A. Pengertian dan Tujuan Puasa atau Doa-Puasa
Dalam Alkitab berpuasa menunjukkan disiplin berpantangan makanan dengan
maksud rohani. Sekalipun berpuasa sering dikaitkan dengan doa, namun puasa
harus dipandang sebagai suatu tindakan rohani tersendiri. Sebenarnya puasa
dapat disebut “berdoa tanpa mengucapkan kata-kata”. Ada tiga bentuk puasa
yang utama yang dikemukakan dalam Alkitab, yakni:
1.
Puasa yang biasa: berpantang semua makanan, baik yang keras maupun yang lembut, tetapi
tidak berpantang air. Contohnya: puasa yang dilakukan Yesus selama 40 hari
(luk.4:2) dan kemudian Ia merasa lapar (tidak disebut dan merasa haus).
2.
Puasa sepenuhnya: tidak makan dan minum (Est.4:16; Kis.9:9). Pada umumnya puasa ini
dilaksanakan tidak lebih dari tiga hari. Tubuh seseorang mulai menjadi kering
apabila tidak mendapat air selama lebih dari dua hari. Memang Musa dan Elia
melakukan puasa sepenuhnya selama 40 hari, tetapi saat itu mereka berpuasa
dengan keadaan adikodrati
(Kel.34:28; Ul.9:9,18; 1Raj.19:8).
3.
Puasa sebagian: pembatasan
makanan dan bukan tidak makan sama sekali (Dan.10:3).
Dalam Perjanjian Lama umat Allah melakukan puasa untuk menunjukkan
kerendahan hati, penyangkalan diri, dan kapatuhan kepada Allah serta mencari
kasih karunia, pertolongan, perkenanan dari-Nya (Ezr.8:21,31). Kapankah dan
dalam kondisi apa umat Allah tersebut melakukan puasa? Hal ini kurang
dijelaskan secara terperinci dalam Alkitab, namun ada beberapa hal yang
menjelaskan di saat mana mereka melakukan puasa, yakni:
1.
Ketika tertekan oleh
kesusahan yang berat (2Sam.12:16-23; 1Raj.21:20-27; Mzm.35:13; 69:11).
2.
Sedang menyembah
Allah pada Hari Pendamaian (bd. Im.16:29-31; 23:26-32).
3.
Ingin menunjukkan
pertobatan dan penyesalan (1Raj.21:27-29; Yun.3:4-10)
4.
Sedang berhadapan
dengan bahaya (2Taw.20:3; Ezr.8:21-23), penyakit (2Sam.12:15-16), dan kematian
(1Sam.31:13).
5.
Sedang mempersiapkan
diri untuk pelayanan (Kel.34:28; Ul.9:9-18).
6.
Mencari Allah untuk
peembaharuan dan pemulihan (Dan.9:3-19).
Di atas telah disebutkan bahwa puasa sering dihubungkan dengan doa, yang
biasa disebut dengan doa-puasa.
Dalam Alkitab, doa puasa-pun sering dilakukan dengan tujuan untuk:
1.
Menghormati Allah
(Mat.6:16-18; Za.7:5; Luk.2:37)
2.
Meredahkan diri di
hadapan Allah (Ezr.8:21; Mazm.69:11; Yes.58:3) agar lebih banyak mengalami
kasih karunia (1Ptr.5:5) dan mengalami kehadiran Allah yang khusus (Yes.57:15;
58:6-9).
3.
Meratapi dosa
dan kegagalan pribadi (1Sam.7:6;
Neh.9:12).
4.
Meratapi dosa-dosa
gereja, bangsa dan dunia (1Sam.7:6; Neh.9:12).
5.
Mencari kasih karunia untuk tugas yang baru dan menetapkan
kembali penyerahan diri kita kepada Allag (Mat.4:2).
6.
Mendekatkan
diri kepada Allah lewat bertekun
di dalam doa untuk
melawan kuasa-kuasa rohani yang menentang (Hak.20:26; Ezr.8:21;
Yl.2:12; Luk.18:3; Kis.9:8-19).
7.
Menunjukkan pertobatan
dan dengan demikian memberikan kesempatan kepada Allah untuk mengubah maksudNya
menghukum kita (2Sam.12:16; Yun.3:5,10).
8.
Menyelamatkan orang
dari kuk kejahatan (Yes.58:6; Mat.17:14-21; Luk.4:18).
9.
Memperoleh petunjuk dan hikmat mengenai kehadiran Allah
(Kis.13:2-3).
10.
Mendisiplinkan tubuh
agar dapat menguasai diri (Mzm.35:13; Rm.13:14; 1Kor.9:27)
11.
Membuka jalan bagi
pencurahan Roh Kudus dan kedatangan Kristus kembali untuk umat pilihan-Nya
(Mat.9:15).
B. Tata Cara Melaksanakan Puasa atau Doa-Puasa
Jika kita meneliti dengan seksama tata cara pelaksanaan puasa dalam
Alkitab, maka kita tidak akan menemukan secara detail bagaimana hal itu
dilaksanakan. Bahkan dalam aturan Yahudi
berdasarkan Hukum Taurat –yang adalah Perjanjian Lama dalam Alkitab kita-, hal
itu tidak banyak diatur.
Namun, dalam Perjanjian Baru
kita menemukan sedikit uraian tentang
bagaimana cara berpuasa sebagaimana dikatakan Tuhan Yesus dalam
Mat.6:16-18: "Dan apabila kamu
berpuasa, janganlah muram mukamu seperti
orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa
mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah
mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh
orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di
tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya
kepadamu." Dari kutipan ayat ini
kita dapat menyimpulkan tentang
kriteria atau syarat melaksanakan puasa
maupun doa puasa dalam kekristenan saat
ini, yakni:\
1.
Jangan “pamer”
kepada orang lain bahwa kita sedang berpuasa
2.
Jangan lakukan
dengan kemunafikan, yakni saat berbuasa justru kita sedang melakukan dosa dan kejahatan (bd. Yes.58:4)
3.
Lakukan puasa hanya
untuk Tuhan dalam ketulusan, bukan karena ingin mendapat pujian orang.
4.
Lakukan dengan wajar
tanpa menarik perhatian orang.
Kapan dan bilamana puasa itu dilaksanakan? Aturan waktu pelaksanaan puasa
tidak dijelaskan secara terperinci dalam Alkitab. Namun, berdasarkan uraian
tentang tujuan puasa di atas kita dapat menyimpulkan bahwa puasa dilaksanakan
tidak berdasarkan waktu terjadwal atau aturan baku tertentu, melainkan
berdasarkan kondisi atau kebutuhan
pribadi yang akan melaksanakan puasa (bd. Dan.9:3-19). Sebagai contoh misalnya
jika ingin sembuh dari sakit dan
memintah jamahan Tuhan secara khusus, orang tersebut dapat melakukan doa puasa
(bd. 2Sam.12:15-16). Dengan kata lain tindakan puasa berhubungan erat dengan
komitmen seseorang untuk melakukan yang
terbaik bagi Tuhan. Perhatikanlah
bahwa puasa dilakukan untuk Tuhan, sehingga soal waktu -kapan pelaksanaannya dan bagaimana
melaksanakannya- diserahkan sepenuhnya kepada tiap pribadi berdasarkan komitmen
yang ia buat.
Dalam Daniel 10:3 kita menemukan
bahwa lamanya waktu puasa dan jenis
puasa yang dilakukan amat tergantung pada pilihan dan putusan pribadi seseorang
yang akan melaksanakan puasa. Memang kita mendapat kesan, bahwa kegiatan puasa seakan “tidak mendapat perhatian” Alkitab
dibanding dengan kegiatan-kegiatan rohani lainnya. Hal ini disebabkan karena
puasa adalah sarana pelengkap dari berbagai kegiatan rohani lainnya yang tidak
terikat menjadi suatu keharusan untuk dilaksanakan. Sebagai contoh:
-
Setiap orang percaya
diwajibkan untuk berdoa, namun tidak diharuskan untuk melaksanakan puasa.
-
Setiap orang percaya
harus mengaku dosanya dan memohon
pengampunan dari Allah agar keselamatan yang telah ia terima tidak
diambil darinya, namun tidak diharuskan
untuk melaksanakan puasa untuk memperoleh keselamatan itu.
Itulah sebabnya Yesus tidak mempermasalahkan para murid ketika mereka tidak
ikut berpuasa sebagaimana dilakukan oleh orang Israel umumnya dan para Farisi
khususnya (bd. Mat.9:14). Hal ini tidak
berarti bahwa berpuasa tidak memiliki keunggulan dan kegunaan. Perhatikanlah uraian tentang tujuan
dan manfaat puasa di atas! Pada umumnya
puasa menyenangkan hati Tuhan,
asalkan itu diimbangi dengan perbuatan-perbuatan benar (bd, Yes.58:4), bahkan
membantu memaksimalkan kuasa doa dan permohonan tertentu kepada Tuhan. Sebagai
contoh, doa dan puasa mampu mengusir kuasa setan yang mengganggu kehidupan
rohani dan jasmani seseorang (Mat.17:14-21).
Jika puasa adalah suatu komitmen saudara untuk dilakukan kepada Tuhan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu yang saudara inginkan dan berkenan dihadapan
Tuhan, maka berikut ini sedikit saran cara
melakukan puasa (doa-puasa):
1.
Sediakan beberapa
hari untuk menyiapkan pelaksanaan puasa
2.
Tentukan Jenis Puas
apa yang akan anda lakukan. Misalnya: Puasa penuh (tidak makan dan minum);
Puasa biasa (tidak makan); Puasa sebagian (berpantangan makanan tertentu)
3.
Tentukan kapan akan
dilaksanakan dan berapa lama. Misalnya: satu
hari penuh, atau berarti 24 jam
pelaksanaan (Jika dimulai jam 10.00 maka mesti berakhir pukul 10.00 esok harinya); Bisa juga setengah hari atau 12 jam pelaksanaan (Jika dimulai pkl 07.00 maka
mesti berakhir pkl 19.00). Inilah yang disebut dengan komitmen dan laksanakan komitmen itu.
4.
Tentukan tujuan dari
pelaksanaan puasa itu. Misalnya: agar mendapatkan karunia khusus; kesembuhan dari sakit; pekerjaan dll; atau tanpa permintaan khusus
hanya untuk menyenangkan hati Tuhan.
5.
Sampaikan semua
komitmen saudara itu (point 2-4) kepada Tuhan melalui doa pada masa persiapan
pelaksananan puasa (point 1). Ingatlah masa persiapan ini sangat penting.
Isilah masa persiapan ini dengan doa dan pujian pada waktu2 tertentu di dlm
kamar misalnya.
6.
Hindari segala
bentuk tindakan, perkataan atau pikiran yang jahat yang akan membawa anda jatuh
dalam dosa pada masa persiapan dan di saat pelaksanaan puasa. Jika tidak puasa
anda batal.
7. Karena ini adalah komitmen anda di hadapan Tuhan, maka
laksanakan dengan sepenuh hati. Ingatlah jangan batalkan komitmen yang sudah
diucapkan. Sebab itu merupakan “janji” anda dihadapan Tuhan. Jika tidak, maka
anda “berhutang” janji kepadaNya. Karena lebih baik tidak bernazar,
dari pada mengucapkan nazar di hadapan Allah namun tidak menepatinya. (Ul.23:21).
8.
Selama melaksanakan
puasa, jangan lupa untuk menyampaikan permintaan khusus kepada Allah (melalui
doa) berdasarkan tujuan puasa yang telah anda tetapkan sebelumnya (point 4)
Adakah pantangan yang mengahalangi seseorang melaksanakan puasa? Pertanyaan
ini sering dihubungkan dengan beberapa aturan pada agama tertentu (Yahudi dan
Islam). Satu diantaranya, jika seorang perempuan sedang “datang bulan” (haid) maka
haram hukumnya untuk beribadah, masuk dalam rumah ibadah atau melaksanakan
kegiatan keagamaannya. Dalam perjanjian lama atau Hukum Taurat (kitab
Kejadian-Ulangan) –yang adalah aturan
agama Yahudi- setiap orang dilarang
untuk beribadah atau menjalankan kegiatan kerohaniannya jika ia sedang dalam
kondisi/keadaan Najis. Seseorang dikatakan najis jika:
1.
Terkena pada sesuatu
yang najis antara lain binatang, bangkai binatang (Im.5:2)
2.
Perempuan yang baru
melahirkan, ia najis selama 7 hari (Im.12:2)
3.
Jika menderita
penyakit Kusta (Im.13:3)
4.
Aurat Laki2
mengeluarkan lelehan mengalami kenajisan sampai 8 hari terhitung saat lelehan
itu sudah berhenti (Im.15:2-15)
5.
Laki2 yang tertumpah
spermanya mengalami kenajisan sampai matahari terbenam (Im.15:17)
6.
Perempuan yang
“cemar kain” atau haid mengalami
kenajisan selama 7 hari masa cemar kain
ditambah 7 hari sesudahnya (Im.15:19,28)
7.
Bila menyentuh mayat
mengalami kenajisan selama 7 hari (Bil.19:11).
8.
dll
Dengan demikian orang yang sedang haid,
menurut Hukum Taurat dilarang beribadah dan melaksanakan kegiatan Rohani,
termasuk di dalamnya Puasa. Mengapa Gereja tetap memperbolehkan perempuan yang
sedang haid untuk masuk gedung
Gereja dan beribadah, bahkan melayani Tuhan? Jawabannya sederhana! Bahwa Hukum
Taurat yang ada dalam Perjanjian Lama tidak berlaku pada setiap orang yang
percaya kepada Yesus Kristus. Perhatikan salah satu aturan Hukum Taurat
tentang dilarang bekerja pada Hari Sabat. Waktu Yesus diprotes karena
para murid bekerja pada hari sabat dan Yesus menyembuhkan orang pada hari
sabat, Yesus berkata: “Anak manusia adalah Tuhan atas hari sabat (Mat.12:8;
Luk.6:5). Secara tidak langsung bahwa Ia lebih tinggi dari aturan sabat,
termasuk aturan Hukum Taurat. Di tempat
lain dalam Alkitab ditegaskan bahwa aturan
Hukum Taurat adalah penuntun Iman kepada Yesus Kristus. Jika Kristus
telah hadir di dunia, maka kuasa Hukum Taurat tidak berlaku lagi (Gal.3:19-29).
Dari uraian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa aturan Hukum Taurat sudah
tidak berlaku lagi bagi mereka yang percaya kepada Yesus Kristus. Itulah
sebabnya peraturan sunat, najis waktu haid, aturan sabat, korban bakaran
dll dalam Hukum Taurat tidak menjadi
Dogma dan ajaran Gereja. Sekarang bolehkan orang berpuasa saat Haid?
Jawabnya BOLEH! Bukan kenajisan lahiriah
(haid, kusta, kena sperma, menyentuh
mayat, tidak sunat dll) yang menentukan saudara tidak bisa beribadah dan
melayani Tuhan melainkan kekudusan Rohanilah yang dituntut oleh Tuhan ketika kita datang kepadanya.
Kekudusan rohani misalnya: Sunat hati atau bersih hati (Kol.2:11-13; Rm.2:29);
hidup benar dan menjauhkan diri dari
kejahatan dll.
C. S i
m p u l a n
Memang benar bahawa Puasa bukan suatu kewajiban dan penentu keselamatan
seseorang. Namun puasa memiliki banyak kegunaan rohani dan jasmani serta
mengandung tujuan yang mulia yakni dilakukan
hanya untuk Tuhan. Manfaat puasa sangatlah baik untuk kehidupan
spiritual seseorang karena mengandung ajaran disiplin rohani yang memberi pengaruh positif bagi keehidupan
lahiriah. Karena itu, walaupun bukan suatu kewajiban, namun disarankan umat
Tuhan perlu untuk melakukannya.
Selamat
Berpuasa!!