Tuesday, January 17, 2012

MATERI RENUNGAN IBADAH SEKTOR, 18 JANUARI 2012

REFLEKSI RENUNGAN RABU, 18 JANUARI 2012

by: Pdt. Yvonne De Carlo Taropatty on Wednesday, January 18, 2012 at 7:03am
Kejadian 18: 11-15 “ Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan

Ternyata tertawa tidak saja merupakan puncak kegembiraan, titik tertinggi keceriaan dan ujung sukacita sebagai ekspresi dari perasaan bahagia, tetapi tertawa juga  dapat bermakna lain misalnya: tertawa sinis yang bernada menghina dan merendahkan seseorang, tertawa karena kecewa dan putus asa, tertawa dari perasaan tidak yakin terhadap sesuatu yang ia alami seperti Sara, ketika para tamunya berkata: “Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara isterimu akan mempunyai seorang anak laki-laki dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang dibelakangnya” (ay 10)

Sara menganggap kata-kata yang diucapkan tamunya itu hanya sebagai suatu harapan sahabat, lips servis (pemanis mulut) yang menyatakan rasa-terimakasihnya karena sudah dijamu seramah itu. Sara mengambil kesimpulan, para tamu itu tidak mengetahui bahwa usianya telah lanjut, karena biasanya wanita Yahudi tidak boleh hadir dan menampakkan diri ke ruang para lelaki jika ada lelaki lain yang bertandang ke rumah mereka. Sara mengambil kesimpulan, para tamu itu tidak mengetahui bahwa usianya telah lanjut. Itulah sebabnya dibelakang ia mentertawakan apa yang diucapkan para tamu itu!

Sara merasa aneh, ganjil dan lucu. Mungkinkah itu terjadi? Bukankah secara logika, akal sehat dan alamiah hal itu sama dengan mision imposible, tidak mungkin dan mustahil!! Mengingat ketika itu Abram sudah berusia 90 tahun dan Sara juga sudah lanjut umur, ia sudah mati haid alias menapose bahkan Sara menyebut Abraham dan dirinya sendiri sudah tua dan sudah lay (ay 11) sudah menjadi opa oma, opung alias sudah menjadi anggota PKLU. Saat ini manusia yang berusia 90 tahun jarang sekali masih hidup dan kalau masih ada maka biasanya kondisi mereka sudah disebut 10 L (Lemas, layu, lesu, loyo, lunglai, lamban, lupa, linu-linu bahkan sampai lumpuh...)

Allah tidak akan membiarkan mereka menjadi kering dan tua keronta dalam harapan yang sia-sia, Ishak adalah bukti bahwa Allah setia pada janjiNya yang telah memanggil Abraham dan keturunannya dalam suatu rencanaNya yang Agung yaitu karya penyelamatanNya yang kita tahu telah digenapi didalam dan melalui kelahiran, penderitaan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Bukankah hal ini sesuai dengan janjiNya:”.....dan olehmu semua kaum di buka bumi akan mendapat berkat” (Kej 12:3)

Allah yang Maha Kuasa dan Maha Tahu tersebut tidak pernah meleset dengan apa yang dijanjikannya. Apa yang pernah diucapkan Allah di pasal 12 dan 15 sekarang diteguhkan lagi, diingatkan lagi kepada Abraham dan Sara bahwa janjiNya itu Ya dan Amin! Allah juga ingin menyatakan kepada mereka bahwa anak yang akan lahir itu bukanlah semata-mata hasil keinginan biologis antara laki-laki dan perempuan. Bukan pula atas kehendak Abraham dan Sara sendiri, tetapi kepada kehendak dan rencana Allah, Ia sendiri yang menetapkan bahwa Ishak adalah “anak perjanjian” Ishak adalah bukti bahwa Allah setia kepada janjiNya!

Janji manusia terkadang bisa meleset, bisa gagal dan bisa tidak dipenuhi. Dalam hidup ini banyak sekali janji-janji yang diucapkan oleh orang kristen seperti misalkan:
  • Pada waktu orang tua membawa anak-anaknya untuk menerima sakramen Baptisan Kudus, mereka berjanji ya dengan segenap hatiku, aku akan mengajarkan anak-anaku tentang siapa Yesus, apa yang difirmankan Allah sampai suatu saat  secara pribadi mereka mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan akan keselamatan mereka, tetapi dalam pertengahan jalan banyak orang tua yang gagal memenuhi janjinya.
  • Pada waktu seseorang di Sidi, mereka berjanji ya dengan segenap hatiku dengan setia mengikut Yesus dan tidak akan tergoyah oleh apapun juga, tetapi kenyataannya banyak sekali anak-anak kita yang menyeberang dan menyangkal Yesus hanya karena teman hidup atau jabatan.
  • Pada waktu seseorang menikah, mereka berjanji ya dengan segenap hatiku, aku akan setia dalam suka dalam duka dalam keadaan apapun sampai maut memisahkan kita, tetapi kenytaannya banyak sekali pasangan kristen yang cerai berai oleh karena berbagai hal yang mereka alami.
  • Pada waktu seseorang diangkat dalam sumpah/janji jabatan, ya saya berjanji bahwa saya akan mengabdikan diri saya dengan setia dan jujur serta tidak akan menerima apapun dan dalam bentuk apapun, tetapi banyak sekali orang kristen yang menjadi koruptor dan menyalahgunakan jabatannya yang kemudian berakhir di penjara!
  • Pada saat dipilih sebagai Presbiter (Penatua, diaken dan Pendeta) atau sebagai pengurus PELKAT dan Panitia-panitia, mereka berjanji ya dengan segenap hatiku akan menjalankan tugas panggilan dan pengutusan Allah ini dengan setia, tetapi kenyataannya banyak sekali Presbiter dan pengurus PELKAST yang setia hanya diawal-awal dan diakhir-akhir tugasnya menjelang pemilihan Presbiter atau pengurus PELKAT yang baru...
Dan masih banyak lagi-janji-janji yang diucapkan manusia, tetapi dikemudian hari mereka mengingkarinya. Abraham dan Sara diingatkan kembali bahwa mereka tidak berhak mentertawakan apa yang pernah dijanjikan Allah tersebut.

Dalam pengalaman kehidupan sehari-hari, diisatu sisi terkadang kitapun tertawa sinis penuh keraguan dan tidak percaya ketika Firman Tuhan disampaikan kepada kita bahwa Allah pasti memenuhi janjiNya tepat pada waktunya, indah pada saatnya. Disisi lain banyak kali orang hanya mau menerima janji Tuhan tetapi tidak mau hidup sesuai dengan cara Tuhan, agar supaya Ia bisa memenuhi janjiNyA

Kepada Abraham dan Sarapun Allah tidak saja mengingat mereka untuk tidak mentertawakan penuh keraguan akan janjiNya tersebut, tetapi juga ada konsekwensi logis yang harus mereka lakukan agar supaya janjiNya tersebut menjadi kenyataan yaitu: “Hiduplah dihadapanKu dengan tidak bercela” (Kej17:1)

Refleksi bagi kita, dari kisah ini kita belajar bahwa kita tidak perlu tertawa penuh keraguan ketika Ia menyatakan janjiNya kepada kita karena bagi Dia dan di dalam Dia tidak ada yang mustahil untuk memenuhi janjiNya, asalkan kita percaya dan ikut cara serta kehendak Tuhan agar Ia memenuhi janjiNya...(ydtl)