KISAH
PARA RASUL 3:11-22
PENDAHULUAN
Memanfaatkan tiap peluang sekecil apapun untuk mencapai suatu target
besar adalah awal kesuksesan. Pernyataan ini memberi arti bahwa jika ingin
berhasil maka setiap orang harus mampu melihat peluang dan kesempatan untuk
dengan bijak memanfaatkan sebaik mungkin kesempatan yang ada.
Kondisi ini pula yang dialami dan dilakukan oleh Rasul Petrus. Ketika
ia mampu menyembuhkan orang lumpuh sehingga bisa berjalan (ay.1-10), maka peristiwa
itu menghebohkan orang-orang yang berada di sekitar Bait Allah. Mereka kemudian
mengerumuni Petrus dan Yohanes di Serambi Salomo (ay.11). Petrus melihat bahwa
hal ini adalah peluang untuk memberitakan Injil tentang Yesus Kristus.
Itulah sebabnya, pada aya-ayat selanjutnya, kita menemukan bahwa dengan
berani dan tegas, Petrus memberitakan nama Yesus dan mengajar orang banyak
tentang siapakah Yesus itu.
TELAAH PERIKOP
Bagaimanakah cara Petrus mengabarkan Injil Kristus? Apakah inti
pemberitaan yang disampaikan Petrus saat itu? Ada beberapa pokok penting dalam
ayat 11-22 dari bacaan kita saat ini yang perlu diuraikan untuk menjawab
pertanyaan di atas.
1.
Petrus Tidak Melewatkan Peluang.
Petrus memulai Pekabaran Injil lewat melihat dan
memanfaatkan peluang. Ketika banyak orang berkumpul dan takjub melihat orang
lumpuh itu berjalan, maka ia melihatnya sebagai kesempatan. Petrus sangat yakin
bahwa mereka terheran-heran; ia juga pun dapat menebak bahwa di kepala mereka
penuh dengan berbagai pertanyaan. Salah satu pertanyaan yang ada adalah:
Mengapa dua rasul ini bisa menyembuhkan orang lumpuh tersebut?
Setiap pertanyaan memerlukan jawaban. Inilah peluang
yang diambil oleh Petrus dan Yohanes. Dengan fasih ia menjawab pertanyaan yang
ada di dalam benak orang banyak tentang bagaimana caranya mereka dapat
menyembuhkan orang lumpuh tersebut.
2.
Petrus Tidak Menyimpang Dari Inti
Pemberitaan Injil
Perhatikanlah pembukaan khotbah Petrus di serambi
Salomo tersebut, khususnya pada ayat 12-16 bacaan kita. Orang banyak yang terheran-heran
tersebut pasti menyangka bahwa karena Petrus dan Yohaneslah maka orang lumpuh
itu sembuh. Kuasa atau kesalehan mereka bedua bisa menjadi penyebab mujizat itu
terjadi (ay.12).
Ini berarti, ada peluang bagi Petrus dan Yohanes
untuk menyombongkan diri. Sebab secara kasat mata, merekalah yang melakukan
mujizat tersebut. Adalah wajar jika kemudian si lumpuh berterimakasih kepada
mereka, dan orang banyak memuji dan mengagungkan kedua rasul tersebut. Tetapi
Petrus dan Yohanes tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk
memasyurkan nama mereka.
Pada ayat 13-16 bacaan kita, nama Yesuslah yang
disebut oleh Petrus. Bahwa orang lumpuh itu menjadi sembuh bukan karena
kekudusan dan kesalehan mereka, melainkan karena kuasa nama di atas segala
nama, yakni Nama Yesus yang mereka salibkan (ay.16). Dengan kata lain, Petrus
tidak mencuri kemuliaan Tuhan; Ia tidak menyimpang dari inti pemberitaan Injil.
Petrus memberitakan Yesus. Ia tidak memberitakan dirinya ataupun rekan
pelayanannya yakni Yohanes. Pusat pemberitaan Injil bukan pada diri Petrus tapi
pada Nama Yesus.
3.
Beritakan Injil sebagai Kabar
Baik, bukan Berita Menakutkan
Petrus mengawali pemberitaan Injil lewat
memperkenalkan siapa Tuhan Yesus. Ia memperkenalkan identitas Yesus sebagai
Hamba yang menderita (ay.13,26), Yang Kudus dan Benar (ay.14), Pemimpin (ay.15),
Mesias, yang diurapi Allah (ay.18), dan seorang Nabi (ay. 22-24). KedatanganNya
sesuai dengan nubuat Musa dan para nabi dan juga menggenapi janjiNya kepada
Abraham bahwa keturunannya akan menjadi berkat bagi semua bangsa. Yesus
pertama-tama datang kepada milikNya, orang Yahudi (ay. 20,26). Ironisnya,
mereka justru menolak dan membunuh Dia (ay. 25).
Pada bagian ini tentulah akan menjadi hal menakutkan
karena mereka dituduh Petrus telah membunuh Mesias. Jika mereka jujur, bukankah
apa yang disampaikan oleh Petrus tak terbantahkan? Kenyataan ini tentulah
mempermalukan orang banyak tersebut, dan menakutkan atapun memalukan untuk
diterima. Namun, Petrus tidak hanya berhenti di situ, pada ayat 17 bacaan kita,
ditemukan suatu berita melegakan ketika Petrus justru tidak menghakimi Israel,
namun sebaliknya merangkul mereka dengan penuh kasih. Petrus tahu bahwa apa
yang mereka lakukan diluar kemampuan mereka untuk mengetahui dan memahami.
Petrus mengambil prinsip bahwa dosa harus
ditelanjangi, namun pribadi yang berdosa itu tidaklah dipermalukan. Sebaliknya,
mereka yang berdosa haruslah ditobatkan dengan pendekatan penuh Kasih. Hal ini
terlihat jelas dalam ayat 19 dan 20 bacaan kita. Setelah menunjukkan
siapa Yesus dan mengungkapkan dosa bangsanya, Petrus lalu menyatakan berita per-tobatan
dan pengampunan dosa kepada mereka (lihat Luk. 24 : 47). Dengan kata lain,
Petrus merangkul mereka dan mengajak mereka menerima keselamatan tersebut.
Injil yang disampaikan
Petrus telah menjadi berita baik, dan bukan sebaliknya menjadi momok yang
menakutkan bagi banyak orang. Kebenaran asasi dari berita Injil adalah bukan
penghukuman, melainkan pengampunan menuju keselamatan. Itulah yang disampaikan
Petrus. Injil itu telah sungguh menjadi kabar baik bagi orang banyak.
RELEVANSI DAN
APLIKASI
Kisah mengenai khotbah Petrus di serambi Salomo ini mengandung beberapa
pokok penting yang relevan dalam kehidupan kita saat ini sebagai orang percaya.
Dalam memberitakan injil Kristus, setiap orang percaya dapat mencerminkan diri
pada kisah Petrus ini. Oleh karena itu terdapat beberapa hal penting untuk kita
aplikasikan Firman Tuhan ini, yakni:
1.
Kisah
penyembuhan si lumpuh membuktikan bahwa kuasa Kristus yang mematahkan dosa dan
memberi kehidupan sudah dinyatakan melalui orang yang percaya kepada Dia. Bukti
kedahsyatan kuasa Allah tidak dapat dielakkan dan tidak dapat diabaikan. Setiap
orang yang menolak percaya, dengan sendirinya tetap tinggal dalam belenggu dosa
dan kematian rohani. Sebaliknya setiap orang yang sudah mengalami kuasa-Nya
yang membangkitkan hidup, harus mengambil sikap menyingkirkan dosa dan
bertobat.
Namun tidak hanya itu, ia juga harus menjadi pewarta
kabar baik bahwa hanya di dalam Yesuslah ada keselamatan dan kehidupan sejati.
Petrus telah menikmati kesembuhan hidup dan diselamatkan. Karena itu ia tidak
pernah ragu untuk mengambil setiap kesempatan dan peluang yang diberikan Allah
demi memberitakan Injil tentang Yesus Kristus. Sebagai orang percaya, kitapun
harusnya demikian. Jangan perna malu dan ragu untuk memberitakan Kristus dalam
kehidupan ini. Jika ada peluang dan kesempatan, manfaatkanlah untuk menyaksikan
kepada orang lain tentang Kristus.
2. Petrus
menolak angapan bahwa orang lumpuh itu sembuh karena kuasa dan kesalehan mereka
sebagai murid Yesus. (Petrus dan Yohanes). Petrus
dengan tegas mengatakan bahwa Yesus Kristus yang telah mereka tolak dan bunuh
itulah yang telah memberikan kesembuhan kepada si lumpuh itu. Petrus tidak mau
"mencuri" keharuman nama di balik kuasa Yesus yang telah bangkit dari
antara orang mati.
Ada dua kelompok orang di sekitar
Kekristenan kita. Pertama, orang-orang yang bekerja untuk Allah tetapi demi
kemuliaan dan kepentingan dirinya. Kedua, orang-orang yang buta matanya untuk
melihat bahwa itu adalah pekerjaan Allah. Bagi kedua kelompok manusia inilah
Petrus mengarahkan tudingan dan kesaksiannya tentang karya besar dan agung
Allah. Petrus mengajak mereka untuk sadar dan bertobat. Selain merupakan suatu
tindakan aktif manusia sebagai respons terhadap kebaikan Allah, pertobatan juga
berarti kesadaran diri meninggalkan segala kejahatan.
Bertobat dan meninggalkan kejahatan
juga berarti menyadari bahwa harga dan ego diri harus ditanggalkan demi
kemuliaan Tuhan. Bersaksi bagi Tuhan berarti haruslah Tuhan yang ditinggikan
dan dimuliakan. Jangan menjadi pribadi yang tanpa malu menjadi “tuhan” kecil
bagi orang lain. Kita tidak berhak dipuji dalam setiap suksesnya pelayanan.
Tuhanlah yang harus dimuliakan.