Sunday, April 13, 2014

BAHAN RENUNGAN IBADAH KELUARGA 16 APRIL 2014



YOHANES 13:21-30

Jika ada keluarga yang baru mempunyai anak, mereka banyak memberi nama Petrus, Simon dan lain-lain, sangat jarang ada yang memberi nama Yudas. Padahal arti nama Yudas tidak kalah bagusnya dengan nama yang lain. Yudas dalam bahasa Yunani, Ibrani adalah Yehuda atau Judah yang artinya terpujilah Allah. Sedangkan Iskariot bukanlah nama belakang keluarga. Nama ini ditambahkan di dalam Injil Sinoptik untuk membedakannya dengan Yudas yang lain karena ada delapan orang bernama Yudas dalam Perjanjian Baru, yakni [1] anak Yakobus keempat, [2] leluhur Yesus Kristus, [3] pemberontak di Galilea, [4] orang Yahudi dari Damaskus, [5] seorang nabi di Yerusalem dipanggil juga Barnabas, [6] murid Yesus Kristus juga bernama Tadeus, [7] saudara Yesus Kristus, dan [8] Yudas Iskariot.

Kata Iskariot dari kata Ibrani isy-qèriyot, artinya orang Keriot. Keriot adalah sebuah kota di Yudea, 12 mil sebelah selatan Hebron. Dengan demikian Yudas adalah satu-satunya rasul yang berasal dari Yudea, karena kesebelas rasul yang lain berasal dari Galilea. Mengapa dikatakan bahwa Yudas Iskariot diberkati? Pertama, dia hidup sejaman dengan Yesus, melihat Yesus muka dengan muka dan mengenal Yesus secara pribadi. Kedua, dari ribuan orang yang mengikut Yesus, Yudas terpilih menjadi salah satu dari 12 murid dan menyandang gelar Rasul (Markus 3:14).

Yesus tidak sembarangan dalam memilih 12 murid-Nya, Yesus melihat ada potensi yang luar biasa dalam diri Yudas. Tuhan tidak menentukan atau menakdirkan Yudas sebagai pengkhianat. Yudas dinubuatkan akan mengkhianati Yesus. Ini dua hal yang berbeda. Jika Yudas ditentukan untuk jadi pengkhianat maka dia adalah orang yang paling malang di dunia. Dia tidak ada pilihan lain selain jadi pengkhianat. Tuhan harus bertanggung jawab terhadap pengkhianatan Yudas, dan bukan Yudas yang harus bertanggung jawab.

Yudas dinubuatkan akan menjadi pengkhianat tapi dia tidak harus jadi pengkhianat. Dia bisa memilih sesuai dengan kehendak bebasnya untuk jadi pengkhianat atau jadi murid yang paling setia. Tuhan menubuatkan Yudas jadi pengkhianat tapi bukan Tuhan yang menyebabkan Yudas jadi pengkhianat. Yudas menjadi pengkhianat bukan karena dinubuatkan tetapi karena pilihannya sendiri karena itu dia bertanggung jawab penuh atas peng-khianatannya.

Sebagai murid, dia diajar secara langsung oleh Yesus baik secara teori maupun secara praktik, sebuah metode mengajar yang luar biasa yang masih digunakan sampai sekarang. Tetapi guru dan metode pengajaran yang luar biasa masih bisa menghasilkan murid yang tidak maksimal. Dia melihat dengan mata kepala sendiri mujizat yang dilakukan oleh Yesus, seperti buta melihat, lumpuh berjalan, mati dihidupkan, dan makan 5000 orang. Bahkan dia juga diperlengkapi oleh Yesus untuk memberitakan Injil Kerajaan Surga sehingga mujizat juga terjadi dalam pelayanan Yudas.

Dari ke-12 murid, Yesus mempercayakan Yudas sebagai bendahara. Sebuah kepercayaan yang besar. Yesus tidak memilih secara sembarangan. Di dalam gereja, orang seperti apakah yang akan saudara pilih untuk jadi bendahara? Pasti seorang yang sangat bisa dipercaya, setia, beriman, reputasi yang baik, ketrampilan yang baik, dan orang yang luar biasa. Bahwa Yesus memilih Yudas dan bukan Petrus, Yakobus dan Yohanes yang merupakan murid-murid terdekat-Nya, menunjukkan bahwa Yudas merupakan orang yang dipercaya penuh oleh Yesus.

Bahwa Yudas sebagai pengkhianat itu tidak pernah masuk di dalam pikiran para rasul, bukankah Yudas adalah orang kepercayaan Yesus? Orang yang sangat spesial, dihormati, seorang sahabat Yesus dan tidak mungkin berkhianat. Hal ini dapat terlihat dalam Yohanes 13: 28-29, berbunyi “Tetapi tidak ada seorang pun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas. Karena Yudas memegang kas, ada yang menyangka bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin.”

Kita dapat menyimpulkan bahwa Yudas Iskariot adalah orang yang sangat diberkati, tapi bagaimana mungkin dia bisa jatuh sedemikian dalam dan mengkhianati Yesus? Inilah pelajaran yang bisa kita peroleh dari kehidupan Yudas Iskariot yang diberkati, yakni ada motif pengkhianatan karena kekecewaan Yudas tentang Mesias yang diharapkan, dan hal ini menjadi peringatan bagi kita sebagai orang-orang percaya.

Para sarjana ada yang berpendapat bahwa nama Iskariot itu berasal dari Sicariot/Sicarii sebuah kelompok nasionalis fanatik Revolusi Yahudi yang sangat membenci Roma. Mereka sangat mengharapkan Mesias akan menjadi pemimpin revolusi mereka untuk menggulingkan kerajaan Roma yang menjajah orang Yahudi. Yudas membayangkan Yesus akan menjadi pemimpin revolusi yang luar biasa, pengikutnya yang ribuan bisa menjadi tentara revolusi, ketika Yesus mampu melakukan mujizat 5 roti dan 2 ikan, serta tidak perlu takut kehilangan pengikut dalam perang revolusi karena Yesus mampu menyembuhkan yang luka bahkan membangkitnya yang mati.

Yudas mengalami kekecewaan waktu mendapati bahwa Yesus bukan Mesias yang mengangkat senjata memimpin revolusi tetapi Mesias yang justru mengajarkan tentang kasih, memberkati musuh, bahkan menyembuhkan anak seorang perwira Romawi musuh Yahudi. Dalam kekecewaannya, Yudas menyerahkan Yesus. Uang membuat Yudas menjadi gelap mata dan mengkhianati Yesus, karena pengkhianatan hanya bisa dilakukan oleh orang yang dekat, sahabat, dan orang kepercayaan. Uang bisa membuat orang melakukan apapun termasuk pengkhianatan. Memang kita butuh uang, pelayanan butuh uang, kita juga suka dengan uang tapi jangan sampai kita cinta akan uang. Cinta akan uang berarti semuanya tentang uang, pertimbangan-pertimbangan melulu hanya karena uang, tidak ada yang lain.

Apapun motif pengkhianatan Yudas, akar masalah yang membuat Yudas berkhianat adalah dia tidak sungguh-sungguh hidup bagi Kristus selama kurang lebih 3,5 tahun bersama Yesus. Jika Yudas benar-benar menyerahkan hidupnya bagi Kristus, dia akan menjadi rasul yang luar biasa. Petrus tidak lebih baik dari Yudas. Matius adalah pemungut cukai yang cinta akan uang, memungut pajak lebih tinggi dari yang seharusnya. Tetapi dia diubahkan.

Yudas tidak sungguh-sungguh memberikan hidupnya bagi Yesus, justru dia memberikan ruang bagi iblis (Lukas 22:3; Yoh. 13:2, 27). Saya tidak tahu sudah berapa lama Saudara mengenal Tuhan Yesus, mungkin 5, 10, belasan atau puluhan tahun, mungkin Saudara dilahirkan di keluarga Kristen. Pertanyaannya bukan berapa lama Saudara mengenal Tuhan? Pertanyaannya adalah Apakah Saudara sudah sungguh-sungguh hidup bagi Tuhan?

Yudas Iskariot adalah orang yang diberkati, orang yang beruntung, tidak semua orang bisa memperoleh kesempatan seperti dia; tetapi pada akhirnya dia menjadi orang yang buntung dan terkutuk, karena sekalipun Yudas mengenal Tuhan Yesus tetapi tidak sungguh-sunggguh hidup bagi Dia. Kita hidup di akhir zaman, tidak lama lagi Dia datang, maka mari kita hidup lebih sungguh-sungguh lagi buat Tuhan. Mari belajar dari hidup Yudas Iskariot, jangan kita mengalami seperti dia. Manfaatkan semua kesempatan dan kepercayaan yang Tuhan berikan kepada kita untuk hormat dan kemuliaan Tuhan. Mari hidup lebih sungguh-sungguh buat Tuhan. AMIN.

BAHAN RENUNGAN IBADAH PKP 15 APRIL 2014



MAZMUR 71:1-14

Pendahuluan
Bertambah hari umur manusia tidak semakin berkurang, tapi makin bertambah.  Pada saatnya kita akan menjadi tua:  keriput, kekuatan tubuh berangsur-angsur merosot, menjadi lemah dan aktivitas pun sudah sangat terbatas.  Tidak sedikit orang takut menjadi tua sehingga berbagai upaya dilakukan agar supaya tetap awet muda.  Ada yang menempuh jalan oeprasi plastik  (permak wajah)  ke luar negeri dengan biaya yang selangit.  Sebesar apa pun biaya yang harus dikeluarkan, ia rela, yang penting hasilnya memuaskan:  tetap cantik dan awet muda.

Judul mazmur ini menarik: Doa minta perlindungan di masa tua. Manusia lahir, tua, dan mati. Itulah kegelisahan mazmur ini. Mazmur ini cukup panjang: 24 ayat. Mazmur ini dibagi tiga: Bagian I: ay.1-11; Bagian II: ay.12-16. Bagian III: ay.17-24. khusus bacaan kita saat ini mengulas tentang 2 bagian pertama.

Telaah Perikop
Mazmur 71 ini tidak dijelaskan siapa penulisnya (anonim) tetapi dari syair doanya kita dapat mengetahui bahwa pemazmur ini memang sudah berusia lanjut (ay.9, 18) Permohonannya jelas, agar Tuhan tidak membuangnya dan tidak meninggalkannya diusia yang sudah lanjut. Sepintas bisa dipastikan, ia menulis mazmur ini memang diusia yang sudah lanjut. Tetapi  bisa juga ketika masih muda namun mau menunjukan sikap berjaga-jaga menuju masa tua nanti. Karena permintaan akan perlindungan Tuhan itu tidak hanya dibutuhkan pada masa tua saja, sejak masa muda sampai tuapun pemazmur sudah menaruh harapnnya kepada Tuhan (ay. 5) Bahkan sejak masih di dalam kandungan ia telah menyatakan bertopang dan dikeluarkan dari kandunga oleh Allah (ay. 6) Nampaknya mazmur 71 ini pemazmur ingin melakukan instrospeksi diri dengan melihat perjalanan sejarah hidupnya, sejak dalam kandungan sampai tuanya.

Pemazmur mulai dengan pernyataan bahwa ia berlindung pada Tuhan dan berharap agar ia tidak malu. Karena ia berlindung pada Tuhan, ia berharap agar Tuhan melepaskan dan meluputkan dia dari rsoal hidupnya (ay.2). Salah satu soal yang ia hadapi ialah rongrongan orang fasik (ay.4). Ia berharap agar Tuhan menjadi gunung batu tempat ia bersembunyi dengan aman dari musuh (ay.3). Tetapi bukan baru di masa tua ia berseru kepada Allah, melainkan sejak masa muda ia sudah berharap pada Allah (ay.5).

Dalam ay.6 ia mengekstremkan ay.5 dengan mengatakan bahwa ia bertopang pada Allah sejak kandungan. Itu benar: sebab keajaiban proses perkandungan ialah misteri karya cipta dan penyelenggaraan Tuhan. Peristiwa lahir selamat juga dilihat sebagai penyelenggaraan Tuhan: Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku. Karena semuanya itu, ia selalu memuji Allah. Itu sebabnya, ia memandang hidupnya sebagai tanda ajaib di hadapan orang banyak, karena ia mengandalkan, memuji dan memuliakan Tuhan pelindungnya (ay.7-8). Atas dasar itu ia berharap bahwa di masa tuanya ini, ia tidak disia-siakan.

Betapa pedih dan menyakitkan disepelekan ketika kekuatannya habis, ketika sudah tua, lemah tak berdaya. Ia merasa bahwa di masa tua inilah ia membutuhkan pertolongan Tuhan karena di masa inilah secara psikologis ia seakan ditinggalkan banyak orang. Satu-satunya tempat berlindung sekarang ialah Allah (ay.9-11). 

Selanjutnya pada bagian kedua, digambarkan bahwa pemazmur dengan penuh kekhusukkan menghadap Allah: ia melanjutkan permohonannya agar Allah tidak meninggalkannya, melainkan harus selalu dan segera menolongnya (ay.12). Kalau Allah sudi bertindak, maka para lawannya akan tidak berdaya (ay.13). Ia tidak punya harapan dan andalan lain, selain Allah (ay.14). Karena itu, hanya satu hal yang akan ia lakukan dalam sisa hidupnya yaitu memuji dan memuliakan Tuhan (ay.14-15). Atas dasar itu, ia yakin bahwa ia bisa menghadapi lawannya dengan keperkasaan Tuhan Allah (ay.16). 

Jika kita melanjutkan pada bagian III, yaitu 17-24, kita melihat suatu dinamika lain. Dalam ay.17 ia mulai dengan nostalgia: Tuhan sudah mengajar dirinya sejak masa kecil, dan karena itu hingga tua pun ia tetap memuji dan memuliakan Tuhan. Ia berharap bahwa penyertaan Tuhan yang selama ini ia rasakan, akan tetap ia rasakan juga di masa tuanya, agar dengan itu ia punya kesempatan memahsyurkan namaNya (ay.18). Ia yakin ia sudah merasakan dan mengalami keadilan Tuhan dalam hidupnya. Ia mengalami mukjizat Tuhan (ay.19). Tidak hanya itu. Ia juga mengalami sisi gelap dan negatif dalam hidup ini. Tetapi itu bukan kata final dalam hidup, sebab Tuhan meluputkan dia dari situasi gelap dan negatif itu; bahkan ada metafor “diselamatkan” dari alam maut yang dilambangkan samudera raya (ay.20). Atas dasar pengalaman di masa silam, pemazmur yakin bahwa Tuhan akan menambah perbuatan ajaib dalam hidupnya sekarang dan di sini (ay.21). 

Aplikasi dan Relevansi
Ketaatan dan kesetiaan pemazmur kepada Tuhan tergambar dalam beberapa ayat, misalnya: Ayat. 5-6 menjelaskan betapa kuatnya pemazmur berpaut dan berpegang pada Tuhan yang diimaninya. Tetapi rupanya dalam perjalanan pengiringannya kepada Tuhan itu tidak mudah dilaluinya. Bisa jadi dia banyak diperhadapkan kepada penggoda-penggoda yang berusaha membuat imannya menjadi lemah. Atau bisa juga keteguhan iman dan pengharapannya kepada Tuhan yang telah menyelamatkanya diuji oleh banyaknya ketidkadilan disekitarnya, sehingga ia berseru agar Tuhan meluputkannya dari ketidak-adilan. Tetapi dalam semuanya itu, pemazmur dengan tegas menyatakan bahwa keberadaan hidupnya adalah seperti tanda ajaib (ay.7).

Hal itu menjelaskan bahwa memang dalam sepanjang pengiringannya kepada Tuhan pemazmur kerap kali mengalami tekanan, tantangan, ketidakadilan, serangan dan mungkin juga perlakuan-perlakuan yang mempermalukannya. Bahkan di ay. 4, 10, 13 kita menemukan ada indikasi bahwa pemazmur sering berada dalam suatu ancaman musuh-musuhnya. Bisa jadi dia dimusuhi karena imannya kepada Tuhan (ay.11) namun pada akhirnya dia dapat terlepas dan selamat dari semua ancaman itu. Itulah dikatakan bahwa keberadaanya seperti tanda ajaib. Karena jelas dengan begitu banyaknya pergumulan, tetapi jika dia masih eksis sampai masa tua dan putih rambutnya itu adalah sebuah keajaiban yang Tuhan buat dalam dirinya.

Dalam doanya begitu banyak ungkapan dimana pertolongan Tuhan dianalogikan sebagai: Allah adalah gunung batu, kubu pertahanan dan bukit batu semua hendak menggambarkan bahwa pemazmur tidak salah dalam menaruh pengharapannya kepada Allah, karena terbukti sanggup menolong dan menyelamatkanya dari musuh-musuh. Pemazmur tidak keliru menjadikan Allah sebagai Tuhan dalam hidupnya, karena terbukti sanggup menopang, memeliharan dan menyertainya dari sejak dalam kandungan sampai putih rambutnya.

Di hari ini atau kedepan tentu akan ada banyak hal yang bisa membuat engkau menjerit “aku takut..” bisa jadi imanmu yang teguh pada Yesus membuat posisi, status dan kariermu terancam. Bisa jadi karena hidup kita diberkati dengan keberhasilan, kita justru menjadi sasaran iri hati orang lain. Bisa jadi kesetiaan dan ketaatan kita pada Tuhan membuat bagian-bagian milikmu terancam di copot, dianulir dan lain sebagainya. Tetapi ingat ada tanda ajaib yang selalu Tuhan lakukan untukmu. Untuk itu tetap setia dan taat padaNya jangan takut.

MATERI KHOTBAH PKB 14 APRIL 2014



IBRANI 9:11-15

Sebagaimana kita tahu bersama, Surat Ibrani ini ditulis bagi orang Kristen Yahudi yang sangat menjunjung tinggi tradisi dan nenek moyang mereka. Tradisi yang dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan2 dan pengajaran iman yang tertulis dalam Taurat atau Perjanjian Lama. Itulah sebabnya sangat sulit bagi orang Yahudi menerima Yesus Kristus sebagai sumber keselamatan sebab bagi mereka Hukum Taurat-lah sumber keselamatan itu.

Bacaan kita hari ini merupakan ulasan penulis Ibrani tentang pemahaman imannya mengenai salah satu tradisi Taurat tentang keselamatan LEWAT KORBAN BAKARAN dan perbandingannya dengan kuasa keselamatan dari Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang sesungguhnya. Ada beberapa pokok penting dari bacaan kita ini, yang disampaikan oleh penulis Surat Ibrani, yakni:


1.       Peran Yesus Sebagai Imam Besar Melintasi Kemah Pertemuan Buatan Manusia (ay.11)

Pada ayat PASAL 10 ayat 3, Kitab Ibrani dengan jelas menegaskan bahwa korban bakaran dan korban penghapus dosa itu justru hanya mengingatkan umat akan segala dosa mereka. Pernyataan ini harus dimengerti dalam kerangka berpikir ayat 1-2 sebelumnya. Dalam dua ayat pertama disebutkan bahwa apabila Taurat termasuk aturan tentang korban2 itu adalah korban penghapus dosa yang sesungguhnya, maka seharusnya itu dilakukan sekali untuk selamanya. Namun pada kenyataannya, pada tiap tahun umat wajib mempersembahkan korban untuk dosa-dosa mereka, melalui Imam Besar dan membawanya kedalam kemah Pertemuan. Dalam ayat 11 ditekankah hal khusus bahwa korban penghapus dosa tidak dibawah Yesus dalam kemah pertemuan biasa di tradisi Israel. Namun kemah buatan Allah sendiri yakni dir Tuhan Yesus sendiri. Dalam diriNya lah terjadi pertemuan antara Allah dan juru damai yakni Imam Besar bernama Yesus sendiri.

Hal ini mau menunjukkan bahwa peran Yesus melebihi peran Imam Besar Harun. Dialah yang sanggup bertemu dengan Allah membawa pendamaian bagi manusia. Sebab di dalam diriNya sendiri terjadi perjumpaan antara Allah dan Sang Pendamai. Yesuslah kemah pertemuan itu.

2.       Korban dan Imam untuk Karya Keselamatan yang sesungguhnya (ay 12-15)

Sebagai seorang Imam Besar, Yesus lebih unggul dan lebih tinggi dari para imam manapun keturunan lewi. Bahkan lebih dari pada itu, Tuhan Yesus lebih sempurna menjalankan fungsi jabatan keimaman-Nya dibanding imam suku lewi. Sehingga sebagai Perantara kepada Bapa, Dia-lah pribadi yang tepat menjadi Juruselamat manusia. Sebab Ia adalah Imam yang bukan saja membersembahkan korban yang suci, namun justru Dia sendiri adalah pribadi tanpa dosa (7:26). Seorang Imam tanpa dosa lebih unggul dari imam manapun termasuk imam besar Yahudi sekalipun. Inilah pernan Yesus yang utama dalam ayat 12 bacaan kita.

Tuhan Yesus menurut kitab Ibrani, bukan hanya berperan sebagai Imam Besar yang membawa Korban Bakaran Penghapus dosa lewat memercikkan darah anak domba dan domba itu yang darahNya dipakai untuk menghapus dosa, namun Tuhan Yesus sendirilah juga yang merangkap Korban bakaran itu (ayat 12). Jika para Imam Besar berkali-kali datang membawa korban bakaran, maka Yesus mempersembahkan diri sekali saja dan kuasa Korban Penghapus dosa itu berlaku selama-lamanya (bd.9:25-28).Hal ini mau menyatakan kepada umat Yahudi yang masih berada dalam Hukum Taurat bahwa Yesus Kristuslah Imam Besar dan Korban Penghapus dosa yang Sesungguhnya serta paling Benar dan tepat untuk menghapus dosa manusia. Sebab dengan darahNya yang suci manusia beroleh kesucian dan diselamatkan.

Itulah sebabnya dalam ayat 15, penulis menekankan peran Tuhan Yesus yang lebih unggul dari peran imam besar biasa. Ialah Pengangantara sesungguhnya dan bukan imam Harun. Dialah dan hanya oleh darahnya, manusia beroleh penebusan dosa,

Dari uraian Firman Tuhan ini, ada beberapa hal penting yang dapat kita bawa dalam hidup beriman kita:
1.       Tuhan Yesuslah satu-satunya Juruselamat  yang dijanjikan kepada umat-Nya itu.  Oleh sebab itu kita tidak perlu ragu lagi akan Yesus Kristus yang menjadi perantara, pendamai, dan Juruselamat satu-satunya.  Biarlah dengan kebenaran yang sangat agung dari surat Ibrani ini iman dan kepercayaan kita kepada Yesus Kristus Juruselamat dan Juru damai satu-satunya itu semakin diteguhkan.

Sebagai kepala keluarga, PKB diingatkan untuk menjaga kebenaran ajaran ini dan selanjutnya menanamkan dalam hidup berkeluarga. Kepala keluarga adalah imam dalam rumah tangga. Artinya, seorang imam wajib memimpin anggota keluarga/umat untuk menjalankan ajaran yang benar. Karena itu kita diajak untuk menjadikan Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Pribadi yang menyelamatkan tiap anggota keluarga dan bukan lagi percaya kepada kuasa lain apalagi suatu tradisi yang menyesatkan.

2.       Tuhan Yesus mempunyai tahta yang paling tinggi, namun Alkitab mencatat bahwa ia turun dari tahta Maha Tinggi itu, untuk bersedia menjadi Korban bagi penebusan dosa manusia, sekali untuk selama-lamanya.  Bagaimana dengan kita, sudahkah kita melayani Tuhan dengan baik.  Apakah selama ini kita lebih mengharapkan untuk dilayani atau untuk melayani?  Ada yang berkata selain melayani bukankah kita juga mesti dilayani? Memang kita harus saling melayani, tetapi bukan berarti selalu menuntut untuk diperhatikan terus dan dilayani terus, malah sebaliknya kita harus memikirkan bagaimana untuk dapat melayani dengan lebih baik lagi.  Tuhan Yesus sudah memberi teladan yang indah, di tempat yang sempurna, dengan kedudukan yang agung, Ia justru tetap melayani.
  
3.       Kehadiran Tuhan Yesus, membawa sutu Perjanjian yang baru antara kita dengan Bapa di Sorga. Dengan demikian betapa bahagianya kita yang menerima perjanjian baru ini.  Tuhan melalui Roh Kudus hadir di dalam hati kita, kita menerima pengampunan dosa, kita yang bukan bangsa terpilih tapi kini menjadi umat pilihan yang mengenal Tuhan yang sesungguhnya, kita dapat berhubungan langsung dengan Bapa di Sorga melalui Yesus Kristus, betapa baiknya dan luarbiasanya Perjanjian Baru ini.

Karena itu kita harus bersyukur lewat bertekad untuk melakukan yang lebih baik kepada Tuhan, sebagaimana Tuhan telah melakukan yang paling baik untuk kita. Tetaplah mengerjakan keselamatan yang sudah Tuhan anugerahkan bagi kita. Jadikan Tuhan Yesus sebagai Imam Besar yang memimpin hidup rohani kita, dan juga sebagai Pengantara kepada Bapa, agar kita tetap menjadi anak-anak Allah yang diberkati. Amin.