Tuesday, April 22, 2014

BAHAN RENUNGAN IBADAH KELUARGA 23 APRIL 2014



MAZMUR 118:13-25

Pendahuluan
Jika ada pertanyaan buat saudara: “hari apakah dari hari-hari yang dijalani selang bulan April tahun ini, yang dianggap paling membahagiakan”? Apakah yang akan kita jawab? Sudah pasti hal pertama yang kita lakukan sebelum menjawab pertanyaan ini adalah mencoba kilas balik peristiwa, kejadian, suasana, kisah dan cerita yang sudah dilewati. Selanjutynya kita mungkin mulai memisahkan mana hari yang buruk, lalu agak baik, lalu yg baik, lalu yang paling baik dan seterusnya. Setelah itu kita mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan tersebut.

Berbicara tentang hari, orang memiliki pendapat berbeda-beda.  Mereka percaya ada hari yang baik dan ada pula hari yang tidak baik;  ada hari yang membawa keberuntungan dan ada hari yang membawa sial;  ada bulan baik dan juga bulan yang kurang baik, karenanya banyak orang merasa perlu berhati-hati dalam memilih hari, tidak sembarangan. 

Walaupun tidak persis sama, pemazmur juga telah menentukan hari yang ia pilih sangat cocok menjadi hari membahagiakan itu. Ayat 24 menyebutkan: Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya! Hari apakah yang dimaksud oleh pemazmur? Dan mengapa ia hari itu membuatnya bersorak-sorai?

Telaah Perikop
Rupanya pemazmur mengalami masa-masa sulit dan hari-hari yang tidak menyenangkan. Ia mengalami kondisi kesesakan hidup (ay.5); pemazmur ada dalam kondisi peperangan dan dikepung musuh (ay.10-12); bahkan pula pemazmur mengalami kondisi kejatuhan dan terpuruk oleh perbuatan orang lain (ay.13).  Pendek kata, hidup pemazmur diwarnai dengan berbagai kesulitan hidup. Hari-harinya penuh dengan suasana yang tidak menyenang-kan atau hari-hari buruk.

Di sisi lain, jika kita memperhatikan keseluruhan isi Mazmur 118 ini, pemazmur juga mengakui bahwa ada hari-hari yang menyenangkan yang ia alami di tengak kesesakan itu. Pada saat mana hal itu terjadi? Jawabnya adalah pada saat ada kesesakan, keterpurukan dan kejatuhan, pemazmur bersaksi bahwa ada keadaan yang menyenangkan dibalik kondisi tidak nyaman tersebut. Apakah itu? Pemazmur mengalami kehadiran Tuhan yang mendampinginya melewati kesulitan dan kesusahan hidup.

Peran dan keterlibatan Tuhan dalam kesulitan hidup pemazmur membuatnya dapat melewati hari-hari buruk dalam hidupnya. Beberpa bagian diungkapkan pemazmur dengan tegas dalam Mazmur ini, misalnya: ketika ia mengalami kesesakan, Tuhan memberi kelegaan (ay.5); ketika ia berjuang sendiri, Tuhan berdiri dipihaknya (ay.6-7); dan ketika ia jatuh, Tuhan hadir menolongnya (ay.13). Itulah sebabnya, pemazmur menyebut TUHAN, Allahnya sebagai  kekuatan dan Penyelamat (ay.14).

Apakah yang dilakukan pemazmur ketika menjadari kehadiran Tuhan dalam kehidupannya teristimewa ketika ia mengalami kesesakan hidup? Ada dua hal penting yang dilakukan oleh pemazmur, yakni: Pertama, perhatikan ayat 17 bacaan kita. Pemazmur berniat atau berkehendak untuk menceritakan semua perbuatan Tuhan yang ajaib itu. Pemazmur tidak menceritakan kesuksesannya sebagai inti kesaksian, melainkan bersaksi tentang siapa TUHAN, Allahnya itu dan perbuatanNya yang penuh kuasa. Kedua, selanjutnya hal berikutnya yang dilakukan pemaszmur ketika ia mengalami kehadiran Tuhan dalam kesulitan hidupnya adalah ia datang bersyukur pada TUHAN. Hal ini nampak jelas dalam ayat 19 dan 21 bahwa semua kehadiran Tuhan dalam hidupnya akan ia responi dengan mengucap syukur kepada Allah.

Uraian di atas secara tidak langsung telah menjawab pertanyaan soal hari apakah yang paling membuat pemazmur bersukacita? Hari mana yang disebut hari baik oleh pemazmur dalam ayat 24? Jawabannya adalah, hari dimana ia mengalami kehadiran TUHAN dan datang bersyukur kepada TUHAN. Kapankah kehadiran Tuhan itu dirasakan oleh pemazmur? Apakah disaat hanya dalam keadaan hari-hari baik? Jawabannya, TIDAK. Sebab justru menurut pemazmur, kehadiran Tuhan terasa sangat kuat hadir di saat ia mengalami kesesakan dan keburukan hidup. Jadi hari buruk menjadi baik saat TUHAN hadir dalam hidupnya. Dengan kata lain, tidak ada lagi perbedaan hari baik dan buruk jika TUHAN hadir di dalamnya, dan kita selalu bersyukur.

Relevansi dan Aplikasi
Ternyata tidak ada hari baik ataupun buruk. Itu hanya soal perspektif dan cara kita memandang saja. Kunci untuk menikmati hari baik adalah mengandalkan Tuhan setiap hari.  Bergaul karib dengan Tuhan setiap hari akan menjaga hati dan pikiran kita sehingga kita mampu melihat dan menyikapi segala sesuatu secara positif.  Sikap inilah yang membuat hari-hari kita menjadi baik sehingga hati kita pun akan melimpah dengan ucapan syukur.  Inilah yang dirasakan Daud:  "Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya Tuhan, yang membiarkan aku diam dengan aman."  (Mazmur 4:9).  Daud menjalani hari dengan tenteram karena ia senantiasa karib dengan Tuhan.

Kehadiran Tuhan adalah faktor penting hari-hari itu baik atau buruk. Itulah pengalaman pemazmur dalam bacaan kita. Tetapi pemazmur tidak akan mengalami kehadiran Tuhan, jika hidupnya tidak berkenan kepada Allah. Hidup yang berkenan kepada Allah membuat pribadi manusia dapat bergaul akrab atau karib dengan Allah. Abraham adalah contoh pribadi yang bergaul karib dengan Allah, sehingga ia mengalami kehadiran Allah.

Seperti pemazmur, kita diajak untuk tidak hanya senang dan bahagia mengalami kehadiran Tuhan dalam hidup ini. Ada kewajiban penting orang percaya yang telah mengalami penyertaan Tuhan, yaitu mensyukuri segala hal dalam hidup. Bersyukur kepada Tuhan bukan saja menyenangkan hatiNya, namun juga membuat kita mengalami kebahagiaan hidup. Sebab dengan besryukur pada segala hal kita akan merasakan kepuasan entah susah atau senang. Sebagaimana pemazmur menyebut dirinya bersorak-sorai.

Bersykur kepada Tuhan, harusnya tidak hanya dilakukan dalam suatu ritual ibadah atau sekedar amplop persembahan syukr semata. Pemazmur bersyukur dalam tindakan nyata. Apakah itu? Ia menceritakan perbuatan Allah yang ajaib, supaya semua orang memuliakan Tuhan. Kita wajib bersaksi dan bercerita kepada orang2 disekitar kita, termasuk keluarga, tentang berpuatan Allah dalam hidup kita. Supaya seisi rumah dan keluarga kita, dari generasi ke generasi mengenal Tuhan dan perbuatanNya yang ajaib itu, sehingga merekapun seperti pemazmur bersorak-sorai dan memuliakan Tuhan. Amin

Sunday, April 13, 2014

BAHAN RENUNGAN IBADAH KELUARGA 16 APRIL 2014



YOHANES 13:21-30

Jika ada keluarga yang baru mempunyai anak, mereka banyak memberi nama Petrus, Simon dan lain-lain, sangat jarang ada yang memberi nama Yudas. Padahal arti nama Yudas tidak kalah bagusnya dengan nama yang lain. Yudas dalam bahasa Yunani, Ibrani adalah Yehuda atau Judah yang artinya terpujilah Allah. Sedangkan Iskariot bukanlah nama belakang keluarga. Nama ini ditambahkan di dalam Injil Sinoptik untuk membedakannya dengan Yudas yang lain karena ada delapan orang bernama Yudas dalam Perjanjian Baru, yakni [1] anak Yakobus keempat, [2] leluhur Yesus Kristus, [3] pemberontak di Galilea, [4] orang Yahudi dari Damaskus, [5] seorang nabi di Yerusalem dipanggil juga Barnabas, [6] murid Yesus Kristus juga bernama Tadeus, [7] saudara Yesus Kristus, dan [8] Yudas Iskariot.

Kata Iskariot dari kata Ibrani isy-qèriyot, artinya orang Keriot. Keriot adalah sebuah kota di Yudea, 12 mil sebelah selatan Hebron. Dengan demikian Yudas adalah satu-satunya rasul yang berasal dari Yudea, karena kesebelas rasul yang lain berasal dari Galilea. Mengapa dikatakan bahwa Yudas Iskariot diberkati? Pertama, dia hidup sejaman dengan Yesus, melihat Yesus muka dengan muka dan mengenal Yesus secara pribadi. Kedua, dari ribuan orang yang mengikut Yesus, Yudas terpilih menjadi salah satu dari 12 murid dan menyandang gelar Rasul (Markus 3:14).

Yesus tidak sembarangan dalam memilih 12 murid-Nya, Yesus melihat ada potensi yang luar biasa dalam diri Yudas. Tuhan tidak menentukan atau menakdirkan Yudas sebagai pengkhianat. Yudas dinubuatkan akan mengkhianati Yesus. Ini dua hal yang berbeda. Jika Yudas ditentukan untuk jadi pengkhianat maka dia adalah orang yang paling malang di dunia. Dia tidak ada pilihan lain selain jadi pengkhianat. Tuhan harus bertanggung jawab terhadap pengkhianatan Yudas, dan bukan Yudas yang harus bertanggung jawab.

Yudas dinubuatkan akan menjadi pengkhianat tapi dia tidak harus jadi pengkhianat. Dia bisa memilih sesuai dengan kehendak bebasnya untuk jadi pengkhianat atau jadi murid yang paling setia. Tuhan menubuatkan Yudas jadi pengkhianat tapi bukan Tuhan yang menyebabkan Yudas jadi pengkhianat. Yudas menjadi pengkhianat bukan karena dinubuatkan tetapi karena pilihannya sendiri karena itu dia bertanggung jawab penuh atas peng-khianatannya.

Sebagai murid, dia diajar secara langsung oleh Yesus baik secara teori maupun secara praktik, sebuah metode mengajar yang luar biasa yang masih digunakan sampai sekarang. Tetapi guru dan metode pengajaran yang luar biasa masih bisa menghasilkan murid yang tidak maksimal. Dia melihat dengan mata kepala sendiri mujizat yang dilakukan oleh Yesus, seperti buta melihat, lumpuh berjalan, mati dihidupkan, dan makan 5000 orang. Bahkan dia juga diperlengkapi oleh Yesus untuk memberitakan Injil Kerajaan Surga sehingga mujizat juga terjadi dalam pelayanan Yudas.

Dari ke-12 murid, Yesus mempercayakan Yudas sebagai bendahara. Sebuah kepercayaan yang besar. Yesus tidak memilih secara sembarangan. Di dalam gereja, orang seperti apakah yang akan saudara pilih untuk jadi bendahara? Pasti seorang yang sangat bisa dipercaya, setia, beriman, reputasi yang baik, ketrampilan yang baik, dan orang yang luar biasa. Bahwa Yesus memilih Yudas dan bukan Petrus, Yakobus dan Yohanes yang merupakan murid-murid terdekat-Nya, menunjukkan bahwa Yudas merupakan orang yang dipercaya penuh oleh Yesus.

Bahwa Yudas sebagai pengkhianat itu tidak pernah masuk di dalam pikiran para rasul, bukankah Yudas adalah orang kepercayaan Yesus? Orang yang sangat spesial, dihormati, seorang sahabat Yesus dan tidak mungkin berkhianat. Hal ini dapat terlihat dalam Yohanes 13: 28-29, berbunyi “Tetapi tidak ada seorang pun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas. Karena Yudas memegang kas, ada yang menyangka bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin.”

Kita dapat menyimpulkan bahwa Yudas Iskariot adalah orang yang sangat diberkati, tapi bagaimana mungkin dia bisa jatuh sedemikian dalam dan mengkhianati Yesus? Inilah pelajaran yang bisa kita peroleh dari kehidupan Yudas Iskariot yang diberkati, yakni ada motif pengkhianatan karena kekecewaan Yudas tentang Mesias yang diharapkan, dan hal ini menjadi peringatan bagi kita sebagai orang-orang percaya.

Para sarjana ada yang berpendapat bahwa nama Iskariot itu berasal dari Sicariot/Sicarii sebuah kelompok nasionalis fanatik Revolusi Yahudi yang sangat membenci Roma. Mereka sangat mengharapkan Mesias akan menjadi pemimpin revolusi mereka untuk menggulingkan kerajaan Roma yang menjajah orang Yahudi. Yudas membayangkan Yesus akan menjadi pemimpin revolusi yang luar biasa, pengikutnya yang ribuan bisa menjadi tentara revolusi, ketika Yesus mampu melakukan mujizat 5 roti dan 2 ikan, serta tidak perlu takut kehilangan pengikut dalam perang revolusi karena Yesus mampu menyembuhkan yang luka bahkan membangkitnya yang mati.

Yudas mengalami kekecewaan waktu mendapati bahwa Yesus bukan Mesias yang mengangkat senjata memimpin revolusi tetapi Mesias yang justru mengajarkan tentang kasih, memberkati musuh, bahkan menyembuhkan anak seorang perwira Romawi musuh Yahudi. Dalam kekecewaannya, Yudas menyerahkan Yesus. Uang membuat Yudas menjadi gelap mata dan mengkhianati Yesus, karena pengkhianatan hanya bisa dilakukan oleh orang yang dekat, sahabat, dan orang kepercayaan. Uang bisa membuat orang melakukan apapun termasuk pengkhianatan. Memang kita butuh uang, pelayanan butuh uang, kita juga suka dengan uang tapi jangan sampai kita cinta akan uang. Cinta akan uang berarti semuanya tentang uang, pertimbangan-pertimbangan melulu hanya karena uang, tidak ada yang lain.

Apapun motif pengkhianatan Yudas, akar masalah yang membuat Yudas berkhianat adalah dia tidak sungguh-sungguh hidup bagi Kristus selama kurang lebih 3,5 tahun bersama Yesus. Jika Yudas benar-benar menyerahkan hidupnya bagi Kristus, dia akan menjadi rasul yang luar biasa. Petrus tidak lebih baik dari Yudas. Matius adalah pemungut cukai yang cinta akan uang, memungut pajak lebih tinggi dari yang seharusnya. Tetapi dia diubahkan.

Yudas tidak sungguh-sungguh memberikan hidupnya bagi Yesus, justru dia memberikan ruang bagi iblis (Lukas 22:3; Yoh. 13:2, 27). Saya tidak tahu sudah berapa lama Saudara mengenal Tuhan Yesus, mungkin 5, 10, belasan atau puluhan tahun, mungkin Saudara dilahirkan di keluarga Kristen. Pertanyaannya bukan berapa lama Saudara mengenal Tuhan? Pertanyaannya adalah Apakah Saudara sudah sungguh-sungguh hidup bagi Tuhan?

Yudas Iskariot adalah orang yang diberkati, orang yang beruntung, tidak semua orang bisa memperoleh kesempatan seperti dia; tetapi pada akhirnya dia menjadi orang yang buntung dan terkutuk, karena sekalipun Yudas mengenal Tuhan Yesus tetapi tidak sungguh-sunggguh hidup bagi Dia. Kita hidup di akhir zaman, tidak lama lagi Dia datang, maka mari kita hidup lebih sungguh-sungguh lagi buat Tuhan. Mari belajar dari hidup Yudas Iskariot, jangan kita mengalami seperti dia. Manfaatkan semua kesempatan dan kepercayaan yang Tuhan berikan kepada kita untuk hormat dan kemuliaan Tuhan. Mari hidup lebih sungguh-sungguh buat Tuhan. AMIN.

BAHAN RENUNGAN IBADAH PKP 15 APRIL 2014



MAZMUR 71:1-14

Pendahuluan
Bertambah hari umur manusia tidak semakin berkurang, tapi makin bertambah.  Pada saatnya kita akan menjadi tua:  keriput, kekuatan tubuh berangsur-angsur merosot, menjadi lemah dan aktivitas pun sudah sangat terbatas.  Tidak sedikit orang takut menjadi tua sehingga berbagai upaya dilakukan agar supaya tetap awet muda.  Ada yang menempuh jalan oeprasi plastik  (permak wajah)  ke luar negeri dengan biaya yang selangit.  Sebesar apa pun biaya yang harus dikeluarkan, ia rela, yang penting hasilnya memuaskan:  tetap cantik dan awet muda.

Judul mazmur ini menarik: Doa minta perlindungan di masa tua. Manusia lahir, tua, dan mati. Itulah kegelisahan mazmur ini. Mazmur ini cukup panjang: 24 ayat. Mazmur ini dibagi tiga: Bagian I: ay.1-11; Bagian II: ay.12-16. Bagian III: ay.17-24. khusus bacaan kita saat ini mengulas tentang 2 bagian pertama.

Telaah Perikop
Mazmur 71 ini tidak dijelaskan siapa penulisnya (anonim) tetapi dari syair doanya kita dapat mengetahui bahwa pemazmur ini memang sudah berusia lanjut (ay.9, 18) Permohonannya jelas, agar Tuhan tidak membuangnya dan tidak meninggalkannya diusia yang sudah lanjut. Sepintas bisa dipastikan, ia menulis mazmur ini memang diusia yang sudah lanjut. Tetapi  bisa juga ketika masih muda namun mau menunjukan sikap berjaga-jaga menuju masa tua nanti. Karena permintaan akan perlindungan Tuhan itu tidak hanya dibutuhkan pada masa tua saja, sejak masa muda sampai tuapun pemazmur sudah menaruh harapnnya kepada Tuhan (ay. 5) Bahkan sejak masih di dalam kandungan ia telah menyatakan bertopang dan dikeluarkan dari kandunga oleh Allah (ay. 6) Nampaknya mazmur 71 ini pemazmur ingin melakukan instrospeksi diri dengan melihat perjalanan sejarah hidupnya, sejak dalam kandungan sampai tuanya.

Pemazmur mulai dengan pernyataan bahwa ia berlindung pada Tuhan dan berharap agar ia tidak malu. Karena ia berlindung pada Tuhan, ia berharap agar Tuhan melepaskan dan meluputkan dia dari rsoal hidupnya (ay.2). Salah satu soal yang ia hadapi ialah rongrongan orang fasik (ay.4). Ia berharap agar Tuhan menjadi gunung batu tempat ia bersembunyi dengan aman dari musuh (ay.3). Tetapi bukan baru di masa tua ia berseru kepada Allah, melainkan sejak masa muda ia sudah berharap pada Allah (ay.5).

Dalam ay.6 ia mengekstremkan ay.5 dengan mengatakan bahwa ia bertopang pada Allah sejak kandungan. Itu benar: sebab keajaiban proses perkandungan ialah misteri karya cipta dan penyelenggaraan Tuhan. Peristiwa lahir selamat juga dilihat sebagai penyelenggaraan Tuhan: Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku. Karena semuanya itu, ia selalu memuji Allah. Itu sebabnya, ia memandang hidupnya sebagai tanda ajaib di hadapan orang banyak, karena ia mengandalkan, memuji dan memuliakan Tuhan pelindungnya (ay.7-8). Atas dasar itu ia berharap bahwa di masa tuanya ini, ia tidak disia-siakan.

Betapa pedih dan menyakitkan disepelekan ketika kekuatannya habis, ketika sudah tua, lemah tak berdaya. Ia merasa bahwa di masa tua inilah ia membutuhkan pertolongan Tuhan karena di masa inilah secara psikologis ia seakan ditinggalkan banyak orang. Satu-satunya tempat berlindung sekarang ialah Allah (ay.9-11). 

Selanjutnya pada bagian kedua, digambarkan bahwa pemazmur dengan penuh kekhusukkan menghadap Allah: ia melanjutkan permohonannya agar Allah tidak meninggalkannya, melainkan harus selalu dan segera menolongnya (ay.12). Kalau Allah sudi bertindak, maka para lawannya akan tidak berdaya (ay.13). Ia tidak punya harapan dan andalan lain, selain Allah (ay.14). Karena itu, hanya satu hal yang akan ia lakukan dalam sisa hidupnya yaitu memuji dan memuliakan Tuhan (ay.14-15). Atas dasar itu, ia yakin bahwa ia bisa menghadapi lawannya dengan keperkasaan Tuhan Allah (ay.16). 

Jika kita melanjutkan pada bagian III, yaitu 17-24, kita melihat suatu dinamika lain. Dalam ay.17 ia mulai dengan nostalgia: Tuhan sudah mengajar dirinya sejak masa kecil, dan karena itu hingga tua pun ia tetap memuji dan memuliakan Tuhan. Ia berharap bahwa penyertaan Tuhan yang selama ini ia rasakan, akan tetap ia rasakan juga di masa tuanya, agar dengan itu ia punya kesempatan memahsyurkan namaNya (ay.18). Ia yakin ia sudah merasakan dan mengalami keadilan Tuhan dalam hidupnya. Ia mengalami mukjizat Tuhan (ay.19). Tidak hanya itu. Ia juga mengalami sisi gelap dan negatif dalam hidup ini. Tetapi itu bukan kata final dalam hidup, sebab Tuhan meluputkan dia dari situasi gelap dan negatif itu; bahkan ada metafor “diselamatkan” dari alam maut yang dilambangkan samudera raya (ay.20). Atas dasar pengalaman di masa silam, pemazmur yakin bahwa Tuhan akan menambah perbuatan ajaib dalam hidupnya sekarang dan di sini (ay.21). 

Aplikasi dan Relevansi
Ketaatan dan kesetiaan pemazmur kepada Tuhan tergambar dalam beberapa ayat, misalnya: Ayat. 5-6 menjelaskan betapa kuatnya pemazmur berpaut dan berpegang pada Tuhan yang diimaninya. Tetapi rupanya dalam perjalanan pengiringannya kepada Tuhan itu tidak mudah dilaluinya. Bisa jadi dia banyak diperhadapkan kepada penggoda-penggoda yang berusaha membuat imannya menjadi lemah. Atau bisa juga keteguhan iman dan pengharapannya kepada Tuhan yang telah menyelamatkanya diuji oleh banyaknya ketidkadilan disekitarnya, sehingga ia berseru agar Tuhan meluputkannya dari ketidak-adilan. Tetapi dalam semuanya itu, pemazmur dengan tegas menyatakan bahwa keberadaan hidupnya adalah seperti tanda ajaib (ay.7).

Hal itu menjelaskan bahwa memang dalam sepanjang pengiringannya kepada Tuhan pemazmur kerap kali mengalami tekanan, tantangan, ketidakadilan, serangan dan mungkin juga perlakuan-perlakuan yang mempermalukannya. Bahkan di ay. 4, 10, 13 kita menemukan ada indikasi bahwa pemazmur sering berada dalam suatu ancaman musuh-musuhnya. Bisa jadi dia dimusuhi karena imannya kepada Tuhan (ay.11) namun pada akhirnya dia dapat terlepas dan selamat dari semua ancaman itu. Itulah dikatakan bahwa keberadaanya seperti tanda ajaib. Karena jelas dengan begitu banyaknya pergumulan, tetapi jika dia masih eksis sampai masa tua dan putih rambutnya itu adalah sebuah keajaiban yang Tuhan buat dalam dirinya.

Dalam doanya begitu banyak ungkapan dimana pertolongan Tuhan dianalogikan sebagai: Allah adalah gunung batu, kubu pertahanan dan bukit batu semua hendak menggambarkan bahwa pemazmur tidak salah dalam menaruh pengharapannya kepada Allah, karena terbukti sanggup menolong dan menyelamatkanya dari musuh-musuh. Pemazmur tidak keliru menjadikan Allah sebagai Tuhan dalam hidupnya, karena terbukti sanggup menopang, memeliharan dan menyertainya dari sejak dalam kandungan sampai putih rambutnya.

Di hari ini atau kedepan tentu akan ada banyak hal yang bisa membuat engkau menjerit “aku takut..” bisa jadi imanmu yang teguh pada Yesus membuat posisi, status dan kariermu terancam. Bisa jadi karena hidup kita diberkati dengan keberhasilan, kita justru menjadi sasaran iri hati orang lain. Bisa jadi kesetiaan dan ketaatan kita pada Tuhan membuat bagian-bagian milikmu terancam di copot, dianulir dan lain sebagainya. Tetapi ingat ada tanda ajaib yang selalu Tuhan lakukan untukmu. Untuk itu tetap setia dan taat padaNya jangan takut.

MATERI KHOTBAH PKB 14 APRIL 2014



IBRANI 9:11-15

Sebagaimana kita tahu bersama, Surat Ibrani ini ditulis bagi orang Kristen Yahudi yang sangat menjunjung tinggi tradisi dan nenek moyang mereka. Tradisi yang dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan2 dan pengajaran iman yang tertulis dalam Taurat atau Perjanjian Lama. Itulah sebabnya sangat sulit bagi orang Yahudi menerima Yesus Kristus sebagai sumber keselamatan sebab bagi mereka Hukum Taurat-lah sumber keselamatan itu.

Bacaan kita hari ini merupakan ulasan penulis Ibrani tentang pemahaman imannya mengenai salah satu tradisi Taurat tentang keselamatan LEWAT KORBAN BAKARAN dan perbandingannya dengan kuasa keselamatan dari Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang sesungguhnya. Ada beberapa pokok penting dari bacaan kita ini, yang disampaikan oleh penulis Surat Ibrani, yakni:


1.       Peran Yesus Sebagai Imam Besar Melintasi Kemah Pertemuan Buatan Manusia (ay.11)

Pada ayat PASAL 10 ayat 3, Kitab Ibrani dengan jelas menegaskan bahwa korban bakaran dan korban penghapus dosa itu justru hanya mengingatkan umat akan segala dosa mereka. Pernyataan ini harus dimengerti dalam kerangka berpikir ayat 1-2 sebelumnya. Dalam dua ayat pertama disebutkan bahwa apabila Taurat termasuk aturan tentang korban2 itu adalah korban penghapus dosa yang sesungguhnya, maka seharusnya itu dilakukan sekali untuk selamanya. Namun pada kenyataannya, pada tiap tahun umat wajib mempersembahkan korban untuk dosa-dosa mereka, melalui Imam Besar dan membawanya kedalam kemah Pertemuan. Dalam ayat 11 ditekankah hal khusus bahwa korban penghapus dosa tidak dibawah Yesus dalam kemah pertemuan biasa di tradisi Israel. Namun kemah buatan Allah sendiri yakni dir Tuhan Yesus sendiri. Dalam diriNya lah terjadi pertemuan antara Allah dan juru damai yakni Imam Besar bernama Yesus sendiri.

Hal ini mau menunjukkan bahwa peran Yesus melebihi peran Imam Besar Harun. Dialah yang sanggup bertemu dengan Allah membawa pendamaian bagi manusia. Sebab di dalam diriNya sendiri terjadi perjumpaan antara Allah dan Sang Pendamai. Yesuslah kemah pertemuan itu.

2.       Korban dan Imam untuk Karya Keselamatan yang sesungguhnya (ay 12-15)

Sebagai seorang Imam Besar, Yesus lebih unggul dan lebih tinggi dari para imam manapun keturunan lewi. Bahkan lebih dari pada itu, Tuhan Yesus lebih sempurna menjalankan fungsi jabatan keimaman-Nya dibanding imam suku lewi. Sehingga sebagai Perantara kepada Bapa, Dia-lah pribadi yang tepat menjadi Juruselamat manusia. Sebab Ia adalah Imam yang bukan saja membersembahkan korban yang suci, namun justru Dia sendiri adalah pribadi tanpa dosa (7:26). Seorang Imam tanpa dosa lebih unggul dari imam manapun termasuk imam besar Yahudi sekalipun. Inilah pernan Yesus yang utama dalam ayat 12 bacaan kita.

Tuhan Yesus menurut kitab Ibrani, bukan hanya berperan sebagai Imam Besar yang membawa Korban Bakaran Penghapus dosa lewat memercikkan darah anak domba dan domba itu yang darahNya dipakai untuk menghapus dosa, namun Tuhan Yesus sendirilah juga yang merangkap Korban bakaran itu (ayat 12). Jika para Imam Besar berkali-kali datang membawa korban bakaran, maka Yesus mempersembahkan diri sekali saja dan kuasa Korban Penghapus dosa itu berlaku selama-lamanya (bd.9:25-28).Hal ini mau menyatakan kepada umat Yahudi yang masih berada dalam Hukum Taurat bahwa Yesus Kristuslah Imam Besar dan Korban Penghapus dosa yang Sesungguhnya serta paling Benar dan tepat untuk menghapus dosa manusia. Sebab dengan darahNya yang suci manusia beroleh kesucian dan diselamatkan.

Itulah sebabnya dalam ayat 15, penulis menekankan peran Tuhan Yesus yang lebih unggul dari peran imam besar biasa. Ialah Pengangantara sesungguhnya dan bukan imam Harun. Dialah dan hanya oleh darahnya, manusia beroleh penebusan dosa,

Dari uraian Firman Tuhan ini, ada beberapa hal penting yang dapat kita bawa dalam hidup beriman kita:
1.       Tuhan Yesuslah satu-satunya Juruselamat  yang dijanjikan kepada umat-Nya itu.  Oleh sebab itu kita tidak perlu ragu lagi akan Yesus Kristus yang menjadi perantara, pendamai, dan Juruselamat satu-satunya.  Biarlah dengan kebenaran yang sangat agung dari surat Ibrani ini iman dan kepercayaan kita kepada Yesus Kristus Juruselamat dan Juru damai satu-satunya itu semakin diteguhkan.

Sebagai kepala keluarga, PKB diingatkan untuk menjaga kebenaran ajaran ini dan selanjutnya menanamkan dalam hidup berkeluarga. Kepala keluarga adalah imam dalam rumah tangga. Artinya, seorang imam wajib memimpin anggota keluarga/umat untuk menjalankan ajaran yang benar. Karena itu kita diajak untuk menjadikan Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Pribadi yang menyelamatkan tiap anggota keluarga dan bukan lagi percaya kepada kuasa lain apalagi suatu tradisi yang menyesatkan.

2.       Tuhan Yesus mempunyai tahta yang paling tinggi, namun Alkitab mencatat bahwa ia turun dari tahta Maha Tinggi itu, untuk bersedia menjadi Korban bagi penebusan dosa manusia, sekali untuk selama-lamanya.  Bagaimana dengan kita, sudahkah kita melayani Tuhan dengan baik.  Apakah selama ini kita lebih mengharapkan untuk dilayani atau untuk melayani?  Ada yang berkata selain melayani bukankah kita juga mesti dilayani? Memang kita harus saling melayani, tetapi bukan berarti selalu menuntut untuk diperhatikan terus dan dilayani terus, malah sebaliknya kita harus memikirkan bagaimana untuk dapat melayani dengan lebih baik lagi.  Tuhan Yesus sudah memberi teladan yang indah, di tempat yang sempurna, dengan kedudukan yang agung, Ia justru tetap melayani.
  
3.       Kehadiran Tuhan Yesus, membawa sutu Perjanjian yang baru antara kita dengan Bapa di Sorga. Dengan demikian betapa bahagianya kita yang menerima perjanjian baru ini.  Tuhan melalui Roh Kudus hadir di dalam hati kita, kita menerima pengampunan dosa, kita yang bukan bangsa terpilih tapi kini menjadi umat pilihan yang mengenal Tuhan yang sesungguhnya, kita dapat berhubungan langsung dengan Bapa di Sorga melalui Yesus Kristus, betapa baiknya dan luarbiasanya Perjanjian Baru ini.

Karena itu kita harus bersyukur lewat bertekad untuk melakukan yang lebih baik kepada Tuhan, sebagaimana Tuhan telah melakukan yang paling baik untuk kita. Tetaplah mengerjakan keselamatan yang sudah Tuhan anugerahkan bagi kita. Jadikan Tuhan Yesus sebagai Imam Besar yang memimpin hidup rohani kita, dan juga sebagai Pengantara kepada Bapa, agar kita tetap menjadi anak-anak Allah yang diberkati. Amin.

Monday, April 7, 2014

BAHAN RENUNGAN IBADAH KELUARGA 09 APRIL 2014



YOHANES 12:37-43

37 Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya,
38 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?"  39 Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: 
40 "Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka." 
41 Hal ini dikatakan oleh Yesaya, karena ia telah melihat kemuliaan-Nya dan telah berkata-kata tentang Dia. 
42 Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepada-Nya, tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, supaya mereka jangan dikucilkan. 43 Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah.

Pendahuluan
Setiap karya sastra klasik pasti menghasilkan respons beragam. Sebagian besar orang yang membacanya tentu menyukai karya itu. Namun, ada saja orang yang tidak suka bahkan membencinya karena berbagai alasan. Bahkan, bisa dikatakan bahwa suatu tulisan belum layak dinobatkan jadi karya sastra klasik jika, selain adanya sambutan luas dari sebagian pembacanya, belum ada penolakan yang cukup sengit dari kalangan tertentu.

Dengan kata lain, akan ada selalu dua reaksi yang dibuat orang ketika meneima sesuatu dari orang lain. Reaksi positif maupun reaksi negatif. Ini pula yang terjadi dalam bacaan kita saat ini mengenai karya Yesus dan reaksi orang banyak terhadap karya tersebut.


Telaah Perikop (Tafsiran)
Kelihatannya, karya Yesus pun menemui respons serupa. Ada dua jenis reaksi yang diterima oleh Tuhan Yesus dari orang banyak menyangkut karya dan pengajaran-Nya bagi mereka selama ini. Ada kalangan orang yang menolak, namun ada pula kalangan yang menerima ajaran tersebut. Dengan kata lain, ada dua kelompok yang bereaksi secara berbeda terhadap pengajaran Yesus dan karya-Nya di dunia, yaitu ada yang tidak percaya dan ada yang percaya. Untuk lebih jelasnya, mari melihat kelompok ini:

1.       Mereka yang tidak percaya.
Seperti dinyatakan ayat 37: “meski sudah banyak mukjizat dilakukan Yesus di depan mata mereka, tetapi respons mereka tetap tidak percaya”. Pertanyaan penting untuk dijawab adalah: mengapa mereka tidak percaya? Injil Yohanes memparafrasa nas dari Yesaya 6:9-10 yang terlihat jelas dalam ayat 38 dan 40 bacaan kita. Melalui dua ayat ini kita menemukan kesimpulan bahwa banyak orang tidak dapat percaya kepada Yesus, karena TUHAN Allah sendiri telah membutakan mata mereka dan mengerskan hati mereka sehingga mereka tidak dapat percaya kepada Kristus.

Pertanyaan penting selanjutnya yang perlu ditelusuri adalah, mengapa TUHAN dengan sengaja mengeraskan hati mereka? Jika kita memperhatikan Roma 11:20 di situ dijelaskan oleh Rasul Paulus bahwa “Israel dipatahkan oleh ketidakpercayaan mereka” (bd. Mzm 95:8; Ibrani 3:8). Dengan kata lain, ketidakpercayaan Israel kepada tanda-tanda yang dibuat oleh Yesus sama dengan ketidakpercayaan Israel terhadap tanda-tanda ajaib yang dibuat oleh TUHAN Allah mereka melalui Musa. Karena mereka tidak pernah pernah mau berusaha untuk percaya maka, Tuhan dengan sengaja menutup pintu Kasih Karunia-Nya sehingga hati mereka dikeraskan dan tidak lagi dapat menerima keselamatan tersebut.

2.       Mereka yang percaya tetapi ragu-ragu.
Jenis respons lain adalah terdapat juga sejumlah pemimpin Yahudi percaya kepada-Nya, tetapi karena takut dikucilkan rekan-rekan sejawat, mereka tidak berani mengakui iman mereka dengan terus terang (ay.42). Hal ini mengindikasikan bahwa ada yang percaya namun mereka masih ragu-ragu dan bahkan malu untuk menunjukkan iman mereka. Mereka malu dikucilkan atau malu kepada sesama untuk menyaksikan iman dan percaya mereka kepada Allah.

Pertanyaan penting untuk dijawab adalah mengapa mereka malu dan takut karena beriman kepada Kristus?  Alasan pertama mengapa mereka takut dan ragu-ragu adalah supaya mereka jangan dikucilkan. Rupanya mereka masih menganggap bahwa menjadi percaya pada Kristus seakan bagai aib dan akan menghancurkan wibawa dan status sosial keagamaan mereka dihadapan sesama pejabat. Dengan kata lain, mereka masih takut mengabil resiko iman dan lebih mengutamakan “posisi aman” dari pada harus memikul salib.

Alasan kedua kita temukan dalam ayat 43, yakni: Mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah. Mereka lebih memilih kehormatan manusia dan menganggap bahwa dihormati manusia bagaikan sebuah harta yang jauh lebih berharga, dan mengejarnya seolah-olah hal itu akan mendatangkan hal yang lebih baik daripada kehormatan Allah. Sikap seperti itu sama saja dengan penyembahan berhala, sebagaimana mereka yang memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya (Rm. 1:25). Mereka membandingkan kehormatan manusia dan kehormatan Allah, dan setelah menimbang-nimbang, lebih memilih manusia dari pada Allah.

Relevansi dan Aplikasi (Penerapan)
Walau Yesus sudah membuat banyak mukjizat di depan mata mereka, tetap mereka tidak bisa percaya kepada Yesus bahwa Dia adalah Mesias bagi mereka. Ini membuat penolakan dan kedegilan mereka tragis dan tidak dapat dimaafkan. Kita melihat pola yang sama tentang kekerasan hati manusia, dari zaman Musa, zaman itu, sampai sekarang (Ul 29:3-4). Yesaya bicara tentang kesulitan beriman kepada Kristus sebab kekuatan Allah dinyatakan di dalam Mesias yang ditolak, disiksa, dibunuh. Peringatan keras diberikan dalam bacaan kita bahwa Allah membutakan dan mengeraskan orang atau bangsa yang terus mengeraskan hati (ayat 40).

Kekristen di Indonesia akhir- akhir ini diperhadapkan dengan situasi yang sulit: disalahmengerti, dituduh dengan tuduhan yang tidak benar. Kebaikan apa pun selalu dicurigai. Bahkan, lebih jauh, sudah sangat banyak korban berjatuhan, entah materiil bahkan sampai ke nyawa. Mengapa banyak orang tidak bisa melihat kasih Tuhan Yesus melalui hidup dan perbuatan kita? Apakah mereka sudah ditulikan dan dibutakan oleh Tuhan supaya mereka tidak mendengar dan melihat kebaikan Tuhan kepada mereka?

Pertanyaan-pertanyaan itu akan terus mengiang di benak kita semua. Sampai kapan Tuhan menjawab doa-doa kita? Namun lewat bacaan kita, kiranya berbagai pertanyaan itu terjawab. Ternyata ada orang yang memang sengaja dikraskan hatinya oleh Tuhan untuk tidak bisa menerima Kristus oleh karena kedegilan hati mereka. Jadi, di negeri ini sekalipun, hal itu bisa saja terjadi. Jika Kekristenan berusaha dihancurkan karena mereka tidak percaya, hal itu bisa jadi bukan karena kita gagal bersaksi, melainkan karena TUHAN injinkan hal itu terjadi dan mengeraskan hati mereka sehingga tidak menerima keselamatan dari Kasih Karunia Kristus.

Dari perikop ini juga kita belajar juga bahwa ada kelompok yang percaya kepada Yesus, tetapi takut kepada para penguasa (orang-orang Farisi) supaya mereka tidak dikucilkan. Inilah golongan orang yang lebih memilih kehormatan dari manusia daripada kehormatan dari Allah. Untuk hal ini kita diingatkan oleh friman Tuhan dengan tegas. Kita diajar agar jangan lebih memilih kompromi dengan dosa daripada melakukan yang benar karena merasa dalam keadaan terjepit, lebih baik menyangkali iman daripada harus menderita.

Catatan di ayat 43 ini seakan menjadi peringatan sekaligus dorongan bagi kita yang mungkin masih ragu atau takut dengan berbagai implikasi pengakuan iman kita: jangan cari kehormatan manusia, tetapi carilah kehormatan dari Allah. Kita diingatkan untuk tidak membiarkan diri terperosok ke dalam kedua respons negatif tadi. Bagi orang Kristen, jenis respons yang disebut terakhir mesti diwaspadai. Bila kita tidak berani mengakui iman kita kepada Kristus, entah melalui perkataan atau perbuatan yang bisa berkontradiksi dengan tindakan dunia di sekitar kita, kita sebenarnya sedang mencari kehormatan manusia. Jangan balas kasih Allah dengan respons negatif seperti ini. Amin.


Sunday, April 6, 2014

BAHAN RENUNGAN IBADAH PKP 08 APRIL 2014


2 KORINTUS 3:1-11 

Pendahuluan 
Surat ini ditujukan oleh Paulus kepada jemaat-jemaat yang tersebar di kota Korintus. Kota Korintus dalam perjanjian baru adalah sebuah kota pelabuhan yang berada di Semenanjung Makedonia. Paulus mengunjungi Korintus pada perjalanan misi ke 2 dengan melewati medan perjalanan yang sangat berat baik melalui darat dan laut maklum waktu itu belum ada kendaraan apalagi pesawat terbang, WAKTU ITU  alat transportasi yang biasa digunakan adalah jalan kaki. 

Tapi luar biasa seorang Paulus yang telah menjadi hamba Tuhan tidak pernah mundur apapun resikonya demi memberitakan Injil. Biasanya ketika ia berpindah pada jemaat yang lain maka ia selalu menulis surat kepada jemaat jemaat yang pernah ia kunjungi. Surat adalah sarana komunikasi yang tepat waktu itu. Beda sekarang yang sangat mudah dijangkau dengan HP.

Dalam Alkitab tercatat 2 kali ia mengirim surat pada jemaat Korintus.  Kalau kita mencermati surat yang pertama dan yang kedua, telah terjadi masalah yang sangat serius dalam dinamika jemaat karena banyaknya penyusup yang menyamar sebagai pelayan untuk mendapatkan keuntungan diri sendiri. Paulus banyak menulis dengan tegas untuk menjelaskan siapa dia, apa motivasi pelayanannya dan apa kerinduannya kepada jemaat  melalui surat-suratnya.



Galian Perikop

Ayat 1 kita baca: “Adakah kami mulai lagi memujikan diri kami? Atau perlukah kami seperti orang-orang lain menunjukkan surat pujian kepada kamu atau dari kamu? Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang.” (1-2). Ternyata Ketika Paulus meninggalkan Kota Korintus,  Ada banyak yang mempertanyakan pelayanan dari rasul paulus bahkan  Ada beberapa yang meragukan kerasulannya. Tentu ini adalah ulah oknum-oknum tertentu yang tidak menginginkan Injil berkembang. Untuk menjawab hal ini maka Surat adalah media informasi yang paling mutakhir pada abad pertama masehi. 

Tulisan menjadi sarana informasi walau hanya dapat di mengerti oleh kalangan terpelajar. Surat di tulis dalam berbagai media mulai dari kulit kayu yang dikeringkan (papirus) hingga gulungan kertas yang biasanya dimeterai sehingga hanya dapat dibaca oleh yang berhak. Namun sungguh heran, Paulus mengatakan bahwa jemaat-jemaat Korintus adalah surat pujiannya. 

Surat pujian yang disampaikan Paulus ini terkait dengan posisinya sebagai Rasul. Jemaat-jemaat di Korintus adalah buah dari pelayanan Paulus dan rekan seperjalanan-nya. Melalui suratnya Paulus secara tidak langsung hendak menyampaikan kepada orang orang yang meragukan kerasulannya: “Begini saja kalau kalian ragu dengan pelayanan saya maka gampang saja untuk menilai yaitu : lihat saja cara hidup jemaat korintus, apakah  memang hidup mereka tidak betul? Apakah kelakuan mereka sehari hari tidak cocok dengan keyakinan mereka? Apakah jemaat korintus  gaya hidup  mereka melenceng dari fiman Allah ? 

Jika dalam pengamatan langsung ternyata benar demikian maka dapatlah dikatakan kerasulan paulus dipertanyakan. Tapi ternyata dalam kenyataan-nya, Jemaat-jemaat di korintus telah berkembang lebih dari jemaat-jemaat di tempat lain khususnya dalam hal karunia. Kita menemukan di Korintus semua kelengkapan dari karunia Allah yang melekat pada mereka. Jemaat-jemaat ini bahkan begitu menyita perhatian hamper seluruh umat Kristen diseluruh dunia karena karunia yang ada ditengah-tengahmereka. Jadi jelaslah bahwa jemaat-jemaat di Koritus itu adalah Surat Kristus yang berisi pujian bagi pelayanan Rasul Paulus dan rekan-rekannya sehingga dengan demikian setiap suara-suara sumbang yang mencela kerasulannya terbungkam. 

Dengan dua pengertian dari kata “dikenal dan dibaca” hal ini menunjukan bahwa totalitas hidup jemaat di Korintus dilihat oleh semua orang. Bagaimana cara mereka menjalani hidup sehari hari, bagaimana cara mereka berkata-kata, bagaimana cara mereka bersopan santun, Bagaimana cara mereka melakukan sesamanya. Hal itu dilihat, dikenal dan dapat dibaca oleh semua orang yang berada di kota Korintus. Dengan kata lain, seluruh keberadaan hidup jemaat di Korintus dapat dikenal dan dibaca oleh orang lain. Dengan adanya hal ini, maka jemaat di Korintus sebagai surat Kristus yang membawa nama Pribadi Kristus telah  dapat menjadi berkat dan memberkati kehidupan orang lain. 

Aplikasi dan Relevansi 
Surat ini bukan hanya ditujukan kepada orang orang Korintus tetapi hari ini juga disampaikan kepada kita orang orang percaya, gereja Tuhan yang hidup dimasa kini. Kita sebagai orang percaya adalah surat Kristus. Dimanapun kita pergi  orang banyak akan melihat karakter dan cara hidup kita. Apakah cocok antara kerajinan beribadah, aktifitas pelayanan,  dengan kelakuan hidup sehari hari atau tidak. Dimanapun kita berada/hadir, kemanapun kita pergi, kita adalah surat terbuka, sebab banyak orang akan menilai dan mungkin mempertanyakan iman kekristenan kita. 

Kita harus  memiliki kesadaran bahwa kita selalu membawa nama pribadi Kristus dalam setiap totalitas hidup kita. Kita harus selalu berhati hati, waspada dan berjaga jaga karena cara hidup kita akan dibaca banyak orang seperti surat yang terbuka.Bila kita hidup benar maka kita adalah surat pujian untuk kemuliaan Kristus tapi bila hidup kita tidak benar kita mempermalukan Tuhan. 

Mungkin kita bertanya : Bagaimana rahasia jemaat korintus dipuji dan apa bagaimana rasul paulus tetap dapat mempertahankan imannya di tengah begitu banyak tantangan? Jawabannya adalah karena  Karakter ilahi  melekat pada Paulus sehingga ia menjadi surat pujian Kristus Paulus selalu mengandalkan Tuhan maka  Roh Kudus bekerja secara maksimal dalam pelayanannya. Kita tahu bersama latar belakang rasul paulus, ia adalah tokoh agama, seorang yang pandai, menguasai taurat tetapi ternyata bagi paulus semuanya sia sia diluar Tuhan. 

Ketika ia dijamah oleh Tuhan dan bertobat maka secara luar biasa ia dipakai Tuhan, bukan karena kekuatan, bukan karena kepandaian tetapi karena kasih karunia Tuhan Itu nyata dalam ayat 4-6 . “Demikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus. Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.” 

Ingatlah bahwa dalam Pelayanan seorang hamba Allah yang berhasil selalu terkait dengan sikap yang memberikan kebebasan penuh Roh Allah bekerja dengan seluas-luasnya. Paulus menyadari, bahwa tanpa Roh Allah yang mengubahnya, maka mustahil dapat bekerja demikian spektakuler. Kita tahu bahwa Paulus telah bekerja dan melayani Tuhan lebih dari siapapun sepanjang zaman. Dia adalah contoh pelayan yang ideal. Dalam hal ketulusan, kasih, ketegasan, Paulus terbukti telah menjadi surat terbuka yang dikenal, dan dapat dibaca. Tak ada yang dapat membantah kerasulannya lewat karya Allah yang nyata dalam pelayanannya. 

Akhirnya dalam hidup yang masih Tuhan anugerahkan kepada kita, mulai sekarang MARI kita goreskan “tinta” Roh Allah kita di dalam hati yang nyata, baik melalui perkataan pun perilaku yang kita tunjukkan setiap hari. Niscaya anak-anak kita akan menjadi surat pujian kita yang dapat dibaca oleh setiap orang. AMIN.

sumber:
touminaesayaku