12 Kepada Zedekia, raja Yehuda, aku telah berbicara dengan cara yang sama, kataku: "Taruhlah tengkukmu ke bawah kuk raja negeri Babel, takluklah kepadanya dan kepada rakyatnya, maka kamu akan hidup. 13 Mengapa engkau beserta rakyatmu harus mati oleh pedang, kelaparan dan penyakit sampar seperti yang difirmankan TUHAN tentang bangsa yang tidak mau takluk kepada raja Babel itu? 14 Janganlah dengarkan perkataan nabi-nabi yang berkata kepadamu: Janganlah kamu mau takluk kepada raja Babel! Sebab mereka bernubuat palsu kepadamu.
15 Sebab Aku tidak mengutus mereka, demikianlah firman TUHAN, tetapi mereka bernubuat palsu demi nama-Ku, sehingga kamu Kuceraiberaikan dan menjadi binasa bersama-sama dengan nabi-nabi yang bernubuat kepadamu itu."
Pertentangan utama antara Yeremia dan Zedekia ialah masalah pemberontakan terhadap Nebukadnezar. Pemberontakan sudah direncanakan pada tahun ke-4 pemerintahannya dalam persekongkolan dengan negara-negara tetangga, hal yang sangat keras ditentang oleh nabi Yeremia (pasal 27 dab).
Pertentangan ini bukan saja antara Yeremia dengan Zedekia sebagai Raja, namun juga antara Yeremia dan para nabi palsu. Baik Yeremia dan nabi2 palsu ini sama-sama berbicara “atas nama” TUHAN. Tentunya hal ini menjadi bahan perguncingan dan perdebatan tentang manakah yang benar dari antara nubuatan ini. Apabila kita membaca pasal berikut yakni keseluruhan pasal 28, maka terlihat dengan jelas telah terjadi “perang” nubuatan antara Yeremia dengan nabi palsu yang bernama Hanaya. Raja Zedekia dan umat Israel diminta untuk membuat pilihan untuk hal itu. Yang perlu ditegaskan, bahwa Yeremia tidak menetang raja-raja dan nabi2 palsu itu atas kehendaknya sendiri, namun justru berdasarkan perintah TUHAN.
Yeremia dengan tegas mengatakan sesuai dengan Firman TUHAN bahwa Orang Israel termasuk Raja Zedekia harus tunduk kepada Raja Kafir itu, yakni Nebukadnezar. Sebab TUHAN sendiri yang merencanakan bahwa Israel akan takluk kepada Nebukadnezar dan mereka akan di buang olehnya ke Babel dan Israel akan menderita selama 70 tahun (bd. Yeremia 29:10-11).
Kita menemukan beberapa hal penting dari perintah TUHAN bagi Yeremia, khususnya pada pasal 27:12-15. Beberapa pokok dimaksud adalah sbb:
1. Tuhan dapat menggunakan seorang kafir sekalipun untuk rencanaNya
Raja Nebukadnezar adalah pribadi yang tidak mengakui TUHAN, Allah Israel. Dari kacamatan Israel, Nebukad-Nezar adalah seorang yang kafir. Namun justru dalam bacaan hari ini, kita menemukan bahwa seorang yang tidak percaya-pun dapat digunakan TUHAN, Allah untuk melaksanakan rencanaNya.
Pada ayat 6 kita menemukan pernyataan yang sangat luar biasa “aneh dari TUHAN, yakni menyebut Nebukadnezar yang kafir ini sebagai “hamba-Ku”. Hal ini memberikan kepastian, bahwa Nebukadnezar adalah alat yang sengaja TUHAN pakai untuk melaksanakan rencanaNya yang besar.
Bayangkanlah apa yang dirasakan Zedekia ketika FIRMAN pada ayat 12 itu disampaikan Yeremia kepadanya. Pastilah sulit diterima oleh Zedekia, bagaimana mungkin TUHAN, Allah nenek moyangnya mau mengangkat NEBUKADNEZAR raja Kafir itu untuk menghukum mereka. Kemungkinan besar, pesan ini tidak akan mudah dipercaya oleh Raja Zedekia. Itulah sebabnya pada ayat 14-15 ada kesan bahwa Zedekia lebih Percaya apa yang diucapkan oleh para nabi Palsu.
2. Jangan hanya mau mendengar yang manis saja!
Mengapa ada kesan dalam ayat 14-15 bacaan kita, bahwa Zedekia lebih percaya pada apa yang dikatakan oleh nabi-nabi palsu dibandingkan apa yang di sampaikan Nabi Yeremia? Sebab nabi2 palsu menyampaikan sesuatu yang lebih menyenangkan telinga, yakni “tidak ada penghukuman”; dan lawanlah Nebukadnezar karena TUHAN pasti akan berpihak kepada Israel. Sedangkan Yeremia justru sebaliknya, yakni Nebukadnezar adalah raja yang disiapkan Allah untuk menghukum Israel.
Dengan demikian, Zedekia lebih memilih untuk mendengar yang “enak” didengar walapun PALSU, dari pada mendegar suatu kebenaran walaupun terasa pahit dan menyakitkan.
Dari uraian Firman Tuhan ini, ada beberapa hal yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, yakni:
1. Tuhan berhak menggunakan siapapun untuk rencanaNya.
TUHAN berhak memakai siapa saja untuk melaksanakan rencana-Nya yang agung dalam dunia ini, termasuk seorang yang tidak percaya sekalipun seperti Raja Nebukad-Nezar pemimpin kerajaan Babel itu.
Pernyataan ini tidak berarti bahwa TUHAN berpihak kepada orang kafir yang tidak percaya. Itu pemahaman yang keliru. Yang lebih tepat adalah TUHAN memiliki otoritas tertinggi untuk memilih dengan bebas siapapun yang bisa dijadikan alat dan sarana bagi rencaana besarnya dalam sejarah dunia.
Hari ini kita ditegur TUHAN, bahwa seringkali kita ogah-ogahan melakukan tanggung-jawab pelayanan kita untuk TUHAN, lewat keluarga sebagai Istri atau suami; sebagai orang tua atau anak; di dalam gereja sebagai pelayanan atau pengurus dll. Apabila kita yang percaya lalai dan tidak penuh hati melakukan apa yang Tuhan tugaskan, maka berhati-hatilah! Sebab kesempatan menjadi hamba dan kawan sekerja-Nya bisa TUHAN alihkan kepada orang lain termasuk seorang yang tidak percaya sekalipun. Kita harusnya bersyukur bahwa TUHAN mau memakai kita sebagaimana Yeremia bersyukur dan melakukan tugasnya dengan taat. Sebab adalah suatu kebahagiaan yang tak terkira jika kita dapat menyenangkan TUHAN.
2. Dengarkan kebenaran baik manis maupun pahit di telinga.
Banyak orang terbuai dengan kata-kata indah dan manis didengar dan tanpa disadari hal itu justru menjerumuskannya. Namun, bukankah itu adalah kenyataanya? Bukankah banyak orang senang mendengar khotbah “yang ringan” dan “yang lucu” dari pada Firman yang “keras” dan “tegas” menegur prilaku hidup rohani sebagai suatu persekutuan?
Hari ini kita belajar, bahwa tidak selamanya yang “indah didengar” itu adalah suatu kebaikan dan kebenaran; dan tidak juga selamanya yang “pahit didengar” itu adalah suatu keburukan dan petaka hidup. Kebenaran adalah kebenaran. Siapaun dari kita haruslah siap untuk mendengar dan bersedia untuk menyimak, walau sakit dan pahit sekalipun.
Di sisi lain, kita juga diajar untuk bersedia menjadi Yeremia modern saat ini. Ia berani melawan arus dan kelompok mayoritas demi menjalankan kebenaran yang harus diberitakan. Nubuatan dan pemberitaannya justru sangat berlainan dengan nubuatan umumnya para nabi palsu. Yeremia tidak gentar, tidak takut dikucilkan, tidak kecil hati dan kemudian mundur. Hari ini kita juga mesti membuat pilihan yang tepat, yakni Jangan takut mengatakan kebenaran, walau pahit sekalipun untuk didengar. Jangan mundur mengutarakan kebaikan walaupun tidak nyaman untuk diperdengarkan.