SELALU ADA BOAS UNTUK RUT
BAHAN KHOTBAH IBADAH HARI MINGGU
24 NOVEMBER 2019
PENDAHULUAN
Kisah ini bermula ketika
di Israel mengalami kelaparan. Kuat kemungkian disebabkan hukuman dari Tuhan,
ketika berbagai dosa Israel di jaman Hakim-Hakim itu (bd. Hakim-Hakim 6:1).
Disebutlah seorang bernama Elimelekh (arti:
Allah adalah Raja) membawa Naomi (arti:
orang yang meyenangkan) istrinya, dan kedua anaknya laki-laki yang bernama Mahlon (arti: memiliki sifat lemah) dan
Kilyon (arti: Merindukan) menuju ke
Moab untuk mencari kehidupan di sana. Menurut 1:1-5 anak-anak Naomi menikahi
perempuan Moab sebagai Istri mereka masing-masing. Kilyon menikahi Opra; dan Mahlon menikahi Rut.
Kisah Elimelekh yang pergi menuju Moab adalah kisah “lari dari hukuman”
dan “membelakangi” TUHAN, Allah Israel. Demi menghindari hukuman bencana
kelaparan, mereka mencari kehidupan di negeri penyembah berhala dan bahkan
mengawinkan anak-anak mereka dengan “orang asing”. Tindakan inipun melanggar
Taurat. Bermaksud untuk mengubah nasib, ternyata keadaan yang terjadi justru
terbalik. Seluruh laki-laki dalam keluarga itu akhirnya meninggal di tanah
rantau (1:3,5).
Kisah berlanjut ketika Naomi memutuskan untuk kembali ke Betlehem yang
ditemani oleh Rut anak menantunya, dan kemudian menjalani kehidupan yang serba
kekurangan. Di Betlehem kita menemukan kisah menarik tentang perjuangan Rut
untuk menghidupi dirinya dan mertuanya, lalu kemudian bertemu dengan Boas
(2:1-3:18). Boas sangat berbaik hati untuk menolong mereka berdua yang berakhir
dengan mengawini Rut.
TAFSIRAN
/ TELAAH PERIKOP
Pada bacaan kita kali ini yakni 4:11-14 kita
menemukan ending yang menarik dari kisah Rut ini, yakni ia kemudian dinikahi
oleh Boas. Bagaimana kisah ini mesti dipahami? Ada baiknya kita membaca mulai
dari ayat 1 pasal 4 ini untuk menemukan beberapa pokok pikiran yang menarik:
1. Siapakah Rut?
Dari awal
kisah, kita hanya disuguhkan bahwa Rut adalah seorang bangsa Moab dan menantu
dari Naomi yang menikah dengan Kilyon. Mari kita mengenal Rut lebih jauh. Nama Rut dari bahasa Ibrani: רוּת (baca: RUT) yang bisa
berarti "tindakan melihat," atau "pantas dilihat". Ia disebut berkebangsaan Moab.
Tahukah saudara bahwa bangsa Moab masih memiliki
hubungan kekerabatan dengan bangsa Israel? Menurut Kej.19:30-37, Moab adalah
anak laki-laki dari Lot hasil hubungan sedarah dengan puterinya. Sedangkan
bangsa Israel berasal dari turunan Yakub, yang adalah cucu dari Abraham.
Abraham dan Lot masih ada pertalian darah yakni antara paman dan ponakan (Kej.11:27).
Dengan demikian Israel dan Moab berasal dari jalur turunan yang sama yakni dari
Terah (ayah Abraham). Dikemudian hari Moab dibedakan statusnya dengan Israel oleh
Tuhan dan dianggap sebagai yang tidak layak dihadapan Allah dan tidak berhak menjadi
anggota jemaah karena mereka menyembah berhala dan menolak menolong Israel
ketika menjadi pengembara di gurun (bd. Ul,23:3-6). Moab selanjutnya disebut
bangsa asing oleh Israel.
Maka kita
simpulkan: karena Ruta berkebangsaan Moab, maka ia
dianggap sebagai orang asing di negeri Israel.
Dengan kata lain, Rut adalah seorang goyim.
Istilah goyim berasal dari bahasa Ibarni
גֹּויִם (baca: goyim) yang berarti “bangsa-bangsa
asing” di luar Israel. Selanjutnya ketika dia berkata: “bangsamulah
bangsaku dan Allahmulah Allahku” kepada
Naomi (1:16), itu berarti bahwa Rut beralih keyakinan. Dalam tradisi Israel, seorang
non Yahudi yang beralih keyakinan dan kemudian menyembah TUHAN, Allah Israel
disebut sebagai kaum proselit.
Istilah ini sejajar dengan istilah mualaf
yang ditujukan kepada seorang non muslim yang menjadi muslim. Hal itu berarti,
Rut adalah seorang Goyim yang Proselit (bangsa asing yang menyembah
Yahwe).
Alkitab dengan terang
memberi predikat baru bagi Rut, yakni ia disebut sebagai “seorang perempuan baik-baik” (3:11). Istilah ini muncul dari
terjemahan menarik dalam bahasa Ibrani yakni: אֵֽשֶׁת־חַיִל (baca:-'Eshet Khayil), yang berarti istri / perempuan yang cakap (a woman of valor). Perhatikanlah bahwa
seorang goyim yang proselit ini kemudian mendapat julukan sebagai perempuan
yang cakap atau istri yang cakap. Raja Salomo kemudian mengabadikan buyut dari
buyutnya ini dalam suatu syair terkenal pada Amsal 31:10 “Istri yang
cakap, siapakah yang akan mendapatkannya?”. Silakan bayangkan, seorang
asing yang proselit ini mendapat gelar tinggi dan dikenang oleh raja sebesar
Raja Salomo. Ya, itulah Rut yang sesungguhnya.
2. Siapakah Boas ?
Nama Boas dari bahasa
Ibrani: בֹּעַז (baca: BO'AZ) yang berarti: keuletan atau kekuatan. Ia adalah seorang
petani yang kaya. Menurut 2:1, Boas disebut sebagai seorang yang kaya raya. Istilah ini sebenarnya merupakan gelar dari
Boas, yang sayangnya kurang ditekankan dalam terjemahan Lembaga Alkitab
Indonesia. Istilah seorang yang kaya raya berasal
dari istilah Ibrani אִישׁ גִּבֹּור חַיִל (baca: Ish Gibor Khayil). Ish= seorang, Gibor= besar, kaya, terhormat; Khayil=
cakap, pahlawan, perkasa. Maka secara etimologi, kita menemukan gelar yang luar
biasa dari Boas, yakni terhormat (karena kekayaan dan kebesarannya) sekaligus
dianggap pahlawan yang perkasa oleh kaumnya.
Selanjutnya apakah hubungan antara Naomi dan Boas?
Menurut pasal 2:1, disebutkan bahwa Boas adalah sanak (keluarga) dari pihak suami
Namomi (Elimelekh). Apabila merujuk 3:10-11, Rut disapa oleh Boas dengan
sebutan “anakku”, maka kita dapat
berasumsi bahwa Elimelekh dan Boas memiliki “kepangkatan” yang sama dalam jalur
keluarga yakni sebagai orangtua (paman) dari Mahlon dan Kilyon. Paling tidak,
Boas adalah sepupuh jauh dari Elimelekh.
3. Mengapa Boas dan Rut menikah
Menurut pasal 4:13
bacaan kita, Boas mengambil Rut sebagai istrinya. Pernikahan antara Boas dan
Rut ini disebut dengan pernikahan
Levirat. Istilah ini berasal dari bahasa latin: levir yang berarti Ipar:
dalam hal ini saudara laki-laki dari suami. Hukum ini mengatur
bahwa “jika suami meninggal
tanpa anak, maka adiknya diharapkan akan menikahi istrinya. Anak-anak yg lahir
dari pernikahan ini dianggap anak dari suami pertama”. Dalam tradisi
Yahudi, hukum levirat ini disebut dengan יִבוּם (baca: Yibum) yang berasal dari istilah יָבָם (baca: Yabam) yang berarti “husband's brother” (saudara dari suami). Menurut Ulangan 25:5, diatur hukum Levirat :
"Apabila orang-orang yang bersaudara tinggal bersama-sama dan
seorang dari pada mereka mati dengan tidak meninggalkan anak laki-laki, maka
janganlah isteri orang yang mati itu kawin dengan orang di luar lingkungan
keluarganya; saudara suaminya haruslah menghampiri dia dan mengambil dia menjadi
isterinya dan dengan demikian melakukan kewajiban perkawinan ipar…”
Dengan demikian, Boas mengawini Rut dalam konteks hukum Yibum atau Levirat tersebut sebagai
kewajiban untuk menjalankan perintah Allah dalam hukum taurat. Kendatipun
demikian ada beberapa hal yang perlu dijelaskan pada bacaan kita mengenai perkawinan
mereka itu:
- Naomi sangat
memahami tentang hukum Levirat. Itulah sebabnya sejak pertemuan perdana
antara Rut dan Boas, Naomi dengan sengaja mengenalkan siapa sesungguhnya
Boas kepada Rut, yakni orang yang baik hati, masih kerabat dan memiliki
kewajiban untuk menebus. Istilah menebus atau qaal dalam bahasa Ibrani ini, harus dilakukan oleh yang
memiliki hubungan darah dengan
yang akan ditebus (suami yang meninggal). Barang yang ditebus adalah hak
warisan yang ditinggalkan oleh yang meninggal dengan jumlah tebusan yang
tinggi (bd. 4:3,4).
Bukan saja menebus
harta warisan, namun juga wajib untuk melangsungkan keturunan dari yang
meningal (dalam hal ini Elimelekh). Karena kedua anak Elimelek telah meninggal
dan Naomi terlalu tua untuk melahirkan, maka Rut adalah pilihan untuk dinikahi
(ay.5). Menikahi Rut setara dengan menikahi istri (Naomi) dari saudara yang
meninggal (Elimelekh). Itulah sebabnya anak Rut disebut sebagai anak Naomi
(ay.14-16).
- Sebenarnya, Boas
tidak memiliki keinginan untuk mengawini Rut. Ide awal justru datang dari
Naomi yang sengaja meminta Rut agar memohon Boas menebusnya (3:1-4). Boas
tahu bahwa ada kerabat (sipenebus) yang lebih dekat dan yang lebih punya
kewajiban qaal (menebus) dibanding
Boas. Hal ini terlihat dalam
percakapan Boas dan Rut pada pasal 3:10-13. Bahkan Boas sangat tahu etika
dan meminta Rut tidur dan segera bangun agak pagi agar tidak diketahui
orang bahwa ada perempuan di tempat itu (3:14-15).
Namun tergerak oleh
belas kasihan dan supaya harta kekayaan Elimelekh dapat kembali kepada Naomi
dan demi kelanjutan keturunan saudaranya itu, Boas kemudian membuat rencana
cadangan dengan penuh ketulusan dan melibatkan Tuhan (3:12-13). Boas
menjanjikan sesuatu yang sangat penting bagi Rut, yakni kelanjutan hidup dan
masa depanya.
Maka benarlah, ketika
“si penebus yang sebenarnya” untuk Rut keberatan mengawini Rut, sebagai
kewajiban kedua setelah menebus harta warisan (4:6-10), maka Boas menepati
janjinya. Disaksikan oleh sepuluh orang tua-tua dan orang banyak, Boas
menyatakan sikap bersedia melaksanakan hukum Levirat tersebut (ay.11) dan kemudian mengawini Rut
(ay.13).
4. Rancangan Tuhan Tidak Terselami
Perhatikanlah,
bawa menurut catatan ayat 14 dan bahkan hingga akhir perikop, anak dari Rut
ternyata harus diakui sebagai anak dari Naomi. Dengan demikain turunan
Elimelekh tetap berlangsung. Anak itu kemudian diberi nama Obed yang berarti
pelayan.
Hal yang
menarik dari ending kitab Rut ini adalah penulis kitab Rut menyebut nama Daud
(ay.17-22) yang belum dilahirkan di jaman Rut. Seakan mau memberi penekanan penting
bagi pembaca, bahwa justru melalui kehadiran Rut dan pengorbanan Boas, bangsa
Israel akan memiliki seorang Raja besar yang hebat dan dikasihi Allah.
Jika
silsilah ini dilanjutkan maka kita akan menemukan pada Injil Matius 1:5-16
bahwa dari kehidupan Rut dan Boas-lah Tuhan merancangkan suatu rancangan besar
yang tidak bisa dipikirkan akal. Lebih dari 1000 tahun, Tuhan menyiapkan
melalui Rut untuk hadirnya Juruselamat yakni Yesus Kristus Tuhan. Peristiwa
Elimelekh yang cari selamat dari hukuman kelaparan dan meninggalkan Israel,
justru dengan “paksa” Tuhan pulangkan “darah elimelekh” kembali ke Betlehem
melalui Naomi dan Rut agar kehadiran raja Daud dapat diwujudkan yang
selanjutnya memungkinkan kelahiran Yesus Kristus pada target akhir.
Rut yang
hanya seorang Goyim dengan status proselit, justru dipakai Tuhan untuk
rancangan maha agungNya. Siapapun tidak akan menyangkah bahwa penderitaan Rut
dan Naomi, pengorbanan perempuan Moab penyembah berhala ini, justru berakhir
indah dalam rancangan Tuhan. Maka benarlah bahwa rancangan Tuhan tidak
terselami.
APLIKASI
DAN RELEVANSI
1.
Hari ini kita belajar pertama-tama bukan tentang sepak
terjang Rut, melaikan tentang ketulusan dan pengorbanan seorang kaya, terhomat,
perkasa dengan status pahlawan, yang bernama Boas. Ia dengan rela dan sukacita mengambil tangung-jawab yang bukan
tanggung jawab utama untuk menebus harta warisan Elimelekh dan kemudian
melanjutkan keturunan Elimelekh melalui Rut. Siapa yang menyangkah bahw dari
ketulusan dan pengorbanan Boas, ada rencana Tuhan yang maha besar bagi dunia.
Kita diajak dan
diajar untuk meneladani Boas. Kepeduliannya dan rela berkorbannya perlu untuk
menjadi gaya hidup orang percaya. Jangan hanya mau menjadi Rut yang mengalami
kisah HAPPY ENDING saja. Kita pun
dipanggil menjadi Boas untuk Rut yang lain, agar derita hidup yang
dialami para “Rut-Rut yang lain ini” di manapun berada, mengecap nikmatnya happy ending mereka. Ya… jika kita
meyakni bahwa selalu ada Boas untuk Rut
yang Tuhan akan kirim, maka bergegaslah, sebab barangkali kitalah yang
ditunjuk menjadi Boas itu.
2.
Tidak ada seorangpun yang dapat memahami dalamnya
rencana Tuhan dalam hidup ini, sebagaimana peristiwa Rut yang kemudian
menghadirkan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.
Maka, kita juga perlu
untuk merenungkan bahwa jika hal yang besar untuk merancangkan keselamatan
dunia, TUHAN tidak pernah gagal, maka bagaimana mungkin kita ragu untuk
meyakini bahwa Allah tidak pernah gagal untuk merancangkan hal “indah pada
waktunya” dalam hidup kita ini?
Mungkin ada di antara
kita yang terpuruk dalam beratnya titian hidup dan sulit memahami kuasa dan
kemampuan Tuhan untuk membawamu menemui kelegaan. Kepada saudaralah Firman ini
mau disampaikan bahwa kita tidak dapat menyelami pkiran Allah yang merancangkan
hidup kita. Hanya saja jangan pernah kehilangan iman dan kemampuan untuk
berharap. Sebab Tuhan sangat sanggup membawa kita menemukan kelegaan
sebagaimana Ia mampu membawa Rut mencapai kelegaan itu. Bukan itu saja! Jika ia
mampu merancangkan hal besar yakni keselamatan dunia melalui Rut yang kecil,
maka percayalah Dia pun sanggup melakukan hal yang serupa untuk hidup saudara,
yakni rancangan damai sejahtera, walau sekarang belum dapat kita mengerti.
Amin.