Sunday, April 7, 2013

BAHAN RENUNGAN IBADAH PKP 09 APRIL 2013


LUKAS 24:13-16

Ibu-Ibu PKP yang dikasihi Tuhan...
Dapatkah kita membayangkan bagaimanakah kondisi hati kita jika ditinggalkan oleh orang yang benar-benar kita cintai? Perasaan yang paling mendominasi adalah rasa kehilangan. Rasa itu memunculkan kondisi diri yang sedih, beradaptasi lagi untuk menata hati karena kehilangan. Tentu, situasi ini bukanlah situasi yang menyenangkan, atau mudah untuk dikalahkan. Untuk beberapa orang yang ditinggalkan, kesedihan hati bisa sangat mendominasi di dalam kehidupan mereka, sehingga mereka tidak dapat beraktivitas dengan normal, tidak dapat tertawa, dan menikmati hidup dengan sewajarnya.

Sama seperti kondisi hati dua orang murid Tuhan Yesus ketika mereka sedang melakukan perjalanan ke Emaus dalam bacaan kita saat ini. Belum hilang rasa sedih mereka karena ditinggalkan oleh Dia yang sangat dicintai, mereka harus merasa sedih lagi karena mengetahui kubur-Nya kosong. Situasi yang sangat pedih, perih, dan kehilangan yg mendalam membuat mereka sejenak menjadi lupa bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Allah, penuh dengan kuasa yang juga mampu memulihkan kesedihan hati mereka. Sampai saat Tuhan Yesus datang di antara mereka, hadir di sela-sela waktu mereka berjalan, mereka tidak mampu menyadari bahwa Ia adalah Tuhan Yesus yang mereka cintai dan mereka rindukan selama ini.

Seperti dikatakan dalam Injil Lukas: “Kami dulu mengharapkan bahwa Dialah yang Nabi yang akan dating yang akan menyelamatkan Israel” tapi akhirnya Yesus mati disalib. Sementara ada kabar burung bahwa Yesus bangkit. Dan menampakkan diri kepada para wanita yang pergi ke makamnya. Kedua murid itu semakin tidak karuan pandangan mereka tentang Yesus yang selama itu dia ikuti. Hati mereka tidak karuan Kecewa, putus asa dan bingung. Mereka pun takut kepada orang Yahudi yang juga mengejar para pengikut Yesus. Di tengah keputusasaan dan kekalutan itu Yesus hadir.

Namun karena kekalutan dan keputusasaan yang menyelimuti pikirannya maka dia tidak menyadari bahwa yang ada di sampingnya itu adalah Yesus. Sungguh aneh bahwa mereka tidak mengenali Yesus. Mereka adalah orang yang dekat dengan Yesus, bagaimana mungkin Mereka tidak mengenali Yesus. Para penafsir Injil Lukas mau menggambarkan bahwa mereka begitu kalut dan kecewa bercampur ketakutan. Disebutkan ada sesuatu yang yang menghalangi mata mereka. Apakah yang menghalangi mata mereka. Ini mau menggambarkan bahwa kehadiran Yesus tidak dilihat oleh mereka. Yesus menyertai mereka namun mereka tidak menyadari akan kehadirannya.

Ibu-Ibu PKP yang dikasihi Tuhan...
Perhatikan bacaan kita di atas, tidak disebutkan bahwa Tuhan Yesus datang mendekati mereka dengan menyamar, tidak juga disebutkan bahwa Allah menaruh sesuatu untuk menghalangi mata. Tetapi jelas disebutkan bahwa ada “sesuatu” yang menghalangi mata kedua orang ini sehingga mereka tidak dapat mengenali Tuhan Yesus.

Apakah “sesuatu” yang menghalangi mata mereka itu. Kita bisa belajar dari pengalaman kedua orang murid ini bahwa bisa saja ada sesuatu yang menghalangi mata kita untuk mengenali Tuhan Yesus, bahkan saat Dia sebenarnya sedang menghampiri kita, berdiri di sisi kita, dan berjalan bersama kita.

Pertama, jika kita memperhatikan ayat 17-20, kita akan menemui betapa dalamnya kesedihan mereka atas kematian Tuhan Yesus. Krisis, entah itu positif atau negatif bisa menutupi mata kita untuk mengenali Tuhan Yesus. Krisis seringkali membuat kita melupakan bahwa kita mempunyai Yesus yang jauh lebih besar dari semua krisis yang bisa menimpa hidup kita.

Kedua, perhatikan ayat 21! Ada sebuah pengharapan pada diri murid-murid tentang bagaimana peran Mesias di dalam kehidupan bangsa Israel. Sayangnya pengharapan mereka tidak sesuai dengan kehendak Allah. Apakah salah berpengharapan? Tidak, tetapi dari pengalaman murid-murid ini, kita melihat bahwa pengharapan-pengharapan yang salah, yang kemudian tidak terpenuhi seringkali menghalangi mata kita untuk melihat ada kehendak Allah yang jauh lebih sempurna daripada pengharapan-pengharapan manusia yang seringkali bersifat egois.

Ibu-Ibu PKP yang dikasihi Tuhan...
Pertanyaan yang lebih penting adalah, bagaimana supaya “sesuatu” yang menghalangi mata kita untuk mengenali Yesus itu bisa diangkat. Jawabannya ada di ayat 32, “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?”. Ya, dengarkan perkataan Allah, renungkan kebenaran Kitab Suci, jangan menjadi lamban untuk percaya; maka mata kita tidak akan lagi terhalang untuk mengenali keberadaan Yesus yang selalu dekat dengan kita.

Sebagai sebuah refleksi bagi kita, dalam kekalutan kegagalan kita sering mengatakan dan mencari Tuhan: Di manakah Engkau Tuhan mengapa Engkau tidak menyertai aku justru dalam saat-saat begini. Mengapa Engkau meninggalkan aku di saat aku membutuhkanMu! Kesedihan yang mendalam ternyata bisa berpengaruh terhadap perilaku kita. Kesedihan yang dialami dua murid Tuhan Yesus membuat mereka tidak bisa mengenal Tuhan Yesus. Sama seperti kita yang ada kalanya tertimpa pergumulan hidup. Saat kita mulai larut dengan masalah yang kita hadapi, mampukah kita tetap selalu merasakan kehadiran dan pertolongan Tuhan?

Ibu-Ibu PKP yang dikasihi Tuhan...
Ada sebuah cerita kecil yang bagus untuk kita simak: Ada seorang anak kecil berjalan bersama Yesus di pantai. Walaupun anak kecil itu tidak melihat Yesus namun dia percaya Yesus berada di sampingnya karena dia melihat ada empat tapak kaki. Dua tapak kakinya dan dua lainnya adalah tapak kaki Yesus. Anak itu begitu gembira melihat tapak-tapak kaki itu. Namun ketika berada di lam kerikil dan berbatu dia hanya melihat dua tapak kaki. Dia mulai takut dan panic. Di mana tapak kaki yang lainnya. Kemudian dia berteriak. Tuhan di mana Engkau? Mengapa tapak kakimu tidak ada. Yesus menjawab. Anakku.. ketika engkau berada dalam pasir yang lembut Engkau menapak dengan kakimu sendiri tetapi ketika berada dalam bebatuan aku menggendongmu supaya kakimu tidak terantuk pada batu. Lalu anak itu tersenyum dan mengatakan pada Yesus: Yesus engkau sungguh penolongku.

Demikianlah dalam hidup kita kita juga sering mengalami kekalutan, keputus-asaan dan kekecewaan. Mari kita juga seperti murid di Emaus bilang: Tinggalah bersama kami. Dan begitu mereka tahu Yesus berada bersama mereka, mereka begitu bersemangat untuk memberi kesaksian tentang Tuhan yang telah bangkit.  Amin