KISAH RASUL
16:13-18
A. PENDAHULUAN
Bagi kita yang tidak anti atau alergi
dengan produk olahan susu, nikmatnya keju kemungkinan besar pernah Anda
rasakan. Namun, tahukah Anda kalau orang pertama yang mematenkan keju olahan
yang nikmat tersebut adalah orang yang cinta Tuhan? Orang ini masuk dalam salah
satu pebisnis kristen yang terkenal karena imannya dan praktik nilai-nilai
kekristenan yang kental mewarnai bisnisnya. Namanya James L. Kraft, pendiri
Kraft Foods, Inc., salah satu perusahaan makanan dan minuman terbesar di
Amerika Serikat. Selain sukses dalam dunia bisnis— produknya masih bisa kita
nikmati hari ini—Kraft juga mendukung pelayanan gereja Baptis dan pendidikan
rohani bagi anak-anak muda. Ia adalah seorang pebinis yang dirangkul untuk
terlibat dalam pelayanan.
B. GALIAN PERIKOP (Tafsiran)
Dalam usaha pemberitaan Injil di
daerah Filipi, ada wanita bernama Lidia di antara rombongan orang-orang yang
mendengarkan suaranya. Lidia
adalah seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira yang beribadah kepada Allah.
Pada zaman itu, kain yang dipakai oleh pembesar-pembesar, orang-orang kaya dan
orang- orang terhormat. Wanita pebisnis itu hari itu menjadi orang percaya,
dibaptis, dan menjamu Paulus serta rekan pelayanannya di rumahnya.
Dalam rombongan Yesus juga ada beberapa perempuan yang melayani dengan
kekayaan mereka. Lukas mencatat bahwa mereka adalah Maria Magdalena, Yohana
isteri Khuza bendahara Herodes, Susana, dan banyak perempuan lainnya. Dengan
kata lain, Paulus melihat kesempatan penting untuk menggandeng siapaun untuk
menjadi kawan sekerja Allah dalam berbagai profesi teramasuk pedagang atau
pebisnis seperti Lidia.
Menurut Kisah 16: 12, Kota Pilipi adalah kota perantauan
orang Roma. Sedikit kisah tentang orang Roma yang di Pilipi, Pedagang, tetapi
juga tukang ramal dan pejabat. Mereka sudah beribadah, tetapi herannya mereka
belum percaya kepada Tuhan Yesus.. Filipi adalah kota pertama mekadonia yang
menjadi sasaran kunjungan Paulus dan Silas.. Nah kesempatan bagi Paulus untuk
memberitakan Injil. Berbicara tentang menangkap kesempatan atau menggunakan
kesempatan yang ada, tentu kita harus ingat siapa sebenarnya penulis Kisah para
Rasul yang sebagian kecil tadi sudah kita baca.
Penulis Kisah Para Rasul adalah Lukas, seorang Dokter.
Ditengah-tengah kibukan mengobati pasien, mencari uang dan aksi kemanusiaan,
menolong orang dari berbagai penyakit, tetapi kesempatan yang ada tidak pernah
sia-siakan oleh Dr.Lukas, setiap apa yang dialami dalam berkeliling dari kota
ke kota dan dari desa-kedesa, ia abadikan dan saksikan melalui tulisannya.
Injil Lukas dan Kisah para Rasul yang memuat sejarah pelayanan Rasul Paulus
Khusus dalam pasal yang telah saya bacakan Kisah 16: 13-18, adalah bagaimana
Rasul Paulus berhasil menangkap kesempatan.
Bagaimana menangkap kesempatan?
Ada ungkapan bijak berbunyi demikian: "Orang bodoh
membuang kesempatan, orang biasa menunggu kesempatan, orang pintar mencari
kesempatan." Dalam pekerjaan Tuhan sangat penting bagi para pelayan Tuhan
untuk menangkap setiap kesempatan untuk memajukan pekerjaan Tuhan di dunia ini.
Bacaan hari ini menceritakan pelayanan misi Paulus di Eropa, yang dimulai dari kota Filipi. Ada beberapa prinsip pelayanan Paulus yang bisa kita pelajari.
Bacaan hari ini menceritakan pelayanan misi Paulus di Eropa, yang dimulai dari kota Filipi. Ada beberapa prinsip pelayanan Paulus yang bisa kita pelajari.
Pertama, Paulus mencari tempat sebagai
jembatan penghubung untuk menjangkau orang-orang di Filipi. Ia pergi ke tempat
sembahyang Yahudi (sinagoge). Selain bertemu dengan orang-orang Yahudi, mereka
juga berjumpa dengan orang-orang nonYahudi yang ikut beribadah. Sejumlah orang
bertobat termasuk Lidia, seorang wanita pengusaha dari Tiatira (13-14).
Kedua, Paulus memanfaatkan dukungan jemaat.
Ketika Lidia meminta Paulus dan tim untuk menginap di rumahnya, mereka
menyambut dengan baik. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik, di mana ada
orang-orang yang bersedia menjadi partner dalam pekerjaan misi ( ayat15). Dalam
Perjanjian Baru dicatat banyak nama yang menjadi partner para rasul dalam
penyebarluasan berita Injil.
Ketiga, siap menghadapi tantangan. Dalam
pekerjaan Tuhan, cepat atau lambat pasti akan ada tantangan yang di-hadapi.
Kali ini Iblis memakai roh tenung untuk mengganggu pelayanan Paulus dan Silas
(16-17). Memang apa yang dikatakan roh tenung itu benar dan mengkonfirmasikan
pelayanan Paulus. Namun roh jahat tidak dapat ditolerir karena mereka tidak mau
percaya dan menyembah Yesus. Paulus akhirnya mengusir roh jahat tersebut (18).
C. RELEVANSI DAN APLIKASI (Penerapan)
Alkitab mencatat bahwa Lidia adalah seorang pedagang kain
ungu. Ia tinggal di Filipi. Meskipun Lidia hanya seorang pendatang di kota
Filipi, dari apa yang diceritakan kepada kita dalam Kisah Para Rasul, kita
mengetahui bahwa Lidia adalah pedagang kain ungu yang sukses dan juga seorang
wanita yang cukup kaya. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa faktor, diantaranya:
ia dikenal sebagai penjual kain ungu dari Tiatira, kain ungu adalah kain yang
mahal harganya (ayat 14), ia juga memiliki sarana yang cukup untuk menerima
Paulus dan teman-teman seperjalanannya di rumahnya (ayat 15) dan juga
disebutkan bahwa ia dan juga seisi rumahnya dibaptis (ayat 15). Istilah
"seisi rumahnya" mengacu kepada para pelayanannya. Apa yang bisa kita
teladani dari sosok Lidia, penjual kain ungu dari tiatira ini?
1.
1Dalam ayat 14 disebutkan bahwa
Lidia beribadah kepada Allah. Sebelum bertemu dengan Paulus dan menjadi murid Tuhan
Yesus, Lidia sudah beribadah kepada Allah. Kemungkinan dia orang Yahudi atau
bangsa lain yang menganut agama Yudaisme (spt. Kornelius dalam Kisah Para Rasul
10). Fakta ini memberitahu kita bahwa Lidia adalah wanita yang memiliki iman
kepada Allah, meskipun ia berasal dan tinggal di kota-kota orang kafir. Bahkan
lebih dari itu, setelah dia menjadi percaya kepada Tuhan dan dibaptis, ia
menjadi sosok yang mendukung pekerjaan pelayanan Paulus dan teman-temannya. Ia
memiliki landasan yang kuat untuk hidupnya, yaitu Kristus.
2. Lidia bekerja dengan sangat baik dalam membangun usahanya. Ia meninggalkan
Tiatira dan membangun usahanya sampai ke Filipi dan menetap di sana.
Kemungkinan besar Lidia tidak menikah, karena dalam konteks dunia pada waktu
itu, jika ia menikah tentu suaminya yang akan mengurus semua urusan pekerjaan
dan pencarian nafkah. Tidak mudah bagi seorang wanita pada waktu itu menjadi
seorang pengusaha. Tetapi Lidia bisa, karena dia pekerja keras dan berkemauan keras
untuk sukses dalam membangun bisnisnya. Ia bekerja membangun bisnisnya dengan
segenap hati dan segenap kekuatannya.
3. Dalam Kisah Para Rasul 16:40 disebutkan bahwa setelah meninggalkan penjara,
Paulus dan Silas pergi ke rumah Lidia dan bertemu dengan saudara-saudara seiman
di situ. Catatan ini menunjukkan kepada kita bahwa Lidia bukan hanya sukses
dalam bisnis, bukan hanya mendukung pelayanan Paulus dan teman-temannya, tetapi
ia juga membuka rumahnya untuk menjadi tempat persekutuan. Ia membangun karirnya,
tetapi ia juga membangun jemaat Tuhan melalui pelayanan yang dapat diberikannya
kepada mereka, ia membuka rumahnya bagi jemaat Tuhan di filipi.
Dewasa ini pelayanan memerlukan banyak
orang yang bersedia memberi diri dengan berbagai karunia dan talenta. Sebagai
orang percaya, kita harus seperi Paulus yang bisa melihat kesempatan dan
melakukan perekrutan rekan sekerja untuk pelayanan yang lebih baik. Kita juga
diajak seperti Lidia untuk bersedia memberi diri dan seluruh kesibukan kita
untuk disertakan dalam pelayanan bagi Tuhan.