Sunday, May 1, 2011

MATERI KHOTBAH PKP 03 MEI 2011

MATERI KHOTBAH PKP 03 MEI 2011
YOSUA 5:10-12

Persatuan Kaum Perempuan yang dikasihi TUHAN,
Bacaan kita hari ini mengisahkan tentang perjalanan Orang Israel yang telah memasuki wilayah Tanah Perjanjian yakni Kanaan. Akhirnya pengembaraan selama 40 tahun itu telah mereka akhiri. Apakah yang dilakukan oleh TUHAN, Allah Israel bagi umatnya melalui Yosua (pengganti Musa) dalam rangka menyiapkan mereka merebut Tanah Kanaan?

Ternyata ada beberapa persiapan penting yang harus mereka lakukan sebelum merebut kota Kanaan dan menikmati Tanah Perjanjian itu. Selama 40 tahun mereka mengembara di tanah gersang, padang pasir yang tandus. Kini mereka telah tiba di wilayah Kanaan, tepatnya di Gilgal. Di tempat inilah TUHAN, Allah Israel menyiapkan umatNya untuk menjemput penggenapan janjiNya kepada nenek moyang mereka yakni Abraham, Ishak dan Yakup. TUHAN menjanjikan Tanah yang berlimpah susu dan madu, tanah yang subur, Tanah Perjanjian. Umat perlu untuk disiapkan secara khusus untuk mengalami perubahan hidup ini.

Apa sajakah yang harus mereka lakukan sebelum memasuki tanah kota Kanaan itu? Mulai ayat 1-12 kitab Yosua kita menemukan minimal ada 3 hal penting yang dilakukan sebelum merebut Yerikho, yakni:
1.       Pembaharuan Perjanjian Lewat Sunat (ay.1-9)
Di Gilgal itu TUHAN, Allah Israel meminta Yosua untuk menyunatkan lagi orang Israel sebelum merebut Kota Yerikho dan sebelum mereka menikmati Tanah Perjanjian itu. Mengapa di sunat lagi? Bukankah sebelumnya yakni 40 tahun lalu di Padang Gurun mereka sudah di sunat? Mengapa perlu disunat lagi? Tindakan sunat adalah suatu tanda atau simbol perjanjian TUHAN, Allah Israel dengan UmatNya. Bahwa umat Israel akan menjadi bangsa pilihan TUHAN, Allah mereka; umat Israel akan menjadi kepunyaan Allah; dan bahwa dengan demikian umat Israel akan setia kepada TUHAN, Allah mereka. Demikian isi perjanjian itu. Tanda meterai dari perjanjian tersebut adalah Sunat. Sunat adalah tanda bahwa Israel menerima dan menaati isi perjanjian itu dan setia kepada TUHAN.

Namun dalam perjalanan 40 tahun itu umat Israel di padang gurun telah berlaku tidak setia kepada TUHAN dan mengingkari Perjanjian yang mereka buat dengan TUHAN. Disamping itu juga, para generasi tua yang keluar dari Mesir dan mendengar langsung perjanjian itu dan melakukan sunat, telah mati semua di padang gurun. Jadi yang telah siap memasuki Tanah Perjanjian adalah mereka yang lahir di padang Gurun dan yang tidak tahu-menahu tentang perjanjian itu sehingga seluruh mereka belum di sunta. Itulah sebabnya di Gilgal TUHAN meminta Yosua untuk melakukan Sunat bagi para generasi baru itu. Hal ini sekaligus menyimbolkan bahwa Israel generasi baru telah membaharui perjanjian ketaatan mereka kepada TUHAN yang disimbolkan dengan sunat.

Sejak sunat dilakukan di Gilgal, maka TUHAN memandang umat Israel generasi baru itu dengan pandangan yang baru yakni mereka telah bersih dari aib orang-orang Israel di Mesir yang penuh dosa. Pembaruan Perjanjian melalui sunat ini menyimbolkan bahwa TUHAN tidak mengingat lagi masa lalu penuh aib dosa dari umat yang tegar tengkuk itu. Inilah sebabnya tempat diadakan upacara sunat itu disebut Gilgal yang berarti “Aib  telah di hapus TUHAN  (bd. Ay.9)

2.       Ibadah Syukur Paskah (ay.10)
Di Gilgal orang Israel juga sebelum memasuki dan merebut Kota Yerikho, mereka merayakan Paskah. Bagi orang Israel, merayakan Paskah memiliki beberapa makna penting, yakni: pertama, kewajiban agama dalam rangka memperingati karya besar yang TUHAN , Allah mereka perbuat bagi umat-Nya yakni membebaskan mereka dari perbudakan; kedua, sebagai pengajaran dari tahun ke tahun untuk turun-temurun Israel tentang Karya Tuhan itu, supaya mereka tidak melupakan kemurahan dan kebaikan TUHAN, Allah mereka.

Menarik untuk diperhatikan, bahwa pada 40 tahun yang lalu, TUHAN memaklumkan perayaan Paskah pada bulan pertama untuk mereka lakukan tiap tahun (bd. Kel 12). Sekarang di Gilgal, pada bulan pertama juga pada tahun ke-40 mereka merayakan paskah juga. Itu berarti perayaan paskah di Gilgal ini adalah perayaan paskah terakhir di masa pengembaraan dan mulai tahun berikutnya mereka telah merayakan paskah di rumah-rumah sendiri di tanah subur dan bukan di padang gurun. Artinya perayaan paskah di Gilgal adalah awal mereka memulai hidup baru. Dengan demikian momentum perayaan Paskah di Gilgal adalah juga ibadah syukur Israel atas kemurahan TUHAN, Allah mereka.

3.       Makanan dan Pola Hidup Berubah (ay.11-12)
Pada ayat 11-12 kita menemukan sesuatu yang menarik. Selama 40 tahun di padang gurun mereka hanya makan roti Manna (roti yang Tuhan kirim tiap pagi). Selama 40 tahun mereka tidak perlu bersusah payah untuk mencari makan karena sudah disiapkan TUHAN. Makanan sorgawi itu dinikmati sebagai anugerah TUHAN yang mengasihi dan memperhatikan umatNya. Mengapa roti mana diberikan? Karena selama di padang gurun tidak ada sesuatu yang bisa dimakan ataupun tidak ada kesempatan untuk bercocok tanam menikmati hasil bumi.

Namun sekarang di wilayah tanah Kanaan, tepatnya di Gilgal suasana sudah berubah. Tanah itu memiliki hasil bumi yang bisa di makan. Apa yang terjadi? Saat itu juga tiba-tiba roti Manna yang dikirim TUHAN di hentikan. Tuhan berhenti menyediakan makanan bagi umat kesukaanNya secara langsung. Mengapa demikian? Apakah TUHAN sudah berhenti memperhatikan dan mengasihi umatNya? Bukan! Berhentinya roti manna adalah tanda bahwa umat Israel sudah memperoleh fasilitas bahan makanan yang lain, di mana sebelumnya tidak ada di padang Gurun.

Kondisi ini sekaligus menyiapkan umat untuk tidak bermanja-manja lagi. Sebelumnya kalau mereka lapar, maka tinggal ambil roti manna (siap saji) untuk di makan. Di Gilgal mereka disiapkan bahwa Manna sudah tidak ada. Yang harus mereka makan adalah hasil bumi. Maka mereka sudah saatnya mulai bekerja dan mengusahakan makanan sendiri tanpa bermalas-malasan lagi. Sudah cukup TUHAN memfasilitasi  kebutuhan mereka tanpa ada upaya dari umat untuk mengusahakan. Sekarang pola hidup sudah berubah, mereka diajak untuk mau mengusahakan juga kehidupan mereka ke arah lebih baik dengan cara bekerja dan menghasilkan hasil bumi untuk dikeperluan mereka. Gilgal adalah tempat mereka memulai pola hidup baru.


Persatuan Kaum Perempuan yang dikasihi TUHAN,
Dari beberapa uraian Firman Tuhan ini, ada beberapa hal penting yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai orang percaya, yakni:

1.       Janji Tuhan tidak pernah berubah dan selalu ditepatiNya. Sejak janji TUHAN akan memberikan Tanah Kanaan kepada Abraham dan turunannya hingga menggenapan di Gilgal itu butuh ratusan tahun. Israel mengembara butuh 40 tahun. Di Gilgal mereka tidak bisa langsung masuk Yerikho karena tembok tinggi yang menghalang. Butuh 7 hari kelilingi tembok sedingga roboh dan mereka menikmati tanah perjanjian itu. Andai tidak memiliki iman dan pengharapan, mungkin Musa dan Yosua akan ikut-ikutan meragukan janji TUHAN itu sebagaimana  bangsa Israel lakukan.

Berapa banyak dari kita yang saat ini masih di masa Abraham dalam hal penantian penggenapan janji TUHAN dalam hidup rumah tangga? Atau mungkin ada diantara kita justru sudah berada di tahap pengembaraan padang gurun 40 tahun; atau barangkali kita sudah ada di Gilgal. Di manapun ibu2 berada saat ini, kita butuh iman dan pengharapan agar tetap teguh dan percaya bahwa janji TUHAN pasti akan di genapi. Jangan meragukan TUHAN hanya karena soal waktu. Ia selalu tepat waktu.

2.       Perhatikan apa yang terjadi di Gilgal. Sebelum pemenuhan janji TUHAN itu di genapi meteka harus membaharui perjanjian dengan TUHAN melalui sunat. Hal ini penting supaya mereka benar2 kudus dan layak menerima berkat janji itu. Demikian juga dengan kita. Saatnya kita harus berada di Gilgal kehidupan ini untuk mengotreksi dir dan memperhatikan perjalanan hidup masa lampau tentang bagaimanakah hidup kita di hadapan TUHAN. Kenajisan hidup menghalangi Israel memasuki tanah perjanjian sehingga mereka perlu untuk memperbaharui perjanjian itu.

Demikian juga denga  kita saat ini. Sudah pasti penggenapan janji TUHAN tentang berkat dalam rumah tangga seringkali digilgalkan dulu alias dipending dulu supaya ada momen dan kesempatan kita membaharui diri dan kehidupan kita yang tidak benar. Kita perlu baharui hidup agar janji berkat itu digenapi TUHAN. Jangan pernah berharap bahwa TUHAN memberikan penggenapan janji2 Nya bagi kita jika tahap Gilgal belum kita lalui. Tahap Gilgal adalah tahap untuk mengoreksi diri, membaharui hubungan dengan TUHAN; tahap untuk hdup benar dan kudus. Jangan hanya MENAGIH janji TUHAN sementara hidup kita sendiri belum benar2 melunasi janji2 kita kepada TUHAN.

3.       Gilgal ada tempat transisi masa lampau ke masa depan. Israel berhenti memperoleh Manna dan harus bekerja dan mengusahakan hasil bumi sendiri. Saatnya pula kita memasuki Gilgal untuk mengubah cara pandang tentang berkat dan menggenapan janji TUHAN itu. Jangan berpangku tangan. Berkat tidak jatuh dari langit. Zaman Manna sudah berakhir. Kita harus mengusahakan berkat TUHAN itu dan mengerjakan bersama TUHAN agar janji-janjiNya itu segera digenapi.

Karena itu ibu2, marilah kita masuki tahap Hidup Gilgal ini. Tahap kita meninggalkan manusia lama dan memasuki tahapan manusia baru. Kehidupan lama mari kita tinggalkan di Gilgal hidup ini, dan mari baharui komitmen kita sekeluarga dengan TUHAN untuk memasuki pola hidup yang baru dengan berkat TUHAN yang mennanti digenapi di masa depan kita. Amin