Bahan
Khotbah IHM
Minggu, 03
November 2019
Oleh:
Vik. Victoriana Desmatrusia Resdawati, S. Th
Vik. Victoriana Desmatrusia Resdawati, S. Th
(Bahan Khotbah di GPIB Immanuel Depok)
PENGANTAR
Seorang
petani pasti tahu membedakan mana
tanah yang baik/tidak baik ; mana
benih yang bagus/tidak bagus ; dan kapan
waktu tepat untuk menabur/menuai. Proses panjang dilakukan, dari mempersiapkan
luas tanah, membersihkan tanaman liar, menggemburkan tanah/membakar (jika
ladang), lalu dibiarkan beberapa hari dan kemudian proses menabur benih baru
dilakukan. Jadi, rasanya tidak mungkin bagi petani membuang benih secara
sembarangan. Ini bukan pekerjaan mudah, tetapi butuh tenaga ekstra dan
kesabaran untuk mendapatkan hasil terbaik.
Namun,
ada yang menarik dari kisah Tuhan Yesus mengenai penabur/petani yang berbanding
terbalik dengan petani umumnya. Rupanya, pola bertani orang Israel pada waktu itu
adalah menabur benih dulu, kemudian baru diolah. Dengan kata lain, mereka tidak
mempersiapkan tanah untuk bertani/berladang di tahap awal, melainkan setelah
benih itu tumbuh, baru tanah/ladang di persiapkan.
Yesus
sengaja mengambil contoh kehidupan keseharian masyarakat Israel untuk
memudahkan mereka memahami pengajaran Yesus mengenai respon terhadap Firman
Allah.
PEMAHAMAN TEKS
Menariknya,
benih yang ditabur, dikiasahkan jatuh di 4 jenis tanah yang berbeda.
Perhatikan, bahwa menghamburkan benih dilakukan oleh penabur sesuai dengan
lokasi dan tempat. Namun, karena faktor tertentu, yakni gaya/kekuatan melempar
benih rupanya mempengaruhi lokasi tempat benih jatuh, yakni diluar target tanah
yang dikhususkan untuk benih. Bagian bacaan ini memaparkan 4 tempat yang
dimaksud, yaitu:
1. Jatuh di pinggir jalan (ay.4). diduga
bahwa lahan taburan benih berada dekat dengan jalan (berbatasan dengan jalan).
Akibatnya, burung-burung dengan mudah menikmati “makanan gratis” ini ketika
jatuh di jalanan tersebut.
2. Jatuh di tanah yang berbatu-batu
(ay.5). Kita juga dapat menduga bahwa ada beberapa bagian tanah berbatu yang
berdekatan dengan lahan khusus untuk menabur benih. Maka ketika benih dilempar
atau ditabur, beberapa bagian jatuh di tanah berbatu itu. Karena lebih banyak batuh
daripada tanah, ketika benih tumbuh, tidak bertahan lama dan kemudian layu
serta menjadi kering (mati).
3. Jatuh di tengah semak duri (ay.7).
Sekali lagi kitapun dapat menduga bahan di sekitar lahan taburan benih, ada
daerah tanah yang penuh dengan semak duri yang sudah duluan tumbuh. Benih yang
ditaburpun kemudian tumbuh, namun tidak mampu bersaing mendapatkan unsur hara dalam tanah, terjepit oleh
semak duri. Tidak heran jika belum sempat berbuah, benih yang tumbuh itu sudah
mati.
4. Jatuh di tanah yang baik (ay.8).
Tanah yang baik dimaksud tentu adalah ladang sebagai target utama penabur itu
menabur benih. Subur tumbuhnya dan kemudian berbuah.
Jenis dan
model tanah tempat benih jatuh, adalah mewakili tipe orang percaya dan cara
mereka bereaksi terhadap Firman yang ditabur serta faktor lain di sekitar
mereka:
a. Ditabur
dijalan adalah tipe orang percaya yang lambat menangkap Firman Tuhan. Benih itu
kemudian diambil oleh Iblis. Hal ini menunjuk soal pola hidup beriman yang
cendrung untuk mengabaikan kebenaran, lalu kemudian tanpa sadar kebenaran itu
mulai kehilangan wujudkan ketika godan hidup datang dari si jahat.
b. Ditabur
di tanah berbatu adalah mereka yang bereaksi positif terhadap Firman Tuhan,
namun sayangnya tidak dihayati dengan dalam dan enggan mengerjakannya. Maka
ketika menghadapi tantangan iman entah oleh penganiayaan dan penindasan, iman
mereka goyah. Mereka kemudian meninggalkan kebenaran yang telah diterimanya.
c. Ditabur
di semak berduri adalah gambaran orang percaya yang mendengar Firman. Mereka
bisa jadi mengerjakannya dan kemudian tumbuh. Namun godaan dunia yang begitu
menghimpit, kuasa kedagingan yang begitu menggoda, Firman yang berhasil mereka
hayati dan imani itu, nyatanya tidak mampu mereka terapkan dalam kehidupan.
Memilih menikmati keinginan duniawi. Akhirnya tidak ada buah yang dihaslkan.
d. Ditabur
ditempat yang subur adalah mereka yang mampu menghayati dan mengerjakan dengan
setia kebenaran Firman yang sudah mereka dengar. Hidup mereka berpadanan dengan
apa yang dikatakan Firman. Mereka berbuah untuk hormat dan kemuliaan Tuhan.
Perhatikanlah bahwa perumpamaan ini tidak bicara soal
tanah dan lahan subur atau tidak. Melainkan berbicara soal bagaimana reaksi
seseorang terhadap kebenaran Firman yang disampaikan. Sebab bagaimanapun tidak
ada diantara kita yang berada di lahan subur tanpa masalah. Himpitan godaan
dunia selalu ada. Bahkan karena lebel iman kita, penganiayaan terselubung kita
alamai. Entah promosi jabatan yang gagal karena kita beragama Kristen, bahkan
ada juga anak2 kita disekolah negeri yang tidak mendapat pelajaran agama dll.
Tidak ada yang benar-benar berada di lahan yang subur.
Jadi persoalan kita bukan pada lahannya, bukan soal kondisi sekitar, melainkan
lebih pada bagaimana kita sebagai orang percaya merespon kebenaran Firman yang
diajarkan, menyerap dengan baik, merawatnya, bertumbuh dalam iman dan kemudian
berbuah bagi kemuliaan namanNya.
RELEVANSI
DAN APLIKAI
Bagaimana
Firman Tuhan ini hendak dilakukan dalam hidup sehari-hari:
1. Benih
bisa berarti Injil tempat gereja bertumbuh, termasuk GPIB. Ada rupa-rupa tanah
yang berarti ada rupa-rupa model tantangan.
Tugas
kita sebagai gereja adalah tetap tumbuh dan berbuah bagi kemuliaan-Nya. 71
tahun usia diberikan Allah bagi GPIB untuk bertumbuh dan berbuah, tidak jarang
mengalami jatuh bangun oleh himpitan batu, semak duri, bahkan harus berhadapan
dengan kekuatan besar yang merampas pertumbuhan. Tetapi, mari bersyukur sebab
hingga saat ini, tidak sedikit buah yang di panen.
Oleh
sebab itu, sebagai ‘gereja’, mari
terus giat sebagai pekerja Kristus, tidak peduli ditanah mana, tetapi Tuhan
tahu benih-benih-Nya punya kualitas jempolan, maka biarkan Tuhan yang
sempurnakan segala sesuatu menurut waktu dan kehendak-Nya. Tugas kita hanya
bersedia memberi diri untuk IA pakai, baik menjadi benih atau tanah bagi
kemuliaan nama-Nya.
2. Disisi
lain, benih itu juga bisa berarti kehidupan. Rupa-rupa lahan berarti rupa-rupa
tantangan, sedangkan bebatuan adalah gambaran pergumulan, cobaan dan godaan
digambarkan seperti onak duri yang dapat menggoncang iman orang percaya.
Benar,
tidak mudah menjalani semuanya, kadang muncul pilihan ingin menyerah dan
mengikuti arus saja. Ingat! Kita dipanggil untuk bersaksi bagi nama-Nya, ini
kesempatan luar biasa yang tidak diberi kepada banyak orang. Jadi, jangan
sampai kondisi dunia membelenggu tugas bersaksi, tetapi cari dan temui Tuhan di kondisi apapun.
Kita
dipanggil untuk tetap menjalani kehidupan, dengan percaya bahwa soal bertumbuh
dan berbuah ada di wilayah Tuhan. Bpk/ibu
dan saya hanya diminta untuk terus berjuang dan berusaha, seperti Paulus
menanam dan Apolos menyiram, namun di atas itu semua tetap berpengharapan
kepada Kristus, sebab hanya TUHAN yang mampu memberi pertumbuhan.
Mari muliakan Tuhan lewat karya hidup sehari-hari,
dengan cara mencintai firman Tuhan, kemudian menjadi benih dan tanah yang
berkualitas untuk hormat dan kemuliaan bagi nama Allah.
Tuhan Yesus Memberkati.