AMSAL 30:11-14
Pendahuluan
Bentuk dan penyajian kumpulan amsal milik Agur bin Yake dari Masa ini
berbeda dari kumpulan amsal sebelumnya. Di sini kita dapat merasakan perasaan
negatif serupa kitab Pengkhotbah, "Aku berlelah-lelah, ya Allah..."
bandingkan dengan keluhan Pengkhotbah akan "jerih lelah yang sia-sia"
(Pkh. 1:3; 2:11, dst.). Pertanyaan Agur, khususnya mengenai siapa Allah
(ayat 4-5), mirip dengan pertanyaan Allah yang menantang Ayub
karena berani mempertanyakan kebijaksanaan Allah (lih. Ayb. 38-42).
Bedanya, Ayub mempertanyakan Allah, di sini Agur mengakui keterbatasannya dalam
mengenal Allah.
Ajaran hikmat dari dari Agur dalam Amsal ini mengajak kita untuk
menempatkan diri pada posisi yang tepat di hadapan Allah, pencipta dan pemilik
alam semesta ini. Kita hanyalah ciptaan-Nya yang terbatas dan fana. Oleh karena
itu, penting sekali kita mengakui bahwa sumber hikmat hanya pada Allah dan
upaya menambahinya adalah sikap arogan manusia yang hanya menghancurkan diri
sendiri (ayat 5-6, 13).
Sebaliknya hidup bergantung penuh pada Tuhan, bersyukur untuk anugerah-Nya
yang senantiasa cukup (band. Flp. 4:12-13) adalah sikap orang
berhikmat. Dampak sikap hidup yang benar di hadapan Tuhan akan berwujud nyata
dalam sikap hidup kita terhadap orang lain (ayat 11-14).
Telaah Perikop
Pada bacaan kita malam ini, Agur dalam Amsalnya menyebut tentang cara hidup
yang keliru umat manusia yang tidak berkenan kepada Allah. Setiap orang harus
mampu melakukan hal2 yang berkenan kepada Allah dalam upaya mengenal Allah,
melalui perbuatan dan sikap hidup terhadap sesama. Kenyataannya, menurut Agur,
ada beberapa sikap tidak benar yang datang dari hidup yang tidak mengenal
Allah, yakni:
1. Sikap terhadap orang tua (ay. 11)
Dengan gamblang penulis amsal ini menyatakan bahwa ada
orang yang tidak menghormati orang tua melalui sikap yang tidak terpuji. Mereka
mengutuki ayah nya dan bahkan tidak memberkati
ibunya. Pribadi seperti ini justru bukan orang yang mengenal Allah,
malah sebaliknya mereka pastilah hidup jauh dari TUHAN. Sebab setiap orang yang
tidak menghormati orang tua sudah pasti dikutuki Tuhan. Hal ini jelas
dinyatakan dalam Ulangan 27:16 yaltu: “Terkutuklah orang yang
memandang rendah ibu v dan bapanya...”
2. Sikap terhadap dosa diri (ay. 12)
Yang dimaksud dalam ayat 12 ini adalah tipe orang yang
merasa benar dan orang lain adalah pendosa. Ia tidak perna mau menyadari bahwa
dirinya adalah pribdai yang berdosa. Jarinya selalu menuding dosa orang lain,
sementara dirinya sendiri dianggap paling suci.
Dalam Roma Roma 3:10-13, Paulus dengan tegas mengatakan
bahwa tidak ada seorangpun yang benar; semua telah berbuat dosa. Pernyataan
Paulus ini sangat penting dalam rangka pengenalan akan Allah. Jika seseorang
menggap diri benar dan tidak mengakui dosanya, Ia sama dengan orang yang tidak
mengakui Kasih Karunia Allah yang menyelamatkan orang berdoa. Sebab dengan
mengaku diri berdosa, berarti ia membutuhkan pengampunan dari Allah. Selama
pribadi seseorang tidak mengakui dosanya dan menggap diri benar, tidak ada
pengampunan dari Allah. Pribadi demikian sudah jelas tidak mungkin mengenal
Allah.
3. Sikap angkuh dan menindas orang lain (13,14)
Penulis amsal selanjutnya menyebut tipe ke tiga dari
pribadi yang terkategori tidak dapat pengenalan tentang Allah. Yaitu mereka
yang tidak mengasihi sesamanya. Keangkuhan diri dan mengangap orang lain lebih
rendah dari dirinya; dan bahkan dengan tega dan sadar menindas dan merugikan
orang lain adalah contoh jelas dari Amsal bahwa pribadi ini tidak mengasihi
sesamanya.
Rasul Yohanes mengatakan: “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah,
sebab Allah adalah kasih.” (1 Yoh.4:8). Hal ini berarti bahwa ukuran seseorang mengenal Allah adalah
dengan mengasihi sesama. Orang yang membenci sesamanya, menindas dengan angkuh
orang lain adalah pribadi yang tidak mengenal Allah. Lebih jauh dikatakan oleh
Rasul Yohanes: “Jikalau
seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya,
maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang
dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.” (4:20). Ukuran mengasihi Allah dan mengenal Allah adalah mengasihi sesama.
Konsep ini sangat sederhana namun tegas. Kita hanya dapat mengalami pengenalan
terhadap Allah jika kita juga bersedia untuk mengasihi sesama.
Relevansi dan Aplikasi
Aplikasi Firman Tuhan dalam ayat 11-14 haruslah di baca dalam kerangka
berpikir mulai dari ayat 1. Karena itu ada beberapa poin penting mulai dari
ayat 1-14 yang dapat kita aplikasikan dan terapkan dalam kehiidupan ini, yakni:
1. Betapa
gamblangnya Agur menjelaskan dengan ekspresi bahasa (ay.1-3) bahwa seorang
hanya akan memiliki pengenalan yang benar akan Allah yang Maha Kudus melalui
penyataan-Nya: umum dan khusus. Setiap orang dapat menyaksikan penyataan umum
saat menyaksikan karya ciptaan Allah yang agung dan dahsyat ay.(4). Tak seorang
manusia atau dewa mana pun yang mampu menciptakan dunia sedemikian dahsyat ini.
Penyataan umum dapat menghantar manusia mengenal Sang Pencipta yang agung dan
besar. Lebih dari itu ada penyataan khusus yakni melalui firman dan Anak-Nya,
supaya manusia tidak berhenti pada pengagungan karya ciptaan-Nya, melainkan
masuk dalam karya keselamatan-Nya.
2. Allah
tidak mau manusia berhenti pada pengakuan bahwa dunia ini diciptakan-Nya,
melainkan ada satu tujuan yang lebih mulia, yakni manusia mengerti bagaimana
Allah menganugerahkan keselamatan kepada manusia berdosa. Melalui firman-Nya
yang kudus yang tidak boleh ditambah atau dikurangi karena sifatnya yang murni
(ay. 5-6), manusia mengerti betapa besar dan dalamnya kasih Allah, sehingga
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal mati menanggung dosa manusia. Barangsiapa
percaya kepada Anak-Nya beroleh keselamatan kekal, karena ia sudah pindah dari
dalam maut kepada hidup.
3. Selanjutnya,
Seorang yang mengenal dan telah menerima karya keselamatan-Nya akan hidup dalam
anugerah dan pemeliharaan-Nya. Inilah yang diminta oleh Agur. Ia mengenal bahwa
manusia sulit berkata "cukup" karena selalu ada ketidakpuasan dalam
dirinya. Bila ia merasa segala kebutuhan tercukupi ia tidak lagi memandang
kepada Tuhan yang memberikan; bila ia hidup dalam kemiskinan dan kekurangan, ia
bisa mencuri dan mempermalukan Tuhan (bd. ay. 9). Jika demikian kapan kehadiran
Tuhan dalam hidupnya, ketika kaya dan ketika miskin pun tidak?! Berbeda halnya
dengan seorang yang menyadari bahwa hidupnya adalah anugerah dan segala yang
dimilikinya pun semata berdasarkan anugerah dan pemeliharaan-Nya, sehingga ia
senantiasa mensyukuri Sang Pemelihara hidupnya.
4. Pengenalan akan Allah selanjutnya
harus pula dimulai dengan pengenalan akan diri sendiri yang penuh dosa (ay.12).
Saatnya kita menyadari bahwa kita semua berdosa. Kita tidak lebih benar dari
orang lain. Dengan pengenalan akan diri sendiri yang berdosa dan memerlukan
Kasih Karunia Tuhan yang menyelamatkan, akan menggiring tiap pribadi untuk
mengalami pengenalan akan Allah dalam Yesus Kristus Sang Penyelamat.
5. Bukti nyata yang tak terpungkiri
bahwa setiap orang telah mengalami penenalan akan Allah terlihat dari relasi
yang baik dan harmonis dibangun dengan sesamanya manusia. Entah upaya
mengormati orang tua (ay.11); ataupun relasi indah penuh kasih dengan orang
lain (ay.13-14). Pengenalan akan Allah hanya dapat dilakukan apabila seseorang
memiliki hubungan yang baik dengan TUHAN Allah dan mengasihiNya dengan sungguh.
Namun, seeorang dapat dikatakan telah mengasihi Allah dengan sungguh, dapat
terlihat pada tulusnya ia mengasihi dan menghormati sesamanya.
Selamat mengalami pengenalan yang utuh dan benar terhadap Allah yang
menyatakan diriNya melaui segala ciptaan dan istimewa melalui karya keselamatan
dari Tuhan Yesus Kristus. Amin.