Monday, October 6, 2014

BAHAN RENUNGAN IBADAH KELUARGA 08 OKTOBER 2014

ESTER 7:8-10


Seorang bapak membawa anaknya ke sebuah lembah. "Nak, coba kamu teriakkan sebuah kata," ujarnya. "Untuk apa, Pak?" tanya sang anak. "Coba saja," kata bapak itu lagi. Sang anak menurut. Ia beranjak ke ujung lembah.  Anak itupun berteriak "Hai!". Sejenak sepi dan tidak terdengar balasan apa-apa. Tetapi tidak lama kemudian terdengar suara gema dari arah lembah, "Hai …  hai …  hai … " Begitu pula dengan setiap kata yang diteriakkannya setelah itu. Kembali dengan kata yang sama. Bapak itu pun membukakan hikmah yang hendak ia ajarkan. "Nak, seperti itulah hidup kita. Apa yang kita tabur, itu juga yang akan kita tuai," katanya.

Umat Tuhan....
Bacaan hari ini mencatat kejadian yang membuktikan tentang hukum tabur tuai tersebut. Kisah ini harus di runtut dari permulaan untuk dapat mengerti kisah seutuhnya dari bacaan kita. Kisah ini sebaiknya di mulai dari pasal 4 kitab Ester, yakni Setelah peristiwa berhasilnya Mordekhai menggagalkan rencana pembunuhan raja Ahasyweros. Muncul masalah baru muncul bagi Mordekhai ketika ia bertemu dengan Haman, pejabat tinggi raja. Haman adalah keturunan bangsa Amalek dan musuh orang Yahudi (Keluaran 17:14-16; Ulangan 25:17-19). Sedangkan Mordekhai adalah adalah keturunan raja Saul, raja pertama Israel yang mengalahkan orang Amalek (1 Samuel 15:1-33).

Haman menetapkan agar semua pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja berlutut dan sujud kepada Haman,  sesuai dengan perintah raja. Namun Mordekhai yang juga adalah pejabat istana raja, tidak mau melaksanakan perintah untuk berlutut dan bersujud kepada Haman. Mendengar laporan tersebut panaslah hati Haman (Ester 3). Sebenarnya Mordekhai menolak perintah tersebut, bukan karena ia tidak menghormati kedudukan dan jabatan Haman. Namun karena Mordekhai hanya boleh sujud dan menyembah Tuhan Allah yang ia sembah.

Karena kecewa atas sikap Mordekhai. Maka secara terus menerus Haman merancang muslihat, untuk memusnahkaan kaum Yahudi di kerajaan Ahasyweros dengan merekayasa suatu fakta tentang kaum Yahudi yang sangat dikenal dengan fanatisme mereka terhadap Tuhan Allah yang mereka sembah (Ester 3).  Maka Haman menghadap raja Ahayweros untuk menghasut raja agar kaum Yahudi dimusnahkan dari kerajaan Ahasyweros.

Umat Tuhan....
Muslihat jahat Haman tidaklah berjalan mulus, karena Mordekhai dan ratu Ester tidak tinggal diam untuk menolong kaumnya dari niat jahat Haman. Dengan kerendahan hati dan dengan kelemahlembutannya, ratu Ester memohon kepada raja agar mempertimbangkan kembali keputusannya untuk memusnahkan kaumnya dari kerajaan Ahasyweros. Atas permohonan ratu Ester tersebut raja Ahasyweros menanyakan kepada ratu Ester, siapakah sebenarnya yang menjadi otak dari  muslihat tersebut. Dengan berani Ester mengatakan bahwa Hamanlah yang merancangnya (pasal 7 ayat 6). Mendengar perihal tersebut, takutlah Haman sehingga ia menghadap sang ratu, berlutut pada katil tempat ratu Ester berbaring. Haman memohon kepada ratu Ester agar ia dimaaafkan. Ketika raja kembali dari taman istana, ia melihat pemandangan tersebut tidak pantas dilakukan oleh seorang pejabat istana terhadap sang ratu (ayat 8). Maka raja menitahkan agar Haman dihukum mati.

Haman kena batunya. Sehari sebelumnya dia telah mendampingi seorang Yahudi mengadakan pawai kemenangan di sepanjang jalan-jalan kota itu, sekarang ia mengemis kepada seorang perempuan Yahudi untuk menyelamatkan nyawanya! Para sida-sida tampaknya telah melaporkan sejumlah kejahatan yang dilakukan oleh Haman agar sesuai dengan amarah raja kepadanya, dan mengakhiri laporan tersebut dengan menunjuk pada tiang setinggi tujuh puluh lima kaki yang ada di halaman rumah Haman yang kelihatan dengan jelas dari istana. Dengan mengikuti saran dari para penasihatnya, seperti biasa, raja memerintahkan untuk menggantung Haman di tiang yang telah dibangun sendiri olehnya.

Umat Tuhan....
Perjuangan Mordekhai dan ratu Ester mempertahankan dan menjaga keutuhan kehidupan kaum Yahudi di kerajaan Ahasyweros tidaklah sia-sia, meskipun dalam sekian waktu lamnaya Mordehkai dan ratu Ester harus merahasiakan identitas mereka. Namun tindakan tersebut adalah suatu perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa untuk keselamatan kaumnya.
Sikap yang rendah hati dan sikap hormat yang diwariskan Mordekhai kepada ratu Ester menjadikan ratu Ester gigih memperjuangkan keselamatan kaumnya dari niat jahat Haman. Ratu Ester tidak hanya memikirkan keselamatan dirinya bersama Mordekhai semata-mata, tetapi ia mau berkorban dan berjuang untuk seluruh lapisan masyarakat di kerajaan Ahasyweros.

Umat Tuhan....
Firman Tuhan mengajarkan kepada kita supaya kita menabur yang baik, karena apa yang kita tabur pasti akan kita tuai (Galatia 6:7). Kalau kita menabur yang baik, kita pasti menuai yang baik pula. Demikian sebaliknya, kalau kita menabur yang tidak baik, pasti kita akan menuai yang tidak baik juga. Seseorang pernah berkata, “jangan lemparkan batu kepada orang lain, karena jika itu kembali kepadamu, pasti sangat menyakitkan. Lemparkan roti kepada orang lain dan jika itu kembali kepadamu pasti menyenangkan.”

Menabur dan menuai adalah dua hal yang saling terkait. Tidak saja dalam pertanian, tetapi juga dalam hidup sehari-hari. Ketika kita menanam benih padi yang baik, biasanya kita pun akan menuai padi yang baik. Ingatlah bahwa kehidupan kita seperti Bumerang, Apa yang kita lemparkan itu juga yang akan kembali. Haman menabur kejahatan, maka dia sendirilah yang menuai kejahatan itu. Kitapun diajarkan agar selalu menabur dan meranjangkan kebaikan bagi orang lain, supaya hanya kebaikanlah yang kita terima.

Umat Tuhan....
Kisah dalam bacaan kita ini juga menunjukkan bahwa kekuasaan seseorang bagaimanapun tingginya masih mempunyai batasan. Kekuasaan yang dimiliki oleh Haman terbendung oleh kekuasaan raja, sehingga dengan kejahatan yang telah dilakukannya itu, raja memerintahkan untuk menggantung Haman di tiang yang telah dibangunnya sendiri.

Karena itu, berita Firman Tuhan hari ini juga mengajak kita semua untuk bersedia merendahkan hati dalam situasi apapun supaya kita jangan “kena batunya” seperti Haman. Tidak ada hukuman yang terlewatkan oleh Tuhan untuk setiap perbuatan jahat yang dilakukan manusia baik dari jaman dahulu sampai dengan jaman sekarang. Setiap hari kejahatan manusia terus terjadi dan terungkapnya kasus karena Tuhan menghukum melalui proses yang tidak satu orang manusiapun yang mampu menyimpan kejahatan itu. Atau dengan perkataan lain sehebatnya menutupi kesalahan maka akan terungkap juga dan sanksi akan dihadapi oleh yang bersangkutan. Mari kita selalu berbuat baik dan benar di dalam Tuhan. Salam damai. Amin.