IBRANI 9:11-15
Sebagaimana kita tahu bersama, Surat Ibrani ini ditulis
bagi orang Kristen Yahudi yang sangat menjunjung tinggi tradisi dan nenek
moyang mereka. Tradisi yang dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan
kegiatan2 dan pengajaran iman yang tertulis dalam Taurat atau Perjanjian Lama.
Itulah sebabnya sangat sulit bagi orang Yahudi menerima Yesus Kristus sebagai
sumber keselamatan sebab bagi mereka Hukum Taurat-lah sumber keselamatan itu.
Bacaan kita hari ini merupakan ulasan penulis Ibrani
tentang pemahaman imannya mengenai salah satu tradisi Taurat tentang
keselamatan LEWAT KORBAN BAKARAN dan perbandingannya dengan kuasa keselamatan
dari Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang sesungguhnya. Ada beberapa pokok
penting dari bacaan kita ini, yang disampaikan oleh penulis Surat Ibrani,
yakni:
1.
Peran Yesus Sebagai Imam Besar Melintasi Kemah
Pertemuan Buatan Manusia (ay.11)
Pada ayat PASAL 10 ayat 3,
Kitab Ibrani dengan jelas menegaskan bahwa korban bakaran dan korban penghapus
dosa itu justru hanya mengingatkan umat akan segala dosa mereka. Pernyataan ini
harus dimengerti dalam kerangka berpikir ayat 1-2 sebelumnya. Dalam dua ayat
pertama disebutkan bahwa apabila Taurat termasuk aturan tentang korban2 itu
adalah korban penghapus dosa yang sesungguhnya, maka seharusnya itu dilakukan
sekali untuk selamanya. Namun pada kenyataannya, pada tiap tahun umat wajib
mempersembahkan korban untuk dosa-dosa mereka, melalui Imam Besar dan
membawanya kedalam kemah Pertemuan. Dalam ayat 11 ditekankah hal khusus bahwa
korban penghapus dosa tidak dibawah Yesus dalam kemah pertemuan biasa di
tradisi Israel. Namun kemah buatan Allah sendiri yakni dir Tuhan Yesus sendiri.
Dalam diriNya lah terjadi pertemuan antara Allah dan juru damai yakni Imam
Besar bernama Yesus sendiri.
Hal ini mau menunjukkan bahwa
peran Yesus melebihi peran Imam Besar Harun. Dialah yang sanggup bertemu dengan
Allah membawa pendamaian bagi manusia. Sebab di dalam diriNya sendiri terjadi
perjumpaan antara Allah dan Sang Pendamai. Yesuslah kemah pertemuan itu.
2.
Korban dan Imam untuk Karya Keselamatan yang
sesungguhnya (ay 12-15)
Sebagai
seorang Imam Besar, Yesus lebih unggul dan lebih tinggi dari para imam manapun
keturunan lewi. Bahkan lebih dari pada itu, Tuhan Yesus lebih sempurna
menjalankan fungsi jabatan keimaman-Nya dibanding imam suku lewi. Sehingga
sebagai Perantara kepada Bapa, Dia-lah pribadi yang tepat menjadi Juruselamat
manusia. Sebab Ia adalah Imam yang bukan saja membersembahkan korban yang suci,
namun justru Dia sendiri adalah pribadi tanpa dosa (7:26). Seorang Imam tanpa
dosa lebih unggul dari imam manapun termasuk imam besar Yahudi sekalipun.
Inilah pernan Yesus yang utama dalam ayat 12 bacaan kita.
Tuhan Yesus menurut kitab Ibrani,
bukan hanya berperan sebagai Imam Besar yang membawa Korban Bakaran Penghapus
dosa lewat memercikkan darah anak domba dan domba itu yang darahNya dipakai
untuk menghapus dosa, namun Tuhan Yesus sendirilah juga yang merangkap Korban
bakaran itu (ayat 12). Jika para Imam Besar berkali-kali datang membawa korban
bakaran, maka Yesus mempersembahkan diri sekali saja dan kuasa Korban Penghapus
dosa itu berlaku selama-lamanya (bd.9:25-28).Hal ini mau menyatakan kepada umat
Yahudi yang masih berada dalam Hukum Taurat bahwa Yesus Kristuslah Imam Besar
dan Korban Penghapus dosa yang Sesungguhnya serta paling Benar dan tepat untuk
menghapus dosa manusia. Sebab dengan darahNya yang suci manusia beroleh
kesucian dan diselamatkan.
Itulah sebabnya dalam ayat
15, penulis menekankan peran Tuhan Yesus yang lebih unggul dari peran imam
besar biasa. Ialah Pengangantara sesungguhnya dan bukan imam Harun. Dialah dan
hanya oleh darahnya, manusia beroleh penebusan dosa,
Dari
uraian Firman Tuhan ini, ada beberapa hal penting yang dapat kita bawa dalam
hidup beriman kita:
1.
Tuhan Yesuslah
satu-satunya Juruselamat yang dijanjikan kepada umat-Nya itu. Oleh
sebab itu kita tidak perlu ragu lagi akan Yesus Kristus yang menjadi perantara,
pendamai, dan Juruselamat satu-satunya. Biarlah dengan kebenaran yang
sangat agung dari surat Ibrani ini iman dan kepercayaan kita kepada Yesus
Kristus Juruselamat dan Juru damai satu-satunya itu semakin diteguhkan.
Sebagai kepala keluarga, PKB
diingatkan untuk menjaga kebenaran ajaran ini dan selanjutnya menanamkan dalam
hidup berkeluarga. Kepala keluarga adalah imam dalam rumah tangga. Artinya,
seorang imam wajib memimpin anggota keluarga/umat untuk menjalankan ajaran yang
benar. Karena itu kita diajak untuk menjadikan Tuhan Yesus sebagai satu-satunya
Pribadi yang menyelamatkan tiap anggota keluarga dan bukan lagi percaya kepada
kuasa lain apalagi suatu tradisi yang menyesatkan.
2.
Tuhan Yesus
mempunyai tahta yang paling tinggi, namun Alkitab mencatat bahwa ia turun dari tahta
Maha Tinggi itu, untuk bersedia menjadi Korban bagi penebusan dosa manusia,
sekali untuk selama-lamanya. Bagaimana dengan kita, sudahkah kita
melayani Tuhan dengan baik. Apakah selama ini kita lebih mengharapkan
untuk dilayani atau untuk melayani? Ada yang berkata selain melayani
bukankah kita juga mesti dilayani? Memang kita harus saling melayani, tetapi
bukan berarti selalu menuntut untuk diperhatikan terus dan dilayani terus,
malah sebaliknya kita harus memikirkan bagaimana untuk dapat melayani dengan
lebih baik lagi. Tuhan Yesus sudah memberi teladan yang indah, di tempat
yang sempurna, dengan kedudukan yang agung, Ia justru tetap melayani.
3.
Kehadiran
Tuhan Yesus, membawa sutu Perjanjian yang baru antara kita dengan Bapa di
Sorga. Dengan demikian betapa bahagianya kita yang menerima perjanjian baru
ini. Tuhan melalui Roh Kudus hadir di dalam hati kita, kita menerima
pengampunan dosa, kita yang bukan bangsa terpilih tapi kini menjadi umat
pilihan yang mengenal Tuhan yang sesungguhnya, kita dapat berhubungan langsung
dengan Bapa di Sorga melalui Yesus Kristus, betapa baiknya dan luarbiasanya Perjanjian
Baru ini.
No comments:
Post a Comment