Dalam dunia kuno, ketika dua bangsa
bertempur maka yang terutama bertempur adalah allah-allah
sesembahan bangsa itu.
Maka kita perlu melihat bahwa pertempuran yang terjadi dalam kitab
Keluaran adalah pertempuran antara
Allah Israel dengan para allah
Mesir.
Firaun merupakan salah satu
allah Mesir dan karenanya
tidak mengherankan
bila Firaun menyombongkan diri dengan tidak mau mengenal dan mengakui Yahweh. Ia berkata "Siapakah
TUHAN (terjemahan dari kata Yahweh)
itu yang harus kudengarkan
firman-Nya
untuk
membiarkan
orang Israel
pergi? Tidak kenal
aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel
pergi" (bd. ay.2). Bahkan dengan murka Firaun kemudian
memberi perintah agar pekerjaan orang Israel
diperberat.
Orang Israel disuruh membuat batu
bata dalam kuota yang sama, tetapi pekerjaan mereka ditambah dengan harus
mengumpulkan
jerami sendiri (7-8). Orang
Israel tentu saja tidak
dapat memenuhi
tuntutan Firaun. Akibatnya, mandur-mandur
Israel kemudian dipukul
oleh pengerah-pengerah Firaun (bd.
ay14).
Para mandur yang dipukul kemudian marah kepada Musa
dan Harun setelah mengetahui bahwa
semua
ini
terjadi sebagai akibat pertemuan Musa dan
Harun dengan Firaun. Musa
kemudian juga
kesal kepada
Tuhan dan mengeluh bahwa Tuhan tidak melepaskan umat-Nya
dari penderitaan tersebut.
Namun sesungguhnya semua
itu ada dalam rencana
Tuhan, karena memang Tuhan akan
memaksa
Firaun untuk membiarkan umat-Nya pergi
dengan tangan yang kuat (ay. 24).
Dalam kehidupan iman kita pun selalu ada
peperangan rohani. Namun Allah tidak akan
menyelamatkan kita dengan bernegosiasi dengan Iblis dan pengikutnya. Kita tidak perlu berkeluh kesah atau bersungut-sungut karena Allah akan menyelamatkan kita dengan tangan-Nya yang kuat, yaitu dengan mengalahkan Iblis
dan pengikutnya. Dengan demikian kita harus melihat bahwa
kesulitan yang kita alami
dalam hidup -terutama ketika
kita
mau taat kepada Tuhan- merupakan hal
yang wajar dan pasti terjadi karena
memang akan ada peperangan rohani ketika
kita mau taat kepada
Allah.
Terdapat
beberapa hal penting untuk direnungkan dalam bacaan kita ini untuk menjadi
kekuatan bagi kita menjalani hidup ini, yakni:
1. Ketika
melakukan pengutusan Tuhan, tidak selalu semua berjalan dengan lancar, pasti ada
hambatan dan halangan. Hambatan yang dialami Harun dan Musa datang dari luar
(Firaun) maupun dari dalam (para mandor bangsa Israel sendiri). Dalam kita melakukan
pengutusan Tuhan, hambatan juga bisa datang dari orang Kristen sendiri, dari
sesama pelayan, atau bahkan dari kondisi seperti penyakit. Orang yang sungguh
melayani Tuhan pasti tidak akan lepas dari halangan dan kesulitan.
2. Kita harus
berani melawan kecenderungan untuk mencari kambing hitam saat mengalamikesulitan,
karena rasa marah, kecewa, dan sedih bisa saja muncul dan jika sudahterkumpul
kita sering mencari sasaran emosi. Para mandor Israel mempersalahkan Harun dan
Musa sebagai penyebab penderitaan bangsa Israel, dengan melontarkan kata-kata
yang tajam dan melemahkan sekali, padahal yang bersalah adalah Firaun.
3.
Saat melakukan pengutusan
Tuhan, kita memang akan mengalami hambatan. Akan tetapi itu bukan jadi alasan
untuk lari dari pelayanan, bahkan kita harus kembali kepada Tuhan. Musa pasti
merasa kecewa sekali karena ia dituduh menjadi penyebab penderitaan orang
Israel, padahal ia ingin meringankan beban orang Israel. Kejadian ini mirip
dengan kisah 40 tahun sebelumnya, ketika dia ditolak oleh bangsanya sendiri
saat ingin membantu. Saat itu ia melarikan diri dari Mesir. Sekarang, ia memilih
untuk tidak lari lagi dari Mesir atau kembali ke Midian, melainkan ia memilih
untuk kembali kepada Tuhan dan mengungkapkan kekecewaannya (Keluaran 5:22-23).
Marilah kita belajar untuk mencurahkan hati kepada Tuhan, karena dari situ kita
akan mendapatkan kekuatan untuk melakukan pengutusan Tuhan.
4.
Kisah
Musa sebagai pemimpin yang besar, tapi ia pernah ditolak mentah-mentah dan
habis-habisan. Keluaran pasal 5 menceritakan pengalaman Musa yang ditolak oleh
Firaun maupun bangsanya sendiri, sampai-sampai Musa seperti hilang semangat dan
hilang harapan. Secara gamblang, Firaun menganggap sepele permintaan Musa,
serta meragukan diri Musa, juga Tuhan yang mengutus Musa, bahkan menanggapi
dengan negatif (ay. 1-5). Harga diri Musa diinjak-injak oleh Firaun dengan cara
semakin menindas orang Israel lebih kejam lagi (ay. 6-11). Penolakan yang lebih
membuat hati Musa hancur, ketika bangsanya sendiri meragukannya sebagai utusan
Tuhan. Kehadiran Musa dirasakan tidak membawa berkat, melainkan membawa masalah
lebih berat bagi bangsa Israel.
Apa yang dilakukan Musa ketika penolakan terhadap
dirinya terjadi? Musa berdoa, mengadu dan berteriak kepada Tuhan. Musa tidak
memakai jalan sendiri atau mengemis pada Firaun, penguasa saat itu. Musa
percaya bahwa Tuhan pasti punya jawaban atas setiap situasi dan kondisi yang
dia alami. Dengan doa dan berkomunikasi dengan Tuhan, berarti Musa mau
dengar-dengaran akan suara/jawaban dari Tuhan sendiri, bukan dari orang lain
atau asumsi dirinya sendiri. Melalui doa, Musa menemukan jawaban Tuhan bahwa
Tuhan sanggup bertindak dengan atau tanpa Musa, Musa disadarkan bahwa dirinya
hanyalah alat. Tuhanlah yang kuasa, bukan diri Musa, dan pekerjaan yang harus
dikerjakan Musa semata-mata adalah pekerjaan Tuhan, bukan ambisi pribadi Musa.
Ketika
kita/pekerjaan/pelayanan ditolak orang-orang di sekeliling kita, berlutut dan
berdoalah pada Tuhan. Tuhan akan mendengar dan pasti akan memberi jawaban yang
tepat supaya kita memahami kehendak-Nya. Karena itu tetaplah maju berkarya bagi
Tuhan. Aeperti Israel yang tidak bisa melihat rencana Allah yang besar di balik
derita mereka, demikian kita juga tidak pernah tahu rencana Tuhan bagi hidup
kita. Tetapi jangan bersungut, teruslah jalani hidup yang berkenan kepada
Tuhan. Amin.
(dari berbagai sumber)