TUJUAN BAIK
TIDAK BERARTI MENGHALALKAN SEGALA CARA
Bahan Bacaan Alkitab Ibadah
Rumah Tangga
Rabu, 06 FEBRUARI 2019
A. PENGANTAR
Kekuatiran berlebihan dan rasa
takut berlebihan membuat orang acap kali keliru mengambil suatu keputusan. Ada
istilah menarik yakni “menunduk dulu baru kemudian menanduk”. Kalimat
ini adalah filosofi “kerbau” yang saya dengar dari beberapa orang Palopo
Sulawesi Selatan. Makan dari “Filosifi Kerbau” ini adalah jangan langsung
menanduk (mengambil keputusan apapun) sebelum menunduk (memikirkan dan
menyiapkan secara matang). Jika kita membaca keseluruhan perikop ini
(Kej.12:10-20), sepertinya konsep ini tidak dilakukan oleh Abram. Ia
terburu-buru mengambil keputusan “untuk selamatkan diri” hanya karena
kekuatirannya yang berlebihan.
B. PENJELASAN NATS
Bermula dari kisah Abram dan keluarganya dipanggil Tuhan untuk keluar
dari Ur-kasdim menuju ke tanah Kanaan. Pada saat itu negeri tempat orang-orang
Kanaan mengalami kelaparan yang sangat besar (ay.10), sehingga Abram memutuskan
untuk berangkat ke Mesir. Inilah panggal masalahnya.
Mari perhatikan beberapa hal yang dibuat oleh Abram dan kemudian apa
dampaknya bagi orang-orang sekitar mengenai langkah keliru yang ia lakukan itu,
yakni:
1. Ketakutan yang berlebihan
Perhatikan ay 11-13 perikop bacaan kita. Menurut Abram ancaman terbesar
saat masuk di Mesir adalah ia akan dibunuh oleh orang Mesir. Apa penyebabnya?
Menurut Abram karena istrinya (Sara) sangat cantik. Memang benar bahwa raja
memiliki kehendak bebeas dan otoriter dalam segala hal termasuk jika mengingini
sesuatu (dalam hal ini perempuan sebagai istri atau gundik). Raja bisa
melakukan apa saja untuk memperolehnya.
Rupanya, inilah hal yang dikuatirkan oleh Abram. Karena ketakutannya
itu, maka ia meminta Sara menyangkali statusnya sebagai istri Abram, dan sudah
pasti Abram melakukan hal yang sama yakni menyangkali bahwa ia adalah suami
dari Sara. Ketakutan yang berlebihan membuat Abram melakukan cara yang keliru.
Demi menyelamatkan nyawanya, ia tega membiarkan istrinya di noda oleh Firaun.
2. Istri menjadi tameng?
Ya,.. Sara akhirnya yang menjadi tameng alias pelindung Abram. Dengan
berpikir bahwa jika Sara disukai Firaun dan Sara “dikenal” sebagai adiknya,
maka pastilah mereka akan disambut baik. Perhitungan Abram tidak salah, karena
memang mereka disambut dengan sangat baik dan bahkan Abram memperoleh banyak
harta benda dari Firaun (ay.16).
Sekarang, mari berpikir tentang apa yang dirasakan oleh Sara. Walaupun
alkitab tidak menyebut penolakan Sara pada ide “gila” ini, pastilah Sara sangat
terpukul. Dalam tradisi budaya setempat, suami dianggap “tuan” oleh istrnya.
Sehingga apa yang dikatan suami pasti disetujui oleh istrinya. Hal ini pasti
yang terjadi saat itu. Dalam rangka tunduk dan taat, Sara rela mengerjakan
permintaan Abram.
Demi keselamatannya, istri menjadi tameng. Lebih tepatnya Sara adalah
korban dari tindakan keliru Abram. Tujuan yang baik untuk menyelamatkan
nyawanya dan keluarganya itu, dicapai Abram dengan cara yang tidak benar yakni
mengorbankan istrinya.
3. Tuhan diragukan?
Tindakan spontan mencari jalan keluar sendiri yang dilakukan Abram
adalah indikasi bagi keraguan imannya. Wajar hal itu terjadi. Silakan bayangkan
bagaimana ia mesti pergi meninggalkan sona nyaman ke tempat yang tidak ia
ketahui atas perintah Allah yang belum ia “kenal dengan baik” pada saat itu.
Bermodal janji Tuhan ia pergi dan berangkat meninggalkan kampung halamannya.
Lalu pada awal perjalanan, ia dan keluarga serta rombongan besar harus
menghadapi musim kelaparan yang tidak terelakkan di negeri asing. Masalah belum
selesai, tiba-tiba kemudian merasa teracam nyawanya oleh orang mesir karena
memiliki istri yang cantik rupawan.
Ya, Abram tidak sempat memikirkan “Tuhan” dan kedasyatannya itu. Ia
belum mengalami perjalanan dengan Tuhan yang ajaib. Sehingga adalah manusiawi
jika ia meragukan Tuhan yang memerintahan ia pergi. Dengan kata lain, kita
melihat bahwa aspek keraguan iman bukan saja disebabkan oleh masalah besar di
depan mata, tetapi juga pengalaman iman bersama dengan Allah. Inilah bisa jadi
persoalan yang dihadapi oleh Abram
4. Firaun dan mesir menjadi korban
Tindakan keliru Abram bukan saja menyeret istrinya menjadi korban dan
akan dinodai oleh Firaun. Tetapi Firaun yang tidak tahu masalah ini akhirnya
juga menjadi korban kebohongan Abram. Perhatikan ayat 18-20!! Betapa Firaun
sangat terkejut ketika mengetahui bahwa hukuman Allah yang ia dan seisi
istananya alami disebabkan karena mengambil istri Abram itu. Menurut pengakuan
Firaun, ia tidak pernah tahu bahwa Sara adalah istri Abram.
Barangkali ada yang bertanya, mengapa Tuhan bukan menghukum Abram tapi
justru menghukum Firaun? Sulit menemukan jawabannya. Bisa jadi fokus kisah
Abram dan Firaun ini ada pada “ketamakan” Firaun yang tidak bisa melihat dan
menahan diri terhadap kecantikan Sara. Tapi bagaimanapun juga, tindakan Abram
tetap merugikan orang lain, yakni Firaun dan seisi istananya.
Penting untuk direnungkan, bahw atindakan gegabah bukan saja merugikan
diri tetapi juga merugikan orang lain. Kisah Abram dalam perikop ini menjadi
pelajaran khusu bagi siapapun yang percaya. Kita diajak dan diigatkan bahwa
tujuan yang baik, tidak berarti menghalalkan segala cara. Jangan demi
menyelamatkan diri sendiri, orang lain dengan sengaja dikorbankan dan mereka
yang tidak mengerti situasi itu justru yang menjadi korban.
C.
REFLEKSI
Mari diskusikan hal ini sesuai
dengan kebutuhan tiap sektor