Sunday, February 9, 2014

BAHAN RENUNGAN IBADAH SEKTOR 12 FEBRUARI 2014 KELUARAN 5:15-24



Dalam dunia kuno, ketika dua bangsa bertempur maka yang terutama bertempur adalah allah-allah sesembahan bangsa itu. Maka kita perlu melihat bahwa pertempuran yang terjadi dalam kitab Keluaran adalah pertempuran antara Allah Israel dengan para allah Mesir.

Firaun merupakan salah satu allah Mesir dan karenanya tidak mengherankan bila Firaun menyombongkan diri dengan tidak mau mengenal dan mengakui Yahweh. Ia berkata "Siapakah TUHAN (terjemahan dari kata Yahweh) itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel pergi" (bd. ay.2). Bahkan dengan murka Firaun kemudian memberi perintah agar pekerjaan orang Israel diperberat. Orang Israel disuruh membuat batu bata dalam kuota yang sama, tetapi pekerjaan mereka ditambah dengan harus mengumpulkan jerami sendiri (7-8). Orang Israel tentu saja tidak dapat memenuhi tuntutan Firaun. Akibatnya, mandur-mandur Israel kemudian dipukul oleh pengerah-pengerah Firaun (bd. ay14).

Para mandur yang dipukul kemudian marah kepada Musa dan Harun setelah mengetahui bahwa semua ini terjadi sebagai akibat pertemuan Musa dan Harun dengan Firaun. Musa kemudian juga kesal kepada Tuhan dan mengeluh bahwa Tuhan tidak melepaskan umat-Nya dari penderitaan tersebut. Namun sesungguhnya semua itu ada dalam rencana Tuhan, karena memang Tuhan akan memaksa Firaun untuk membiarkan umat-Nya pergi dengan tangan yang kuat (ay. 24).

Dalam kehidupan iman kita pun selalu ada peperangan rohani. Namun Allah tidak akan menyelamatkan kita dengan bernegosiasi dengan Iblis dan pengikutnya. Kita tidak perlu berkeluh kesah atau bersungut-sungut karena Allah akan menyelamatkan kita dengan tangan-Nya yang kuat, yaitu dengan mengalahkan Iblis dan pengikutnya. Dengan demikian kita harus melihat bahwa kesulitan yang kita alami dalam hidup -terutama ketika kita mau taat kepada Tuhan- merupakan hal yang wajar dan pasti terjadi karena memang akan ada peperangan rohani ketika kita mau taat kepada Allah.
Terdapat beberapa hal penting untuk direnungkan dalam bacaan kita ini untuk menjadi kekuatan bagi kita menjalani hidup ini, yakni:
1.   Ketika melakukan pengutusan Tuhan, tidak selalu semua berjalan dengan lancar, pasti ada hambatan dan halangan. Hambatan yang dialami Harun dan Musa datang dari luar (Firaun) maupun dari dalam (para mandor bangsa Israel sendiri). Dalam kita melakukan pengutusan Tuhan, hambatan juga bisa datang dari orang Kristen sendiri, dari sesama pelayan, atau bahkan dari kondisi seperti penyakit. Orang yang sungguh melayani Tuhan pasti tidak akan lepas dari halangan dan kesulitan.

2.   Kita harus berani melawan kecenderungan untuk mencari kambing hitam saat mengalamikesulitan, karena rasa marah, kecewa, dan sedih bisa saja muncul dan jika sudahterkumpul kita sering mencari sasaran emosi. Para mandor Israel mempersalahkan Harun dan Musa sebagai penyebab penderitaan bangsa Israel, dengan melontarkan kata-kata yang tajam dan melemahkan sekali, padahal yang bersalah adalah Firaun.

3.       Saat melakukan pengutusan Tuhan, kita memang akan mengalami hambatan. Akan tetapi itu bukan jadi alasan untuk lari dari pelayanan, bahkan kita harus kembali kepada Tuhan. Musa pasti merasa kecewa sekali karena ia dituduh menjadi penyebab penderitaan orang Israel, padahal ia ingin meringankan beban orang Israel. Kejadian ini mirip dengan kisah 40 tahun sebelumnya, ketika dia ditolak oleh bangsanya sendiri saat ingin membantu. Saat itu ia melarikan diri dari Mesir. Sekarang, ia memilih untuk tidak lari lagi dari Mesir atau kembali ke Midian, melainkan ia memilih untuk kembali kepada Tuhan dan mengungkapkan kekecewaannya (Keluaran 5:22-23). Marilah kita belajar untuk mencurahkan hati kepada Tuhan, karena dari situ kita akan mendapatkan kekuatan untuk melakukan pengutusan Tuhan.

4.       Kisah Musa sebagai pemimpin yang besar, tapi ia pernah ditolak mentah-mentah dan habis-habisan. Keluaran pasal 5 menceritakan pengalaman Musa yang ditolak oleh Firaun maupun bangsanya sendiri, sampai-sampai Musa seperti hilang semangat dan hilang harapan. Secara gamblang, Firaun menganggap sepele permintaan Musa, serta meragukan diri Musa, juga Tuhan yang mengutus Musa, bahkan menanggapi dengan negatif (ay. 1-5). Harga diri Musa diinjak-injak oleh Firaun dengan cara semakin menindas orang Israel lebih kejam lagi (ay. 6-11). Penolakan yang lebih membuat hati Musa hancur, ketika bangsanya sendiri meragukannya sebagai utusan Tuhan. Kehadiran Musa dirasakan tidak membawa berkat, melainkan membawa masalah lebih berat bagi bangsa Israel. 

Apa yang dilakukan Musa ketika penolakan terhadap dirinya terjadi? Musa berdoa, mengadu dan berteriak kepada Tuhan. Musa tidak memakai jalan sendiri atau mengemis pada Firaun, penguasa saat itu. Musa percaya bahwa Tuhan pasti punya jawaban atas setiap situasi dan kondisi yang dia alami. Dengan doa dan berkomunikasi dengan Tuhan, berarti Musa mau dengar-dengaran akan suara/jawaban dari Tuhan sendiri, bukan dari orang lain atau asumsi dirinya sendiri. Melalui doa, Musa menemukan jawaban Tuhan bahwa Tuhan sanggup bertindak dengan atau tanpa Musa, Musa disadarkan bahwa dirinya hanyalah alat. Tuhanlah yang kuasa, bukan diri Musa, dan pekerjaan yang harus dikerjakan Musa semata-mata adalah pekerjaan Tuhan, bukan ambisi pribadi Musa. 

Ketika kita/pekerjaan/pelayanan ditolak orang-orang di sekeliling kita, berlutut dan berdoalah pada Tuhan. Tuhan akan mendengar dan pasti akan memberi jawaban yang tepat supaya kita memahami kehendak-Nya. Karena itu tetaplah maju berkarya bagi Tuhan. Aeperti Israel yang tidak bisa melihat rencana Allah yang besar di balik derita mereka, demikian kita juga tidak pernah tahu rencana Tuhan bagi hidup kita. Tetapi jangan bersungut, teruslah jalani hidup yang berkenan kepada Tuhan. Amin.

(dari berbagai sumber)


BAHAN RENUNGAN PKP SELASA 11 FEBRUARI 2014 KELUARAN 4:27-31



Pendahuluan
Tugas utama seorang hamba Tuhan adalah menaati perintah Tuhan. Tak heran jika di tengah kisah persiapan Musa untuk pergi ke Mesir, perjumpaan Musa dan Harun, serta pertemuan mereka dengan tua-tua di Mesir, kita diberikan suatu kisah yang menarik tentang murka Allah terhadap Musa karena ketidaktaatannya (ay. 24-26).

Telaah Perikop
Keluaran 4:18-31: tujuan panggilan Tuhan secara khusus buat Musa yaitu untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan supaya bangsa Israel beribadah kepada Tuhan. Ketika Musa berusaha membebaskan orang Israel dari perbudakan dengan kekuatannya sendiri, dia gagal total. Sehingga ketika ada panggilan khusus dari Tuhan untuk kedua hal ini, dia sampai berkali-kali menolak, tetapi Tuhan berkali-kali menegaskan panggilan Tuhan ini sehingga akhirnya Musa mau melakukannya.Ada beberapa pokok penting dalam perikop ini yang dapat kita gali dan telusuri mengenai cara Tuhan memanggil dan mengutus serta bagaimana kita mengerjakan panggilan pengutusan tersebut.

1.       Ketika Musa dipanggil Tuhan untuk diutus, dia sedang bekerja menggembalakan domba Yitro, mertuanya. Panggilan Tuhan menuntut dia untuk meninggalkan pekerjaannya dan tempat tinggalnya selama 40 tahun. Pada ayat 18, Musa tidak langsung meninggalkan pekerjaannya untuk melakukan panggilan Tuhan, tetapi dia meminta secara sopan dan hormat kepada mertuanya izin terlebih dahulu. Karena sikap ini dan juga tentunya karena Musa melakukan pekerjaannya dengan baik maka Yitro percaya dan dengan senang memberikan izin kepada Musa. Inilah teladan yang harus kita ikuti. Kita perlu minta hikmat Tuhan untuk kapan menjawab panggilan Tuhan dan janganlah kita menunda-nunda ataupun lari dari panggilan Tuhan.

2.       Pada ay 24, ada yang menarik dari kisah ini. Tuhan berikhtiar (berusaha) untuk membunuhMusa ketika dia dalam perjalanan ke Mesir. Tidak tertulis secara jelas alasan Tuhan mau membunuh Musa tetapi setelah Zipora, istri Musa, menyunat anaknya, Tuhan membiarkan Musa. Ada kemungkinan bahwa Musa tidak menyunat anaknya yang kedua (sunat adalah perjanjian antara Abraham dengan Tuhan yang harus dilakukan turun temurun oleh bangsa Israel) karena sudah berkompromi dengan lingkungan kebudayaan istrinya yang tidak percaya Tuhan. Tuhan tidak senang dengan hal ini dan mengingatkan Musa untuk membereskan hal ini. Walaupun Musa bisa dibilang sangat dekat dengan Tuhan tetapi kedekatan ini tidak membuat Musa mendapat pengecualian dari Tuhan. Justru semakin kita dekat kepada Tuhan, Tuhan semakin ingin kita melakukan setiap apapun yang Tuhan perintahkan.

Kita tidak tahu mengapa Musa tidak menyunat anak itu. Ini seharusnya merupakan anak kedua Musa (di ayat 20 dikatakan bahwa Musa membawa "anak-anaknya lelaki, " berarti lebih dari satu anak lelaki), yang mungkin belum lama dilahirkan sehingga belum disunat. Allah memang sudah memerintahkan Abraham untuk menyunat setiap anak laki-laki keturunan Abraham pada hari ke delapan (Kej 17:12) dan sunat merupakan "tanda perjanjian" antara Allah dengan Abraham dan keturunannya. Karena Musa akan menjadi pemimpin umat Tuhan, maka dia harus menaati perintah Tuhan. Maka Allah menunjukkan murka yang begitu hebat karena pelanggaran sunat itu.

3.       Perhatikan ayat 27-31. Apa reaksi Musa ketika ia hampir dimurkai Allah? Musa tidak marah atau berhenti untuk mengerjakan panggilan Tuhan. Sebab ia menyadari kesalahannya. Justru ia lanjutkan pengutusan itu dan menjumpai Harun di sana untuk menceritakan apa yang Tuhan Firmankan kepadanya.

Hasilnya terlihat jelas ketika Musa tetap mengerjakan tugasnya, dibantu oleh Harun, maka hasilnya menjadi nampak jelas. Umat Israel menjadi percaya kepada kepemimpinannya dan bersukur bahwa TUHAN, Allah Israel ternyata masih mengingat umatNya (ay.31)

Relevansi dan Aplikasi
Kehendak Tuhan bagi kita dapat dibagi dua:
1.       Kehendak Tuhan secara umum: berlaku bagi semua orang khususnya semua orang Kristen seperti memberitakan Injil, menjadi saksi Kristus.
2.       Kehendak Tuhan secara khusus: diberikan pada tiap orang secara khusus dan bisa berbedadari orang lain. Kehendak khusus tidak mungkin terpisah daripada kehendak umumtetapi justru melengkapi.

Kita perlu menggumulkan dan mencari tahu apa kehendak
Tuhan bagi kita secara umum maupun secara khusus. Kehendak khusus biasanya disebut panggilan atau pengutusan Tuhan. Panggilan ini bukan hanya untuk menjadi pendeta atau Penatua atau Diaken, tetapi mungkin juga panggilan untuk menjadi ilmuwan atau dosen, ataupun profesi-profesi lainnya. Sebagai orang Kristen kita harusmenggunakan hidup kita bukan untuk melakukan kehendak manusia tetapi kehendak Allah.

Dalam pengutusan Tuhan, kita perlu meneladani Musa dengan melakukan dua hal yaitu membereskan urusan dengan manusia dan urusan dengan Tuhan. Dan Keluaran 4:18-31 mengajarkan kita bahwa ketika manusia mulai melangkah maju dengan iman untuk melaksanakan pengutusan Tuhan, maka Tuhan akan memperlengkapi dengan firman-Nya.

Pemimpin umat memang dituntut untuk taat kepada Allah. Jika pemimpin tidak taat, bagaimana mungkin dia mengarahkan umat untuk taat? Jika kita menjadi pemimpin rohani, dalam keluarga atau dalam pelayanan, milikilah hati yang taat jika kita mau dipakai untuk melayani Tuhan dengan efektif. Jika kita berada di bawah pimpinan, doakanlah orang yang memimpin kita -baik orang tua maupun para pelayan Tuhan- agar mereka terlebih dahulu taat kepada Allah. Amin. 

(dari berbagai sumber)

BAHAN RENUNGAN IBADAH PKB 10 FEBRUARI 2014 KELUARAN 4:10-17



Pendahuluan
Siapakah yang layak menjadi kawan sekerja Tuhan? Jawabannya sangat relatif.  Namun kita harus memahami bahwa menjadi kawan sekerja dari Tuhan Yang Maha Agung itu adalah anugerah Tuhan. Sebenarnya tidak ada yang mampu memenuhi syarat ideal dariNya. Secara jujur kita semua mengakui bahwa kita mempunyai kelemahan dan kekurangan. Karena itu kita seharusnya bersyukur karena Allah masih mau memakai kita, menggunakan setiap ketidak sempurnaan kita untuk kemuliaanNya, serta yang berjanji memperlengkapi dan menyertai kita. Oleh karena itu janganlah takut, tetaplah setia melakukan tugas panggilan kita, yakni pergi dan menghasilkan buah.

Galian Peikop
Nas kita menceritakan pemanggilan Musa yang dimulai pada pasal 3. Mengapa Musa yang dipanggil dan bukan Harun atau orang yang lain tidak dijelaskan dalam perikop kita. Dari penjelasan ayat 14b, jelas disebutkan bahwa Harun tidak saja sebagai anak tertua tetapi juga pandai berbicara. Tetapi mengapa Musa yang dipilih Tuhan, orang yang mempunyai banyak kekurangan, orang yang “kurang percaya diri”? Memang orang yang merasa mempunyai kelemahan-kelemahan sering merasa rendah diri dan kurang percaya diri.

Itulah yang yang terjadi pada diri Musa sehingga ia berusaha menolak panggilan Allah dengan 4 alasan. Pertama (Keluaran 3:11-12), Musa merasa tidak layak atau orang yang tidak tepat melakukan tugas yang dipercayakan Allah (bd. Keluaran 3:10-11 Bd. Keluaran 3:7-10). Alasan Musa ini juga sangat wajar, terlebih bukankah raja Firaun sedang mencari Musa sehubungan dengan kasus pembunuhan terhadap warga mesir yang dilakukan Musa? Atas keberatan Musa ini Allah menjawab dengan janji penyertaan. Alasan kedua (Keluaran 3:13-22), Musa merasa bangsa Israel tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikannaya atas nama Tuhan, sebab mereka tidak mengenal nama Tuhan. Atas keberatan ini Allah menjawab Musa dengan memberitahukan namaNya: Aku adalah Aku” (Ehyeh asyer Ehyeh – 10:14).

Mengenai nama Allah ini, DR. Harun Hadiwyono menjelaskan bahwasanya Tuhan bagi Musa dan Israel bukanlah Tuhan yang tidak bergerak, bukan Tuhan yang mati melainkan Tuhan yang hidup dan penuh dinamika (Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986, hal.39). Dengan nama Allah ini mau mengatakan kepada Musa bahwa Dialah Allah yang mahakuasa, ia memiliki kuasa yang luarbiasa yang dapat diandalkan. Dalam Amsal 18:10 disebutkan “ Nama TUHAN adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat”. Ayat ini menjelaskan bahwa nama Yahwe berkuasa untuk menyelamatkan. Melalui nama tersebut mau menyatakan bahwa Allah dapat diandalkan. Ia akan mengalahkan raja Firaun.

Alasan ketiga (Keluaran 4:1-9), walaupun Allah sudah memberitahu namaNya tetapi Musa masih ragu dengan alasan ia tidak yakin bahwa orang Ibrani akan mengakui panggilannya dan menerima dia sebagai hamba Allah. Atas keraguan ini Allah memeperlihatkan kuasanya dengan melakukan tiga mujizat. Tiga mujizat itu adalah: 1. Tongkat menjadi ular, ketika Musa memegang erkor ular tersebut kembali menjadi tongkat; 2. Tuhan menyuruh Musa memasukkan tangannya ke dalam baju dan ketika dikeluarkan telah terkena kusta dan ketika dimasukkan kembali dan dikeluarkan telah pulih kembali; 3. Air menjadi darah.

Alasan keempat terdapat dalam perikop renungan kita (Keluaran 4:10-17), Musa menyatakan tidak pandai berbicara. Keberatan Musa menyangkut hal ini juga sangat wajar. Bukankah karunia berbicara suatu hal yang sangat penting dalam menyampaikan kehendak Allah? Sementara disebutkan dalam ayat 10 Musa berat mulut dan berat lidah. Dari pernyataan ini sepertinya Musa memiliki kesulitan berbicara, barang kali ia seorang yang gagap. Tetapi terhadap keberatan ini Allah menyatakan kepada Musa: “siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN?”

Melalui penyataan ini, Musa kembali diingatkan akan kemahakuasaan Allah sebagai pencipta. Benar ada realita kelemahan pada diri Musa dan hal ini tidak boleh menjadi legitimasi penolakan terhadap panggilan Allah. Dalam ayat 12 Allah menyatakan akan menyertai lidah Musa, bahkan lebih dari itu akan mengajar Musa apa yang harus ia katakan.
Memang kecacatan, ketidak mampuan, kekurangan fisik dapat membuat seseorang “sangat tidak percaya diri”, demikian juga pengalaman kegagalan sering membuat orang dihinggapi perasaan traumatis, khususnya dalam melakukan hal yang sama. Musa, disamping kelemahannya berbicara, tetapi juga pernah merasa ditolak. Ketulusannya membela teman sebangsanya pada waktu di Mesir tidak mendapat respons yang baik (Keluaran 2:13-14), sebaliknya dipahami sebagai hal yang negatif. Karena itulah dalam ayat 13, Musa tetap berusaha menolak panggilan Allah dengan mengatakan: “ah Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus.

Apakah Musa dapat lari dari panggilan Allah? Ternyata tidak. Walaupun disebutkan bahwa Allah murka kepada Musa (Ayat 14), tetapi Allah dengan sabar tetap membimbing Musa dengan memberinya solusi. Dalam hal ini Allah mengingatkan Musa akan abangnya Harun yang pandai berbicara. Musa dapat meminta Harun menjadi juru bicara Musa dan Allah akan berjanji menyertai mereka berdua.

Aplikasi dan Relevasi
Ada beberapa hal penting yang dapat kita aplikasikan dari Firman Tuhan ini, untuk hidup dan ehidupan kita sebagai orang percaya, yakni:

1.       Tuhan sangat menegenal orang yang dipilihnya. Dia tahu kekurangan dan kelebihannya. Musa mempunyai kekurangan. Demikian juga kita semua. Namun kekurangan tersebut seharusnya tidak membuat kita menolak panggilan Tuhan, sebab Tuhan lebih tahu tentang kita. Ingat Allah tidak memandang rendah kekurangan kita. Bahkan mau menggunakan setiap ketidak sempurnaan kita untuk kemuliaanNya.

Cara Allah mengatasi sesuatu yang kita sebut kelemahan atau keterbatasan kita kadang tidak dengan menghilangkannya, walaupun Allah pasti mampu melakukannya, namun memberkatinya serta menggunakannya untuk kebaikan. Di dalam Perjanjian Baru, Paulus mengalami juga hal ini. Ada kelemahannya yang disebut “duri dalam daging”. Ia telah berulang kali (3 kali) meminta agar Tuhan mengambilnya (2 Korintus 12:7,8), akan tetapi justru Allah berkata: “cukuplah kasih karuniangKu bagimu”, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna”.
2.       Melalui renungan kita minggu ini, kita juga belajar mengenai Pembagian tugas. Pembagian tugas adalah merupakan salah satu solusi mengatasi kekurangan seperti yang ada pada diri Musa (Allah menjadikan Harun sebagai juru bicara Musa). Sebagaimana telah disebutkan, bagaimana pun hebatnya seseorang pasti juga mempunyai kelemahan atau kekurangan. Solusinya ialah dengan cara memenej kekurangan tersebut dengan pembagaian tugas. Harun menjadi penolong Musa. Kekurangan Musa dilengkapi Harun. Memang ada bahaya. Musa dapat merasa tersaingi Harun, dan Harun juga dapat merasa dialah yang seharusnya menjadi pemimpin, bukan Musa.

Perasaan demikian berimplikasi kepada menganggap remeh, lebih jauh mengkudeta. Itulah yang kemudian terjadi, Harun dan Miriyam meremehkan Musa (Bilangan 12:1-16). Dengan alasan karena Musa mengawini perempuan kush, tetapi mungkin hal ini hanya sebagai pemicu. Persoalan yang sesungguhnya mungkin karena Harun dan Miriyam tidak puas dengan kepemimpinan Musa, sementara mereka boleh dikatakan tidaklah kalah banyak berperanan. Namun kalau kita baca selengkapnya Bilangan 12, Tuhan tetap memihak Musa. Dan tidak hanya itu, Allah bahkan menghukum orang yang mencoba menjelek-jelekkan, apa lagi yang tidak menghormati hamba yang dipilihNya.

Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa tidak ada seorangpun yang sempurna memenuhi kriteria sebagai kawan sekerja Allah, termasuk Musa sekalipun. Namun belajar dari kisah Musa ini, kita diteguhkan untuk percaya bahwa Tuhan pasti memperlengkapi siapapun yang mau bekerja untuk kemuliaan namaNya. Selamat menjadi pribadi yang mengerjakan tugas dan peran masing-masing kita bagi kemuliaan Tuhan. Amin.

(dari berbagai sumber)