YOHANES 1:43-51
Jemaat TUHAN
Sebuah kata bijak mengatakan: “Jangan menilai buku dari
sampulnya”. Kalimat ini adalah suatu nasehat untuk mengajak setiap
orang agar menilai sesuatu haruslah objektif dan tidak terburu-buru. Penilaian
kepada seseorang jangan hanya berdasarkan tampilan luarnya saja, namun harus
mengenal nya lebih dalam. Sebab penilaian yang terburu-buru akan mengakibatkan
salah sangka yang berakhir pada penyesalan diri.
Hal inilah yang dialami oleh Natanael ketika ia diajak
oleh Filipus untuk berjumpa dengan Yesus dari Nasaret sebagai Mesias. Natanael
terlalu berburuk sangka soal Nazaret kota asal Yesus. Sehingga karena alasan
itulah ia hampir menolak mengalami perjumpaan dengan Yesus.
Jemaat TUHAN
Kisah ini menarik untuk direnungkan, karena ada beberapa
hal penting yang dapat menjadi cermin bagi hidup kita. Yohanes 1:43-51 adalah
lanjutan dari proses pemilihan murid-murid Yesus yang pertama yaitu Andreas dan
Petrus. Kemudian Yesus berangkat ke Galilea dan bertemu dengan Filipus dan
berkata kepadanya: ”ikutlah Aku” (ay.43-44). Panggilan kepada Filipus
disampaikan Yesus secara mendadak ketika itu. Dalam hal ini, Yesus menyatakan
kekuasaan dan kedaulatanNya memilih para murid-muridNya. Seperti halnya perintah
Yesus dalam Yohanes 15:16, ”Bukan kamu
yang memilih Aku, Tetapi Akulah yang memilih kamu”.
Dengan demikian gereja sebagai orang percaya, hendaknya
menghargai dan bertanggungjawab dalam tugas dan pekerjaannya dalam mewujud-nyatakan
kasih dan keselamatan Allah di dunia ini. Band. 1Koritus 9:16-17 “Memberitakan injil adalah keharusan
bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan injil….pemberitaan itu
adalah tugas penyelenggaraan yang di tanggungkan kepadaku.”
Dari proses pemilihan ini juga kita di ingatkan bahwa
Yesus memilih muridNya bukan berdasarkan kelebihan tapi berdasarkan kemauan, dan
ketaatan para murid dalam mengikut Yesus (Band.Kel.4:10-13= Musa tidak pandai
bicara, berat mulut dan berat lidah), (Yes.6:5= Aku ini seorang yang najis bibir),
Yer.1:6= Tak pandai bicara dan masih muda. Filipus adaalah contoh pribadi ini.
Ia tidak menolak atau mempertanyakan panggilan Yesus terhadap dirinya. Ia patuh
dan taat serta bahkan segera merespon pergi mengikut Yesus
Selanjutnya dalam ay.45-48, Setelah Filipus bertemu dengan
Yesus, ia menemui Natanael dan menceritakan tentang Yesus adalah anak Jusup
dari Nasaret. Kemudian Natanael mengatakan;” mungkinkah sesuatu yang baik
datang dari Nazaret”? Pertanyaan Natanael, menunjukkan keraguan atau ketidak
percayaannya oleh karna status tempat tinggal dan keluarga yang dipandang
rendah dan tidak terhormat. Mengenal seseorang tentu melalui proses, mempercayai
membutuhkan tanda bukti yang jelas dari perkatan, sikap dan perbuatan yang
baik. Percaya kepada Yesus harus dengan dasar iman dan pengharapan yang teguh. Iman
adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Filipus mempertemukan Natanael
dengan Yesus, pertemuan dengan Yesus merubah keraguan menjadi kepastian dan
pertumbuhan iman yang kuat. Tanpa berjumpa dengan Yesus, orang akan gagal
mengenalnya lebih dalam. Alami perjumpaan dengan Yesus adalah hal penting yang
tak dapat diabaikan.
Jemaat TUHAN
Pada Ay.49-51, Pengakuan iman Natanael menumbuhkan
ketaatannya untuk menerima dan mengikut Yesus, sebagai murid. Sukacita dan
hidup yang kekal bagi orang yang percaya kepada Yesus Anak Allah (1
YOH.5:11-12). Janji bahwa Natanael akan melihat kuasa Anak Allah diberikan oleh
Yesus baginya. Satu hal yang menarik adalah bahwa
Tuhan Yesus tidak menganggap Natanael sebagai seorang yang tidak peka atau buta
secara rohaniah. Justru Tuhan Yesus berkata: "Lihat, inilah seorang Israel
sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" (Yoh. 1:47). Ini berarti sikap
kritis yang membuat seseorang tidak mudah percaya tidaklah senantiasa identik
dengan sikap orang yang tidak peka dengan kehadiran Kristus. Dalam kasus
Natanael, sikap kritisnya justru memperlihatkan jati-diri dari seseorang
yang tidak memiliki kepalsuan atau keyakinan iman yang munafik.
Sebab yang
menjadi landasan spiritualitas dari orang-orang yang seperti Natanael
adalah kegairahan untuk mencari kebenaran dan keselamatan yang sejati. Manakala
mereka pada akhirnya dapat menemukan kebenaran dan keselamatan Allah yang
dinyatakan dalam diri Kristus, maka mereka akan secara total mempersembahkan
hidup mereka kepada Allah. Itu sebabnya hanya kepada Natanael, Tuhan Yesus
berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit
terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia" (Yoh.
1:51).
Dengan demikian makna bersikap peka dalam
mengikut Kristus adalah senantiasa mampu bersikap kritis, menguji segala
sesuatu dan mau mencari kebenaran dengan segenap hatinya serta mempraktekkan secara
konsisten dalam seluruh aspek kehidupannya. Tepatnya makna peka mengikut
Kristus akan mendorong seseorang untuk selalu mendengar isi hati dan kehendak
dari Allah yang dibarengi dengan sikap yang kritis.
Jemaat TUHAN
Karena itu marilah kita menjadi pengikut Yesus dengan
mengambil sikap Filipus dan Natanael. Yakni menjadi pengikut yang taat dan peka
terhadap panggilan TUHAN dan mengerjakannya seperti Filipus. Tetapi jika jangan
memiliki ketaatan dan kepekaan yang buta. Iman harus diuji secara kritis agar
tidak terobang-ambing. Natanael menguji hal itu lewat pertanyaan kritis dan
langsung melihat dan berjumpa dengan Yesus untuk mencari kebenaran itu.
Kiranya kita dimampukan untuk itu. Amin