(by: Pdt. Arie Ihalouw)
IBRANI 10-32-39
Saudara – saudara yang dikasih Yesus Kristus !
Keputusan untuk menjawab ajakan Yesus Kristus sebagaimana dituliskan oleh penulis Injil Matius, yang berbunyi : “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan” (Mat. 11:28-30),tidak menempatkan kehidupan kristen seperti yang dibayangkan seorang manusia duniawi. Justru sebaliknya orang-kristen-yang-setia mengalami banyak kesengsaraan oleh karena imannya. Banyak pergumulan Gereja dan orang-kristen-yang-setia setiap saat dapat dibaca dan didengar melaui media cetak dan elektronik, seperti :
1. Perkembanngan lima belas tahun terakhir ini, di mana Gereja dan orang-kristen-yang-setia dilanda berbagai penderitaan di Indonesia, sejak UUD 1945 diamandemen dan otonomi daerah diperluas. Misi Gereja dan orang-kristen-yang-setia mengalami penghambatan di mana-mana oleh sekelompok orang yang memakai agama sebagai senjata pembunuh masal. Kita menyaksikan dan merasakan tekanan luar biasa karena perlakukan diskriminatif pada banyak bidang pekerjaan. Seakan-akan orang-kristen-yang-setia adalah warga Negara Indonesia kelas dua.
2. Kita menyaksikan beberapa orang-kristen-yang-tidak-setia meninggalkan / melepaskan kepercayaan imannya kepada Yesus Kristus, hanya dikarenakan ingin memuaskan diri oleh dorongan hawa-nafsu kedagingan dengan alasan perkawinan (cinta), pekerjaan, status sosial, pangkat, jabatan dan lain-lain sejenisnya.
3. Ada pula yang mengundurkan diri dari persekutuan, dan juga melepaskan / meninggalkan jabatan pelayanan, hanya dikarenakan alasan-alasan pribadi, tersinggung, tidak senang atau tidak suka terhadap rekan sepelayanan, benci kepada rekan sepersekutuan, dan lain-lain sebagainya.
Pergumulan atas penderitaan tersebut memunculkan pertanyaan : APAKAH MAKSUD YANG TERKANDUNG DALAM RENCANA Allah bagi Gereja dan orang-kristen-yang-setia di Indonesia ? Kadang kita menjadi bingung dan putus, karena tidak menemukan jawaban Allah. Marilah kita menyimak kesaksian penulis Surat Ibrani tentang pergumulan orang kristen-israeli pada awal sejarah pertumbuhan Jemaat Kristus.
Saudara-saudara yang dikasihi Yesus Kristus,
Penulis surat Ibrani mencatat sejarah pertumbuhan Jemaat Kristus Abad I, di mana orang-kristen-yang-setia diburu dan dibantai serta kekristenan mengalami penghambatan. Ia menuliskan : “Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita … dalam perjuangan yang berat, … kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan,… ketika harta kamu dirampas ...” (10:32-34). Menghadapi masalah tersebut, penulis surat Ibrani menasihati : “Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya" (Ibr. 10:38). Oleh karena itu, Gereja dan orang-kristen-yang-setia tetap berjuang mempertahankan pengakuan imannya kepada Allah dalam nama Yesus Kristus.
Penulis surat Ibrani menganjurkan kita untuk mempelajari pertumbuhan Jemaat Kristus “masa yang lalu.”(10:32). Ada beberapa orang-kristen-yang-tidak-setia. Mereka mencari keuntungan sendiri, mencari jalan keluar atas penderitaan, lalu melepaskan kepercayaan imannya. Orang-orang kristen seperti ini tidak berkenan kepada Allah (10:38). Orang-orang kristen seperti ini kurang belajar mengenai pengorbanan Yesus Kristus. Rasul Petrus mengatakan : “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian…” (I Pet. 4:1a). Artinya, jika kita mengambil keputusan untuk percaya kepada Yesus Kristus, maka kita juga selayaknya belajar meneladani Dia. Kita belajar memikul salib seperti yang diperlihatkan oleh Dia. Kita belajar menjalani jalan salib yang pernah dilalui Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita.
Kita harus belajar dari Yesus Kristus. Semasa hidupnya Ia mengalami berbagai keadaan berbahaya : dibenci, dikejar untuk dibunuh, diusir dari kampung halaman, hidup berpindah-pindah tempat dan sebagainya. Keadaan bahaya itu tidak menciutkan hati dan meresahkan pikiranNya. Justru di dalam ketegangan jiwaNya, Yesus semakin memperlihatkan kesetiaan kepada Allah. Ia taat memberitakan kehendak BapaNya baik dalam perbuatan maupun perkataan, sekalipun di bawah ancaman kematian. Ia tidak meninggalkan kepercayaanNya kepada Allah, sebab Yesus yakin benar, bahwa Allah Bapa memeliharaNya.
Kita juga harus percaya, bahwa perjuangan menghadapi sengsara memerlukan kekuatan spiritual yang kokoh. Dan, hal itu hanya dapat ditemukan, jika kita bergaul akrab dengan Allah. Dia akan memberikan kekuatan spiritual, sehingga kita mampu menanggung kesengsaraan bagi kemuliaan-Nya (bd. Plp. 3:11 -> “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”). Dia, TUHAN, Allah kita, akan memberikan jalan keluar dari masalah hidup kita (I Kor.10:13c -> “Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”).