"Merasa Tidak Mampu"
Bahan Khotbah Ibadah Keluarga GPIB Pniel Palembang
Rabu, 18 Juli 2018
Pengantar
Keterangan
tentang mazmur ini hanya ditulis “untuk
pemimpin biduan. Mazmur Daud.” Artinya, kemungkinan besar mazmur ini
ditulis berdasarkan pengalaman hidup Daud.
Selanjutnya, pada bagian bawah, Alkitab LAI merujuk pada Mzm
70:2-6. Pada Mzm 70 ini ditulis
keterangan yang lebih jelas yaitu “untuk
pemimpin biduan, Dari Daud, pada waktu mempersembahkan korban peringatan.”
Berdasarkan
keterangan itu, baik-lah kita mencari tahu, apa yang dimaksud dengan ‘korban
peringatan’. Korban peringat-an disebut juga dengan korban sajian cemburuan,
yaitu suatu korban peringatan yang mengingatkan kepada kedurjanaan (Bil
5:1-18). Bil 5:11-18: "… Apabila isteri seseorang
berbuat serong dan tidak setia terhadap suaminya, dan laki-laki lain tidur dan
bersetu-buh dengan perempuan itu, dengan tidak diketahui suaminya, … dan
apabila kemudian roh cemburu menguasai suami itu, sehingga ia menjadi cemburu
terhadap isterinya … maka haruslah orang itu membawa isterinya kepada imam. Dan
orang itu harus memba-wa persembahan karena perempuan itu sebanyak sepersepuluh
efa tepung jelai, yang ke atasnya tidak dituangkannya minyak dan yang tidak
dibubuhinya kemenyan, karena kor-ban itu ialah korban sajian cemburuan, suatu
korban peringatan yang mengingatkan ke-pada kedurjanaan …”
Berdasarkan keterangan ini, besar kemungkinan bahwa mazmur ini berhubungan
dengan peristiwa Daud dan Batsyeba (2Sam 11:1-27).
Pemahaman
Teks
Ay. 12&14
adalah permohonan supaya TUHAN jangan menahan rahmat, kasih dan
kebenaran-Nya tetapi melepaskan dan menolong Daud.
Ay. 13
Daud merasa dikejar-kejar bukan saja oleh musuh yang kelihatan tetapi oleh
rasa bersalah sehingga ia mengalami malapetaka.
Malapetaka ini merujuk pada peristiwa diambilnya isteri-isteri Daud oleh
Tuhan untuk ditiduri oleh orang lain dengan sepengetahuan Daud dan di depan
mata orang Israel, kematian anak pertama Batsyeba dari Daud sampai peristiwa
saling bunuh di antara keturunan Daud (2Sam
12:10-13).
Ay. 15-16
Menggambarkan keberadaan musuh-musuh Daud yang memang menunggu-nunggu
bilamana Daud mati ataupun celaka maka mereka akan bersorak.
Ay. 17
Sebaliknya dari itu, orang
yang mencari keselamatan dari Tuhan akan bergembira dan bersukacita.
Ay. 18
Adalah keyakinan iman bahwa
Tuhan memperkatikan dan menolong bahkan membebaskan orang yang mencari
keselamatan dari pada-Nya dengan tidak terlambat.
Renungan dan Penerapan
Rasa bersalah
dan doa mohon pengasihan Tuhan yang sedemikian, membuat ki-ta tergelitik untuk
menelusuri: apa sebenarnya disesalkan Daud.
Peristiwa Daud dan Bat-syeba (2Sam 11:1-27) ternyata memakan tidak hanya
nyawa Uria, suami Batsyeba tetapi juga anak pertama yang dilahirkan Batsyeba
bagi Daud. Ketika raja Daud ditegur nabi
Natan, Tuhan (melalui nabi Natan) menekankan bahwa membiarkan sesama umat Tuhan
mati di tangan orang kafir adalah suatu penghinaan dan penistaan bagi Tuhan
(2Sam 12:9). Tidak berhenti sampai di
situ, anak pertama Batsyeba dari Daud yang tidak tahu apa-apa pun akhirnya mati
menanggung tulah (2Sam 12:15-19). Rasa
bersalah atas dua nyawa inilah yang sepertinya membuat Daud tidak berhenti
dikejar rasa bersalah dan terus menerus mohon pengampunan Tuhan.
Hampir semua
kita pernah melakukan kesalahan atau berbuat dosa sedemikian rupa yang membuat
kita merasa seperti ‘masih dikejar-kejar’.
Dosa atau kesalahan yang kita lakukan bisa jadi memang merupakan masalah
serius dan berdampak parah, tidak hanya bagi kita sendiri tetapi orang lain. Mungkin sama seperti Daud, kita pun pernah memohon kepada Allah … berpuasa dengan tekun
… menghukum diri (tidak mau bangun dari tanah, tidak makan, mengurung diri, dll
(2Sam 12:16), namun kita tetap ‘dihukum’ Tuhan:
anak pertama Batsyeba dari Daud, tetapi mati tanpa ampun. Diskusi
1: Jika kita sudah mohon ampun
sedemikian rupa tetapi Tuhan tetap menghukum, apa yang sebaiknya kita lakukan
dan bagaimana kita menyikapi keputusan Tuhan itu?
Setelah anak
pertama Batsyeba dari Daud mati sesuai keputusan Tuhan, Daud pun bangkit
kembali menata hidup dengan Batsyeba (2Sam 12:24-25). Semua kita pun sebaiknya begitu. Salah satu yang dilakukan Daud adalah dengan
mempersembahkan korban peringatan sesuai ketentuan. Akan tetapi terbukti bahwa (ritual)
mempersem-bahkan korban peringatan atau upaya memenuhi syarat demi mendapat
pengampunan Tuhan, kadang tidak cukup menghapus rasa bersalah. Dalam melakukan ritual itu pun, kita masih
tidak berhenti memohon rahmat, kasih dan kebenaran Tuhan untuk
melepas-kan dan menolong kita. Ini
berarti, mengimani pengampunan Allah memang tidak semudah melakukan ritualnya.
Sebagai orang Kristen, ‘ritual’ pengampunan dosa pun sangat sederhana:
me-ngakui kesalahan, memohon ampun dan tidak mengulangi kesalahan dan dosa itu
lagi. Kita tidak perlu mempersembahkan
apapun kepada Tuhan melalui gereja (persembahan kita berupa persembahan syukur
bukan persembahan ‘korban’), cukup kesungguhan ber-tobat. Akan tetapi, tidak semua orang dapat dengan
mudah mengimani bahwa dosa dan kesalahannya sudah sepenuhnya diampuni Tuhan
(2Sam 12:13 “TUHAN telah menjauh-kan
dosamu itu; engkau tidak akan mati”).
Diskusi 2: Sebutkan hal-hal apa saja dalam kehidupan
sehari-hari yang sebenarnya sedang menyampaikan kepada kita bahwa kita sudah
diampuni Tuhan!
Jika kita hayati (lih. perkataan Yesus kepada orang berdosa): Allah adalah Pemurah dalam mengampuni. Yang membuat kita terus merasa bersalah
adalah ketidak-mampuan kita memahami kasih dan keadilan Allah karena kita
sendiri lebih suka mengi-kuti cara berpikir orang pada umumnya yaitu ‘dihukum’
ketimbang ‘diampuni.