Monday, April 7, 2014

BAHAN RENUNGAN IBADAH KELUARGA 09 APRIL 2014



YOHANES 12:37-43

37 Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya,
38 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?"  39 Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: 
40 "Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka." 
41 Hal ini dikatakan oleh Yesaya, karena ia telah melihat kemuliaan-Nya dan telah berkata-kata tentang Dia. 
42 Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepada-Nya, tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, supaya mereka jangan dikucilkan. 43 Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah.

Pendahuluan
Setiap karya sastra klasik pasti menghasilkan respons beragam. Sebagian besar orang yang membacanya tentu menyukai karya itu. Namun, ada saja orang yang tidak suka bahkan membencinya karena berbagai alasan. Bahkan, bisa dikatakan bahwa suatu tulisan belum layak dinobatkan jadi karya sastra klasik jika, selain adanya sambutan luas dari sebagian pembacanya, belum ada penolakan yang cukup sengit dari kalangan tertentu.

Dengan kata lain, akan ada selalu dua reaksi yang dibuat orang ketika meneima sesuatu dari orang lain. Reaksi positif maupun reaksi negatif. Ini pula yang terjadi dalam bacaan kita saat ini mengenai karya Yesus dan reaksi orang banyak terhadap karya tersebut.


Telaah Perikop (Tafsiran)
Kelihatannya, karya Yesus pun menemui respons serupa. Ada dua jenis reaksi yang diterima oleh Tuhan Yesus dari orang banyak menyangkut karya dan pengajaran-Nya bagi mereka selama ini. Ada kalangan orang yang menolak, namun ada pula kalangan yang menerima ajaran tersebut. Dengan kata lain, ada dua kelompok yang bereaksi secara berbeda terhadap pengajaran Yesus dan karya-Nya di dunia, yaitu ada yang tidak percaya dan ada yang percaya. Untuk lebih jelasnya, mari melihat kelompok ini:

1.       Mereka yang tidak percaya.
Seperti dinyatakan ayat 37: “meski sudah banyak mukjizat dilakukan Yesus di depan mata mereka, tetapi respons mereka tetap tidak percaya”. Pertanyaan penting untuk dijawab adalah: mengapa mereka tidak percaya? Injil Yohanes memparafrasa nas dari Yesaya 6:9-10 yang terlihat jelas dalam ayat 38 dan 40 bacaan kita. Melalui dua ayat ini kita menemukan kesimpulan bahwa banyak orang tidak dapat percaya kepada Yesus, karena TUHAN Allah sendiri telah membutakan mata mereka dan mengerskan hati mereka sehingga mereka tidak dapat percaya kepada Kristus.

Pertanyaan penting selanjutnya yang perlu ditelusuri adalah, mengapa TUHAN dengan sengaja mengeraskan hati mereka? Jika kita memperhatikan Roma 11:20 di situ dijelaskan oleh Rasul Paulus bahwa “Israel dipatahkan oleh ketidakpercayaan mereka” (bd. Mzm 95:8; Ibrani 3:8). Dengan kata lain, ketidakpercayaan Israel kepada tanda-tanda yang dibuat oleh Yesus sama dengan ketidakpercayaan Israel terhadap tanda-tanda ajaib yang dibuat oleh TUHAN Allah mereka melalui Musa. Karena mereka tidak pernah pernah mau berusaha untuk percaya maka, Tuhan dengan sengaja menutup pintu Kasih Karunia-Nya sehingga hati mereka dikeraskan dan tidak lagi dapat menerima keselamatan tersebut.

2.       Mereka yang percaya tetapi ragu-ragu.
Jenis respons lain adalah terdapat juga sejumlah pemimpin Yahudi percaya kepada-Nya, tetapi karena takut dikucilkan rekan-rekan sejawat, mereka tidak berani mengakui iman mereka dengan terus terang (ay.42). Hal ini mengindikasikan bahwa ada yang percaya namun mereka masih ragu-ragu dan bahkan malu untuk menunjukkan iman mereka. Mereka malu dikucilkan atau malu kepada sesama untuk menyaksikan iman dan percaya mereka kepada Allah.

Pertanyaan penting untuk dijawab adalah mengapa mereka malu dan takut karena beriman kepada Kristus?  Alasan pertama mengapa mereka takut dan ragu-ragu adalah supaya mereka jangan dikucilkan. Rupanya mereka masih menganggap bahwa menjadi percaya pada Kristus seakan bagai aib dan akan menghancurkan wibawa dan status sosial keagamaan mereka dihadapan sesama pejabat. Dengan kata lain, mereka masih takut mengabil resiko iman dan lebih mengutamakan “posisi aman” dari pada harus memikul salib.

Alasan kedua kita temukan dalam ayat 43, yakni: Mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah. Mereka lebih memilih kehormatan manusia dan menganggap bahwa dihormati manusia bagaikan sebuah harta yang jauh lebih berharga, dan mengejarnya seolah-olah hal itu akan mendatangkan hal yang lebih baik daripada kehormatan Allah. Sikap seperti itu sama saja dengan penyembahan berhala, sebagaimana mereka yang memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya (Rm. 1:25). Mereka membandingkan kehormatan manusia dan kehormatan Allah, dan setelah menimbang-nimbang, lebih memilih manusia dari pada Allah.

Relevansi dan Aplikasi (Penerapan)
Walau Yesus sudah membuat banyak mukjizat di depan mata mereka, tetap mereka tidak bisa percaya kepada Yesus bahwa Dia adalah Mesias bagi mereka. Ini membuat penolakan dan kedegilan mereka tragis dan tidak dapat dimaafkan. Kita melihat pola yang sama tentang kekerasan hati manusia, dari zaman Musa, zaman itu, sampai sekarang (Ul 29:3-4). Yesaya bicara tentang kesulitan beriman kepada Kristus sebab kekuatan Allah dinyatakan di dalam Mesias yang ditolak, disiksa, dibunuh. Peringatan keras diberikan dalam bacaan kita bahwa Allah membutakan dan mengeraskan orang atau bangsa yang terus mengeraskan hati (ayat 40).

Kekristen di Indonesia akhir- akhir ini diperhadapkan dengan situasi yang sulit: disalahmengerti, dituduh dengan tuduhan yang tidak benar. Kebaikan apa pun selalu dicurigai. Bahkan, lebih jauh, sudah sangat banyak korban berjatuhan, entah materiil bahkan sampai ke nyawa. Mengapa banyak orang tidak bisa melihat kasih Tuhan Yesus melalui hidup dan perbuatan kita? Apakah mereka sudah ditulikan dan dibutakan oleh Tuhan supaya mereka tidak mendengar dan melihat kebaikan Tuhan kepada mereka?

Pertanyaan-pertanyaan itu akan terus mengiang di benak kita semua. Sampai kapan Tuhan menjawab doa-doa kita? Namun lewat bacaan kita, kiranya berbagai pertanyaan itu terjawab. Ternyata ada orang yang memang sengaja dikraskan hatinya oleh Tuhan untuk tidak bisa menerima Kristus oleh karena kedegilan hati mereka. Jadi, di negeri ini sekalipun, hal itu bisa saja terjadi. Jika Kekristenan berusaha dihancurkan karena mereka tidak percaya, hal itu bisa jadi bukan karena kita gagal bersaksi, melainkan karena TUHAN injinkan hal itu terjadi dan mengeraskan hati mereka sehingga tidak menerima keselamatan dari Kasih Karunia Kristus.

Dari perikop ini juga kita belajar juga bahwa ada kelompok yang percaya kepada Yesus, tetapi takut kepada para penguasa (orang-orang Farisi) supaya mereka tidak dikucilkan. Inilah golongan orang yang lebih memilih kehormatan dari manusia daripada kehormatan dari Allah. Untuk hal ini kita diingatkan oleh friman Tuhan dengan tegas. Kita diajar agar jangan lebih memilih kompromi dengan dosa daripada melakukan yang benar karena merasa dalam keadaan terjepit, lebih baik menyangkali iman daripada harus menderita.

Catatan di ayat 43 ini seakan menjadi peringatan sekaligus dorongan bagi kita yang mungkin masih ragu atau takut dengan berbagai implikasi pengakuan iman kita: jangan cari kehormatan manusia, tetapi carilah kehormatan dari Allah. Kita diingatkan untuk tidak membiarkan diri terperosok ke dalam kedua respons negatif tadi. Bagi orang Kristen, jenis respons yang disebut terakhir mesti diwaspadai. Bila kita tidak berani mengakui iman kita kepada Kristus, entah melalui perkataan atau perbuatan yang bisa berkontradiksi dengan tindakan dunia di sekitar kita, kita sebenarnya sedang mencari kehormatan manusia. Jangan balas kasih Allah dengan respons negatif seperti ini. Amin.