BERSEDIAKAH ANDA
DI UTUS TUHAN?
Bahan Bacaan Alkitab Ibadah
Rumah Tangga
Rabu, 20 FEBRUARI 2019
A. PENGANTAR
Seorang Hakim adalah pemimpin dari satu-dua
suku pada masa perang melawan bangsa-bangsa musuh orang-orang Israel.
Kewibawaannya tergantung kepada kharisma-nya,
jadi tidak dihubungkan dengan suatu dinasti. Penduduk asli (Kanaan) mempunyai kebudayaan yang lebih tinggi. Suku-suku Israel sering
diperbudak dan ditindas. Tidak mengherankan bahwa orang-orang Israel tertarik
oleh agama penduduk asli. Sebab agama mereka sendiri, agama nenek moyang dan
Musa, sederhana sekali dan cocok dengan keadaan suku-suku di gurun. Akibatnya
ialah: suku-suku Israel mudah saja mencampurkan agama nenek-moyangnya dengan
agama penduduk negeri Palestina yang memuja dewa-dewi.
Pada zaman yang dikisahkan dalam Kitab
Hakim-Hakim, keadaan orang Israel kacau-balau. Suku-suku dan kelompok-kelompok
Israel baru saja memasuki tanah pertanian dan mulai menetap, kerap di samping
penduduk asli. Tidak ada pemimpin atau pemerintah pusat. Masing-masing suku dan
kelompok mencari jalannya dan berjuang sendiri. Suku-suku sederhana itu kerap
tidak dapat mempertahankan diri terhadap penduduk asli yang menyerbu.
B. PENJELASAN NATS
Dalam kisah pada bacaan kita, orang Midian
merupakan kelompok penindas dan perampok yang keji. Banyak orang Israel yang
menjadi terlunta-lunta karena perampasan tersebut. Mereka hidup penuh dengan
penderitaan dan kemelaratan, justru di tanah mereka sendiri.
Itulah sebabnya pada ayat.7 umat Israel
berseru kepada Raja mereka, yakni TUHAN (Yahwe) Allah Israel karena kekejaman
orang-orang Midian itu. Jawaban TUHAN, dinyatakan melalui kehadiran malaikat
TUHAN di rumah Gideon. Waktu itu Gideon sedang menggirik gandum di tempat
pemerasan anggur (ay.11). Ini tempat yang tidak lazim. Mengapa? Biasanya pengirikan gandum di lakukan di
tempat yang ketinggian dan terbuka, di mana angin bertiup. Dengan itu sekam
gandum dengan mudah terpisah dari biji gandumnya. Tetapi kalau ini yang
dilakukan Gideon, maka ia akan mudah kelihatan oleh para perampas/perampok
“sembako”. Karena itu, Gideon mengirik gandum di tempat pemerasan anggur, yang
memang berada di tempat tertutup.
Inti percakapan TUHAN melalui malaikatNya dengan Gideon adalah mengutus
Gideon untuk menghalau musuh-musuh Israel (ay. 14-15). Namun sebelumnya terjadi
dialog yang menarik antara TUHAN dengan Gideon di awal pengutusan tersebut. Mari
kita lihat isi dialog yang demikian hidup itu:
TUHAN : (berbicara
pada Gideon) “TUHAN menyertai engkau, yah
pahlawan yang gagah berani”
GIDEON : (Gideon
menjawab) “Ah, tuanku, jika TUHAN
menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala
perbuatan-perbuatan-yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada
kami, ketika mereka berkata: Bukankah TUHAN telah menuntun kita keluar dari
Mesir? Tetapi sekarang TUHAN membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam
cengkeraman orang Midian.”
Sekarang menjadi jelas… suara Gideon mewakili suara umat Israel
kebanyakan waktu itu, yakni mereka berdiri DI ATAS KEBENARAN SENDIRI dan
menjadi Hakim bagi TUHAN. Mereka menggugat janji TUHAN yang tidak ditepati;
mereka mempertanyakan KUASA TUHAN yang tidak menjangkau mereka; dan lebih parah
lagi mereka mempertanyakan KESETIAAN TUHAN atas umatNya.
Sayang sekali, baik Gideon maupun umat TUHAN tidak mengoresi diri
mereka. Semua yang terjadi dan ditimpakan kepada mereka justru karena
kedurhakaan mereka kepada TUHAN Allah mereka yang telah setia dan memelihara
mereka. Ternyata lebih mudah bagi umat TUHAN menyoroti Allah mereka dari pada
diri mereka sendiri. Lebih mudah untuk mencari kesalahan pihak lain dari pada
menemukan kedurhakaan sendiri.
Setelah dialog itu terjadi, maka sekarang TUHAN masuk ke tahap yang
lebih tinggi, yakni PENGUTUSAN. Gideon diutus TUHAN untuk melepaskan Israel
dari cengkraman orang Midian. Dan lagi-lagi, Gideon menjawab dengan berbagai
alasan ketidak-sediaannya untuk panggilan itu. Menurutnya ia berasal dari suku
dan kaum terkecil, dan kemudian dari segi pengalaman dan usia iapun masih muda.
Bukankah alasan-alasan seperti ini amat sering muncul dan dipakai dari
dulu hingga sekarang untuk menjawab panggilan TUHAN? Hal yang menjadi batu
sandungan dalam panggilan selalu dua hal di atas, yakni jati diri (latar belakang dan identitas) dan Kemampuan atau skill seseorang.
C. RELEVANSI DAN APLIKASI
1. Dewasa ini banyak orang percaya menempatkan
TUHAN sebagai seorang “pekerja” untuk dirinya sendiri. TUHAN hanya jadi pribadi
yang “harus selalu bisa melaksanakan mau kita” dan bukan sebaliknya, TUHAN-lah
yang mengerjakan kehendakNya dalam hidup ini.
Efeknya dapat ditebak, bahwa ketika TUHAN
“tidak melaksanakan” mau kita, akhirnya DIA dijauhi dan kesetiaanNya
dipertanyakan. Bukankah adalah lebih baik untuk mempertanyakan diri sendiri dan
mengoreksi diri kita, bahwa amat mungkin semua hal buruk yang kita alami justru
karena kesalahan dan dosa kita. Jangan menjadi seperti Israel ataupun Gideon, kita
harus tahu dan bukan pura-pura tidak tahu kesalahan dan justru sebaliknya balik
menyalakan TUHAN.
2. Banyak orang berpikir, bahwa hukuman tanda
TUHAN tidak mengasihi lagi. Buktinya, karena Israel berkhianat maka TUHAN
menghukum. Pemahaman ini sangatlah keliru, karena TUHAN tidak pernah menghukum
umat perjanjian, murni karena alasan membenci. Acap kali TUHAN melakukan itu
karena mengasihi umatNya agar tidak terjerumus.
Bandingkan misalnya Wahyu 3:19 “Barangsiapa
Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!”
Jadi, ukuran cemeti dan nhajaran itu, ditimpakan karena justru TUHAN mengasihi
umatNya agar mereka dapat bertobat. Jadi, jika kita menghadapi model “cemeti”
seperti ini, janganlah paling utama kita justru langsung menghakimi TUHAN,
namun haruslah yang pertama kita mengoreksi diri sendiri untuk mencari
kesalahan dan kealpaan. Setelah itu, mari bertobat untuk menemui kemuliaan
TUHAN Allah yang mengasihi kita.
3 Sudah menjadi rahasia umum, bahwa seseorang
mengukur dirinya atau seseorang mengukur orang lain hanya melalui dua hal,
yakni Siapa dia/siapa aku (identitas
dan latar belakang) dan atau bisa apa dia/aku (kemampuan atau
skill). Hal inipun tejadi ketika berada diwilayah panggilan untuk melayaniNya.
Persoalan penting bukan identitas diri dan
atau Skil/kemampuan, namnun yang
utama adalah ketaatan kepadaNya dan Penyertaan TUHAN atas diri kita.
Bagaimanapun juga Gideon akhirnya pergi menjawab panggilan itu, setelah ia
menyadari bahwa TUHAN lah yang memerintahkan dan TUHAN sendiri akan menyertai.
Kiranya kita dimampukan melakukan hal yang seperti itu. Amin.