bertanggungjawab dalam mengerjakan tanggungjawab kita. Penyadaran akan hal ini juga akan membuat kita tidak dalam posisi mengeksploitasi orang yang kita layani (Yeh 34:1-6 adalah kisah eksploitasi yang dilakukan gembala jahat).

Sebagai ibu2 misalnya, ketika melayani anak2 dan suami, maka pahamilah bahwa mereka bukanlah milik kita tapi milik Tuhan. Layanilah dengan sukacita dan kerelaan seakan melakukannya untuk Tuhan. Sebab anak-anak yang kita layani dan besarkan adalah titipan Tuhan bagi kita.

2.       Kita juga tidak boleh mencari keuntungan, tetapi pengabdian (ay 2). Melayani itu adalah memberi dan mengorbankan yang kita punya. Seorang pelayan tidak menghitung apa yang sudah ia serahkan (waktu, tenaga, atau uang) tetapi menghitung apa lagi yang masih bisa ia persembahkan. jika kita melakungan hitung-hitungan maka kita bisa mengharapkan balas jasa dan terjebak dalam perbuatan mengharapkan pamrih atau ketidaktulusan. Bukankah hal ini pula yang kita lakukan sebagai seorang ibu kepada anak2nya? Pelayanan terbaik para ibu yang berkorban begitu besar untuk anak-anaknya dan keluarganya adalah tidak pernah memperhitungkan apapun demi kebahagian mereka.

Karena itu marilah melayani dengan tulus dan memberi teladan yang baik. Bukan hanya di gereja sebagai pemimpin umat. Namun juga dalam hidup rumah tangga kita. Amin