DIBAHARUI UNTUK MEMBAHARUI
Bahan
Khotbah Ibadah Minggu
02 Februari 2019
P
E N D A H U L U A N
Ada pepatah mengatakan: “dari
mata turun ke hati”. Umumnya mata disebut sebagai jendela bagi jiwa.
Mata meperlihatkan keindahan dan keburukan yang akan direspon oleh jiwa dan
kemudian mengolahnya menjadi keinginan, penolakan, kekaguman dsb. Namun
apabila kita merujuk Roma 10:17 disebutkan: “…iman timbul dari pendengaran,
dan pendengaran oleh Firman Kristus. Pernyataan Paulus ini menegaskan
bahwa kemampuan percaya datang dari mendengar Firman Tuhan. Mendengar dimaksud
bukan hanya menggunakan telinga, tetapi juga hati sebagai tanda ketaatan. Jadi
mendengar Firman yakni bermakna “dengar-dengaran” (taat) pada Firman,
melahirkan iman dan keyakinan percaya.
Inilah yang dialami oleh Yosia, raja Yehuda (Israel
Selatan). Pada waktu ia melihat gulungan kitab Taurat dan meminta untuk
dibacakan, ia bukan saja mendengar Firman tapi juga mengalami pengalaman
spiritual yakni percaya pada Firman itu dan kemudian menyadari segala kesalahan
bangsanya yang tidak taat itu.
EXEGESE
TEKS (Uraian Perikop)
Beberapa hal menarik tentang kisah Raja Yosia dalam
2 Raja-raja 22:1-13 ini dapat dilihat dari beberapa pokok penting berikut ini:
1.
Siapakah Yosia
Nama ini dari bah. Ibrani:
יאשיה
(baca: Yo'syîyâhû)
yang berarti
“TUHAN menopang”.
Ia adalah salah satu raja Israel Selatan
(Yehuda), seorang raja yang masih muda. Ia naik
tahta pada saat berumur delapan tahun (2 Raj. 22:1). Yosia
adalah anak dari raja sebelumnya yaitu raja Amon
(2 Raj. 21:26). Ayahnya Yosia adalah
seorang raja yang melakukan hal-hal yang jahat di mata TUHAN, seperti juga yang telah dilakukan oleh kakeknya, raja Manasye
(2 Raj. 21:20). Namun Yosia ternyata
berbeda dengan ayah dan kakeknya, ia tidak menjadi
seorang raja yang berbuat jahat. Sebaliknya, ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup sama seperti Daud,
bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke
kanan atau ke kiri. (2 Raj. 22:2).
Sebagaimana
disebutkan di atas, ia berbeda dari ayah dan kakeknya. Pada usia yang masih
muda belia yakni berumur 16 tahun (masa 8 tahun pemerintahannya), Yosia
mengambil sikap dan pilihan iman yang penting yakni mencari Allah Daud bapa
leluhurnya. Ia bukan saja membaharui imannya di hadapan Allah, tetapi juga
menggunakan kekuasaannya untuk membaharui iman bangsanya. Hal ini terlihat
ketika pada usia 20 tahun yakni pada tahun ke 12 masa pemerintahannya, Yosia
menguduskan bukit-bukit pengorbaan untuk para berhala, dan menghancurkan
patung-patung pahatan dan tuangan( 2Taw.34:3). Para baal ini diratakan oleh
Yosia dengan cara menghancurkan seluruh mezbah-mezbah penyembahan kepada allah
buatan tangan manusia. Tidak ada yang tersisa dari para baal itu di Yehuda
bahkan hingga menyebrang ke daerah Utara (2Taw.34:4-7).
Maka kita
dapat menyimpulkan hal penting ini, yakni Yosia adalah seorang raja Yehuda yang
sungguh-sungguh mencari TUHAN dan sangat aktif untuk membaharui iman bangsanya.
Tidak heran jika pada bacaan kita, ia disebut sebagai pribadi yang tidak
menyimpang ke kanan atau ke kiri (ay.2).
2. Milik TUHAN untuk
TUHAN (ay.3-7)
Sepertinya setelah menghancurkan fasilitas
penyembahan kepada para baal, Yosia menuntun umat untuk kembali menyembah
TUHAN. Namun karena cukup lama orang meninggalkan kehidupan keagamaan di Bait Allah,
rumah TUHAN ini tidak terurus. Yosia melakukan upaya untuk memperbaiki rumah
TUHAN tersebut. Proses perbaikan rumah TUHAN itu sepertinya berlangsung sejak
awal penghancuran fasilitas para penyembah baal. Hal ini terlihat dalam bacaan
kita bahwa para pekerja bukan baru mulai mengerjalan, tapi sudah berada di
rumah TUHAN untuk memperbaikinya (ay.5).
Proses perbaikan rumah TUHAN
dimulai oleh Yosia melalui penggalangan dana yang dilakukan olehnya. Caranya
adalah lewat mewajibkan rakyat berpartisipasi mengumpulkan dana untuk kebutuhan
tersebut (ay.4). Menarik untuk diteladani, bahwa Yosia melibatkan rakyat. Bahwa
dana yang dikumpul berasal dari rakyat juga (tentu sangat mungkin dana kerajaan
juga disumbangkan) agar rakyat merasa memiliki tanggung-jawab pada rumah TUHAN
tersebut.
Perhatikanlah bahwa sejak awal
pengumpulan dana tersebut, ditujukan hanya untuk digunakan memperbaiki rumah
TUHAN. Itulah sebabnya Yosia meminta para kolektan pengumpul dana tersebut
untuk segera menyerahkan kepada pengawas rumah TUHAN supaya diberikan kepada
seluruh pekerja (ay.5). Ia juga secara khusus menentukan orang kepercayaan
yakni Safan sebagai pengantar dana tersebut. Perhatikanlah bahwa Yosia sanga
serius tentang hal ini. Uang yang dikumpulkan untuk TUHAN (bait Allah) harus
digunakan murni untuk TUHAN. Bisa saja dengan segala kekuasaannya ia
menyelewengkan dana tersebut, atau menjtup jalur bantuan kerajaan untuk membatu
pengerjaan rumah TUHAN yang sedang diperbaiki itu.
Yosia adalah pribadi yang jujur
yang menekankan tentang kejujuran juga di hadapan TUHAN. Hal ini terlihat pada
ayat 7, ketika dana itu dipercayakan sepenuhnya kepada para pekerja tanpa perlu
mebuat hitungan perincian. Alasannya hanya satu: karena mereka bekerja dengan
jujur. Perhatikan pernyataan ini. Bisa jadi karena raja memberikan
kepercayaan yang tinggi bagi pekerjanya, bisa juga karena sebelum menentukan
siapa para pekerjanya, ia sudah menekankan akan hal itu. Bahkan sangat mungkin
dengan teliti sang Raja menyaring orang-orang tertentu yang dianggap jujur
dalam bekerja. Intinya, Yosia menyiapakn dengan matang termasuk soal dana agar
tidak diselewengkan. Sebab milik TUHAN harus kembali kepada TUHAN.
3. Mendengar
Firman mengalami pembaharuan (ay.10-13)
Peristiwa yang mengejutkan justru terjadi pada Safan
mengantar dana pembangunan itu kepada Hilkia imam besar bait Allah, yakni telah
ditemukan kitab Taurat di rumah TUHAN
(ay.8). Tidak diketahui apakah 5 kitab yang ditemukan ataukah hanya bagian
tertentu.[1] Tetapi bukan hal itu yang menjadiperhatian
kita, melainkan apa yang terjadi selanjutnya. Safan datang menemui raja dan
menyampaikan bahwa telah ditemukan kitab Taurat oleh Hilkia dan kemudian atas
inisiatif Safan sendiri, ia membacakan kitab itu di hadapan Yosia (ay.10)
Pada ayat 10-13,
kita disajikan hal penting dan menarik dari peristiwa pembacaan Kitab Taurat
itu dan reaksi raja Yosia, yakni:
a. Mengapa Safan serta-merta membaca kitab itu di
hadapan Raja Yosia? Hal ini menarik untuk ditelusuri. Perhatikan ayat 8 bacaan
kita. Ketika ia menerima Taurat ini dari Imam Besar Hilkia, disebutkan bahwa “dan Safan
terus membacanya”. Rupanya
sebelum Sarfan membaca Taurat ini di hadapan Yosia ia telah lebuh dahulu
membacanya, bahakan secara terus menerus. Firman Tuhan yang dibaca secara terus
menerus itu menjadi kekuatan yang mendorong Sarfan membaca di hadapan raja.
b. Apakah reaksi Raja Yosia? Perhatikan ayat 11
bacaan kita, yaitu: “dikoyakkanlah pakaiannya”. Hal ini menarik. Sebab mengoyakkan
pakaian adalah tanda penyesalan yang berhubungan dengan kesalahan. Apakah kesalahan
Yosia? Jika melihat ayat 2 dan uraian sebelumnya, bukankah Yosia terkenal
pribadi yang takut TUHAN? Rupanya ini adalah reaksi terhadap dosa yang dibuat
bangsanya. Tetapi juga jika membaca ay.19 kita mendapatkan konfirmasi dari
perkataan TUHAN sendiri bahwa sikap Yosia
dipandang Allah sebagai cara dia merendahan diri di hadapan TUHAN, Allah Israel.
Jadi, walaupun ia lurus di hadapan TUHAN, hal ini tidak membuat Yosia merasa
diri benar. Ia justru merendahkan dirinya dan menyesali dosa-dosa yang terjadi
karena bangsa ini. Menarik, bukan?
c. Pada ayat 13, penyesalan Yosia dan sikap
merendahkan diri ini ternyata bukan “cari muka” di depan umum. Bukan!! Hal ini terlihat dari perintah yang ia
berikan kepada Imam Besar Hilkia dan jajarannya (ay.12) agar mereka mencari
petunjuk tentang apa yang mesti dilakukan kemudian, Yah… Yosia tidak membiarkan
Taurat itu begitu saja, justru meminta petunjuk tentang langkah yang harus
diambil agar mereka tidak berbuat salah terhadap perintah yang baru saja mereka
kenal itu. Luar bisa, bukan?
APLIKASI DAN RELEFANSI
Silakan hubungkan poin2 ini berdasarkan kehidupan saat ini terutama
mengenai:
1. Pentingnya hidup mencari kebenaran di hadapan Allah
dan kembali kepada iman yang sesungguhnya. Logika berpikir, situasi dan
keadaan, jabatan dan status sosial harusnya tidak menghalangi orang percaya
untuk merendahkan diri kepada Allah sebagaimana Yosia yang sejak muda mencari Allah
nenek moyangnya.
2. Usia tidak menjamin keimanan seseorang. Hal ini
terbukti pada Yosia yang secara mandiri sejak usia 20 tahun memeluk iman yang
baru, yakni iman yang bertenangan dengan orang tuanya. Penyembah berhala dua
generasi yakni ayah dan kakeknya, justru ia tinggalkan dan mengambil sikap
menyembah dan memilih percaya kepada TUHAN, Allah Israel.
Bukan itu saja, biasanya
orang menggunakan kekuasaan dan statsus sosialuntuk kepentingan diri. Tidak bagi
Yosia. Justru sebagai raja ia memanfaatkan jabatannya untuk kemuliaan Allah dan
menggiring rakyatnya kembali kepada TUHAN. Memperbaiki ruma TUHAN dan
memperlajari Taurat adalah bukti keseriusan Raja Yosia yang memnafaatkan dengan
benar jabatan dan kekuasaannya.
3. Mendengar Firman harusnya dibarengi dengan
ketaatan pada Firman itu. Sebab “dengar
Firman tidak sama dengan dengar-dengaran pada Firman”. Banyak orang sering mendengar Firman, tetapi
apakah kemudian membuka hati pada kebenaran itu dan kemudian melakukannya,
tidak semua berbuat seperti itu. Yosia memberi contoh yang menarik. Kerendahan hatinya
di hadapan Allah adalah hal yang penting. Padahal ia baru mengenal Firman itu. Bisa
jadi beralasan: “ah… wajar dong jika
bikin dosa, tokh kita baru tau ebenaran itu”.tidak
ada pembelaan seperti itu bagi Yosia. Ia malah menyesal dan merendahkan diri di
hadapan Allah.
[1] Beberapa
penafsir belum sepakat tentang hal ini. Ada yang menyebutkan
bagian dari Taurat yang ditemukan adalah Ul 12-26 untuk melegitimasi restorasi
bait Allah yang dilakukan oleh Yosia. Ada juga yang menyebut keseluruhan Taurat,
tetapi sulit diterima jika Safan dan Yosia mampu mebaca keseluruhan kitab. Lihat
Tafsiran Alkitab Masa Kini Jilid I hlm 589.