KISAH PARA RASUL 4:1-4
PENDAHULUAN
Memanfaatkan tiap peluang sekecil apapun untuk mencapai suatu target
besar adalah awal kesuksesan. Pernyataan ini memberi arti bahwa jika ingin
berhasil maka setiap orang harus mampu melihat peluang dan kesempatan untuk
dengan bijak memanfaatkan sebaik mungkin kesempatan yang ada.
Kondisi ini pula yang dialami dan dilakukan oleh Rasul Petrus. Ketika
ia mampu menyembuhkan orang lumpuh sehingga bisa berjalan (ay.1-10), maka
peristiwa itu menghebohkan orang-orang yang berada di sekitar Bait Allah.
Mereka kemudian mengerumuni Petrus dan Yohanes di Serambi Salomo (ay.11).
Petrus melihat bahwa hal ini adalah peluang untuk memberitakan Injil tentang
Yesus Kristus.
Itulah sebabnya, pada aya-ayat selanjutnya, kita menemukan bahwa dengan
berani dan tegas, Petrus memberitakan nama Yesus dan mengajar orang banyak
tentang siapakah Yesus itu.
TELAAH PERIKOP
Rupanya ada resiko besar yang harus diterima oleh Petrus dan Yohanes
ketika mereka dengan berani dan penuh semangat memberitakan nama Yesus Kristus
sebagai pribadi yang bangkit dan berkuasa.
Saat sedang berkhotbah, mereka di datangi oleh para
Imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang2 Saduki (ay.1). Siapakah
orang-orang tersebut? Mereka yang datang adalah orang-orang terpandang dan
sangat berwibawa kalangan agama
Yahudi.
Tiga kelompok yang datang dan memarahi mereka, datang
dengan kepentingan dan tanggung-jawab berbeda-beda, yakni:
-
Imam-imam mungkin marah karena menganggap bahwa rasul-rasul
itu tidak mempunyai hak untuk berkhotbah sebab mereka bukan kelompok lewi
sebagai pelayan bait Allah dan bukan turunan Harun sebagai imam. Hal ini berarti mempersoalkan otoritas dan
wibawa lembaga agama yakni wibawa Majelis Sanhendrin. Para rasul yang hanya
nelayan itu dianggap telah mencoreng wibawa dan otoritas imam karena berani
berkhotbah.
-
Sedangkan orang Saduki mungkin marah karena rasul-rasul
memberitakan adanya kebangkitan (ay 2 bdk. Kis 3:15 bdk. Mat 22:23). Ini bicara
soal kemurnian ajaran. Orang saduki menganggap tidak ada kebangkitan sesudah
kematian. Jika para rasul memberitakannya, maka hal itu berrti sesat.
-
Orang ketiga adalah kepala Penjaga Bait Allah. Terkumpulnya
banyak orang akan menciptakan keramaian di sekitar wilayah itu. Karena diduga
bahwa pelanggaran yang dilakukan ada hubungannya dengan Bait Allah dan wibawa
agama Yahudi, maka kepala pengawal Bait Allah - lah yang memiliki wewenang
untuk mengamankan mereka dan bukan pengawal kerajaan.
Menarik sekali melihat kejanggalan peristiwa ini.
Petrus dan Yohanes langsung ditangkap tanpa tahu apa sesungguhnya kesalahan
mereka (ay.3). Perlakuan tidak adil ini semakin menarik ketika kita tidak
menemukan usaha Petrus dan Yohanes untuk melawan. Mereka seakan menurut saja
dan membiarkan diri mereka berdua di giring bagaikan penjahat. Tindakan diam
yang dilakukan oleh kedua rasul ini bukan berarti bahwa mereka takut dan gentar
sehinga bungkam dan berdiam seribu bahasa. Sebab pada ayat 5 dst kita justru
menemukan bahwa Petrus dan Yohanes justru lebih lantang lagi berbicara ketika
mereka diminta keteranganya (ay.5 dst)
Hal ini menunjukka bahwa strategi pekabaran injil
telah disiapkan matang oleh keduanya yang tentu melalui hikmat Tuhan. Kekerasan
tidak harus dilawan dengan kekerasan sebab keadilan Tuhan selalu datang tepat
waktu. Bayangkan jika Petrus berontak saat di tahan, mungkin kisahnya tidak
akan seperti ini. Mungkin pula bahwa mereka tidak diberi kesempatan untuk
memberitakan Injil.
Berita sedih pekabaran Injil perdana para rasul ini
justru bukan menjadi akhir kisah. Dalam ayat 4 kita meneukan berita baik. Bahwa
hasil dan khotbah Petrus di Serambi Saloma telah menyelamatkan banyak jiwa.
Mereka bertobat dan menerima Tuhan Yesus. Jumlahnya tidak sedikit, mencapai
bilangan lima ribu orang laki-laki yang diselamatkan dari hasil pengajaran itu
dan belum termasuk jumlah perempuannya (ay.5).
Kanyataan dalam ayat 4 ini menegaskan bagi orang
percaya bahwa kuasa Firman Tuhan yang keluar dari mulut para pemberita tidak
pernah keluar dengan cuma-Cuma. Tidak pernah menjadi sia-sia apa yang dkerjakan
untuk Tuhan. Hal ini terbukti dari ayat 4 bacaan kita saat ini.
RELEVANSI DAN
APLIKASI
Terdapat beberapa hal penting dari Firman Tuhan ini untuk diaplikasikan
atau diterapkan dalam kehidupan kita, yakni:
1.
Pada ayat 2 kita menemukan bahwa ada orang2 yang marah
terhadap yang dilakukan oleh Petrus dan Yohanes. Ini perlu kita bandingkan
dengan Kis 2:47 yang mengatakan bahwa orang kristen disukai oleh semua orang.
Jelas bahwa kata ‘semua’ itu tidak mungkin dimutlakkan. Orang kristen yang
betul-betul mau hidup sesuai dengan kehendak Tuhan memang tidak mungkin bisa
disukai semua orang (bdk. Yoh 15:18-21 2Tim 3:12). Bahkan bisa saja ada
orang-orang yang mula-mula menyukai kita sebagai orang kristen, tetapi setelah kita
mulai memberitakan Injil kepadanya, menegur dosanya dsb, lalu menjadi benci
kepada kita.
2.
Kelihatannya, dengan ditangkap dan dipenjarakannya
rasul-rasul, maka habislah riwayat kekristenan / gereja saat itu. Firman Tuhan
menjadi tidak memiliki kuasa. Firman Tuhan terbelenggu oleh dinginnya dinding
rumah tahanan. Tetapi betulkah demikian? Perhatikan ay 4. Rasul-rasul itu boleh
dibelenggu, tetapi Firman Tuhan tidak bisa dibelenggu (bdk. Fil 1:12-14).
Tidak ada suatu kuasapun
yang dapat menghalangi pemberitaan dan penyebaran Injil. Termasuk tembok
penjara sekalipun. Ada 5000 ribu orang yang dimenangkan karena Injil
diberitakan. Kisah ini harusnya memotivasi setiap kita agar mau dan bersedia
menangkap peluang untuk memberitakan Injil. Petrus sekalipun sedang di sidang,
tetap beritakan Injil tanpa takut (ay.5 dst). Sebagai orang percaya, kitapun harusnya demikian.
Jangan perna malu dan ragu untuk memberitakan Kristus dalam kehidupan ini. Jika
ada peluang dan kesempatan, manfaatkanlah untuk menyaksikan kepada orang lain
tentang Kristus. Amin