(IMAMAT
23:33-38)
BAHAN
RENUNGAN PKP 21 APRIL 2015
PENGANTAR
Pada pasal 23 kitab Imamat, TUHAN Allah melalui
Musa mengatur tata cara perayaan keagamaan yang disebut dengan “pertemuan kudus”
sebagai ketetapan hari-hari raya Israel yang wajib dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang telah di Firmankan (bd. Ay.1,2).
Tujuan utama dari pelaksanaan hari-hari raya
tersebut adalah untuk mengajarkan umat tentang perbuatan TUHAN, Allah mereka
yang ajaib di masa lalu. Perayaan hari-hari raya bangsa Israel berpusat kepada
Tuhan yang telah membebaskan dan memberi berkat kepada bangsa Israel. Motivasi
perayaan bangsa Israel adalah bersyukur atas segala sesuatu yang telah Tuhan
lakukan, bukan memohon berkat seperti bangsa-bangsa lain. Dengan kata lain,
ketika umat Israel melaksanakan hari raya tersebut, mereka sekaligus menyatakan
syukur dan pujian kepada Tuhan.
GALIAN/
TELAAH PERIKOP
Di pasal 23 ini terdapat daftar urutan
pelaksanaan hari-hari raya israel yang harus mereka lakukan sesuai dengan
petunjuk yang diberikan, yakni:
1.
Paskah
(23:5) dan Roti Tidak Beragi
(23:5-8) memperingati pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.
2.
Hasil
Pertama (hasil sulung 23:9-14) dan Pentakosta (hari kelimapuluh, 23:15-22) mengungkapkan rasa syukur
atas hasil panen yang diakui sebagai berkat Tuhan.
3.
Peniupan
Serunai (23:23-25) adalah perayaan Tahun Baru Umum yang
mengungkapkan sukacita dan syukur kepada Tuhan.
4.
Hari
Pendamaian (23:26-32) adalah saat merendahkan diri dan memulihkan
hubungan dengan Tuhan.
5.
Pondok
Daun (23:33-43) memperingati bimbingan Tuhan saat bangsa
Israel mengembara di padang gurun.
Untuk diketahui bahwa pencatatan bulan dalam
kitab Imamat didasarkan pada kalender keagamaan yang dimulai pada saat bangsa
Israel keluar dari Mesir, Keluaran 12:2).
Pada ayat 33-38 perikop bacaan kita, TUHAN Allah meminta Musa agar
Israel wajib melaksanakan hari raya pondok daun. Hari
Raya Pondok Daun biasa disebut Ibrani
khag hasukkot (Im 23:24; Ul 16:13) atau khag ha'asif (Kel 23:16; 34:22). Hari Raya ini adalah salah
satu dari tiga pesta besar Yahudi, yang dirayakan dari tgl 15-22 bulan ke-7.
Itu berarti hari raya ini dilakukan pada bulan ke-7 ketika mereka keluar dari
tanah Mesir.
Pada awalnya hari raya ini dilakukan untuk
memperingati perjalanan yang sulit bagi Israel yang hidup dipondok-pondok
beratapkan ranting dan daun saat melakukan perjalanan sulit di padang gurun.
Namun dalam perjalanan waktu setelah mereka hidup cukup lama di tanah
perjanjian, dengan pergantian kekuasaan raja-raja hingga masa pembuangan dan
sesudah pembuangan, bentuk pelaksanaan hari raya pondok daun ini mulai berubah.
Hari raya ini dikemudian hari dilakukan sebagai hari
raya syukur panen. Inilah akhir tahun ketika panen dituai, dan merupakan salah
satu dari pesta ketika setiap lelaki harus muncul di hadapan Tuhan (Keluarga
23:14-17; 34:23; Ulangan 26:16. Pesta itu sangat meriah (Ulangan 16:14). Nama
'hari raya pondok daun' berasal dari kebiasaan bahwa setiap orang Israel harus
diam di pondok yg dibuat dari cabang dan daun selama 7 hari pesta itu (Imamat
23:42).
Dalam perkembangan sejarah Israel, hari raya ini,
yang ditetapkan oleh Allah, tidak pernah terlupakan. Diadakan pada waktu Salomo
(2 Tawarikh 8: 13), Hizkia (2 Tawarikh 31:3; bandingkan Ulangan 16:16) dan
sesudah Pembuangan (Ezra 3:4; Zakharia 14:6, 18-19). Upacara penumpahan air
yang diadakan dalam pesta ini sesudah zaman Pembuangan, dan yang dicerminkan
dalam pengumuman Yesus di Yohanes 7:37 dab, tidak ditetapkan dalam Pentateukh.
Upacara ini mengakui bahwa hujan merupakan pemberian Tuhan yg dibutuhkan supaya
tanah subur (bandingkan Zakharia 14: 17; 1 Samuel 7:6).
Namun inti dari pelaksanaan hari raya Pondok Daun ini
adalah untuk mengingatkan orang Yahudi akan keluaran dari Mesir dan
pengembaraan Israel di padang gurun pada saat mereka tinggal di pondok (Imamat
23:43). Hari raya ini adalah suatu peringatan dan syukur terhadap perbuatan
Tuhan yang ajaib dalam kehidupan umat Israel. Kegiatan ini bukan saja sekedar
pesta dan perayaan biasa, namun mengandung unsur-unsur penting, yakni:
1.
Tanda
Ketaatan (ay.34)
Melaksanakan hari raya itu bukan
berasal dari ide Musa atau kemauan Israel sendiri. Namun dari ayat 1 dst,
termasuk ayat 34, pelaksanaan hari-hari raya tersebut dilakukan atas perintah
TUHAN, Allah Israel. Dengan kata lain, jika mereka melakukan maka itu merupakan
wujud ketaatan umat kepada Allah mereka.
2.
Ibadah
kepada Allah (ay.35)
Hari-hari raya tersebut dilakukan
dalam bentuk “Pertemuan Kudus”. Hal awalnya dilakukan di
sekitar kemah pertemuan yang kemudiaan hari setelah Bait Allah dibangun,
dilaksanakan di Bait Allah. Pertemuan itu menjadi kudus karena kehadiran Allah
Yang Maha Kudus dalam kumpulan umat yang merayakan. Dengan kata lain, melakukan
hari-hari raya tersebut adalah wujud peribadahan kepada Tuhan dan bukan sekedar
perkumpulan biasa, atau pesta dan kemeriahan.
3.
Dipersiapkan dengan matang (ay.36)
Pada ayat 35 disebutkan agar mereka tidak melakukan
pekerjaan yang berat. Selanjutnya dalam ayat 36 tjuh hari lamanya mereka berada
dipondok sambil mempersembahkan korban bakaran atau korban api-apian. Tidak
mudah melakukannya. Sudah pasti memerlukan persiapan. Itulah sebabnya tidak
boleh ada pekerjaan berat supaya umat focus pada persiapan pelaksanaan perayaan
tersebut.
4.
Unsur syukur ditonjolkan (ay.37)
Pada perayaan itu umat wajib memberi persembahan
dalam bentuk korban bakaran, korban sajian, korban sembelihan dll. Hari raya
itu merupakan wujud syukur yang ditandai dengan pemberian persembahan. Dengan
demikian, setiap mereka melaksanakan hari-hari raya tersebut, umat Israel
secara langsung diarahkan bahwa bentuk perayaan itu juga sebagai tanda datang
bersyukur kepada Tuhan. Itulah sebabnya, ibadah Israel identik dengan syukur
dan persembahan, karena mereka tidak pernah datang kepada Tuhan dengan tangan
hampa (bd.
RELEVANSI DAN APLIKASI
Berdasarkan uraian Firman Tuhan di atas, maka ada beberapa pokok
penting yang menjadi bahan renungan untuk kita terapkan dalam kehidupan moderen
saat ini, yaitu:
1. Apakah makna perayaan hari-hari raya gerejawi yang kita lakukan saat ini? Setiap perayaan hari raya Israel bukan saja mengandung makna namun juga sarat dengan didikan dan ajaran tentang Tuhan.mereka merasayakan pondok daun bertujuan untuk mengenang dan mengingat perbuatan Tuhan yang ajaib dalam perjalanan pengembaraan di Mesir dan juga rasa syukur atas panen diyakini sebagai berkat Tuhan.
Jika mereka melakukannya tiap tahun sebagai suatu bentuk ketaatan, maka dari generasi ke generasi Israel diajarkan untuk mengingat Tuhan dan bersyukur kepadaNya. Kitapun harusnya demikian. Bahwa setiap kegiatan perayaan yang kita buat harusnya mengndung makna pokok yang penting yakni bagi Tuhan dan untuk Tuhan. Sekaligus sebagai bahan pengajaran kepada generasi seterusnya tentang kemurahan Tuhan.
Artinya, fokus perayaan jangan hanya soal kemeriahan dan anggaran besar, sekedar melaksanakan program kerja dan atau hanya berupa rutinitas belaka. Kegiatan yang dilakukan harusnya fokus pada kemuliaan Tuhan untuk mengingat kemurahan dan kebaikan Tuhan. Itulah yang menjadi pokok ajaran kepada generasi seterusnya agar mereka tidak mengabaikan perayaan2 gerejawi yang harus dilaksanakan.
1. Apakah makna perayaan hari-hari raya gerejawi yang kita lakukan saat ini? Setiap perayaan hari raya Israel bukan saja mengandung makna namun juga sarat dengan didikan dan ajaran tentang Tuhan.mereka merasayakan pondok daun bertujuan untuk mengenang dan mengingat perbuatan Tuhan yang ajaib dalam perjalanan pengembaraan di Mesir dan juga rasa syukur atas panen diyakini sebagai berkat Tuhan.
Jika mereka melakukannya tiap tahun sebagai suatu bentuk ketaatan, maka dari generasi ke generasi Israel diajarkan untuk mengingat Tuhan dan bersyukur kepadaNya. Kitapun harusnya demikian. Bahwa setiap kegiatan perayaan yang kita buat harusnya mengndung makna pokok yang penting yakni bagi Tuhan dan untuk Tuhan. Sekaligus sebagai bahan pengajaran kepada generasi seterusnya tentang kemurahan Tuhan.
Artinya, fokus perayaan jangan hanya soal kemeriahan dan anggaran besar, sekedar melaksanakan program kerja dan atau hanya berupa rutinitas belaka. Kegiatan yang dilakukan harusnya fokus pada kemuliaan Tuhan untuk mengingat kemurahan dan kebaikan Tuhan. Itulah yang menjadi pokok ajaran kepada generasi seterusnya agar mereka tidak mengabaikan perayaan2 gerejawi yang harus dilaksanakan.
2.
Kegiatan
perayaan gerejawi harus dilakukan sebagai wujud ketaatan kepada Allah yang
diselenggarakan dengan khidmat dan kekudusan karena Tuhan diundang hadir saat
itu. Ini berarti bahwa umat Tuhan termasuk kita saat ini tidaklah tepat
memandang suatu perayaan sekedar pesta yang mengumbar kemeriahan tanpa
menekankan kekudusan. Kita perlu menyiapakan dengan baik dan melakukan dengan
sempurna karena Sang Maha Sempurna hadir dalam pertemuan itu.