Thursday, May 1, 2014

BAHAN RENUNGAN IBADAH MINGGU 04 MEI 2014



KISAH PARA RASUL 3:11-22

PENDAHULUAN
Memanfaatkan tiap peluang sekecil apapun untuk mencapai suatu target besar adalah awal kesuksesan. Pernyataan ini memberi arti bahwa jika ingin berhasil maka setiap orang harus mampu melihat peluang dan kesempatan untuk dengan bijak memanfaatkan sebaik mungkin kesempatan yang ada.

Kondisi ini pula yang dialami dan dilakukan oleh Rasul Petrus. Ketika ia mampu menyembuhkan orang lumpuh sehingga bisa berjalan (ay.1-10), maka peristiwa itu menghebohkan orang-orang yang berada di sekitar Bait Allah. Mereka kemudian mengerumuni Petrus dan Yohanes di Serambi Salomo (ay.11). Petrus melihat bahwa hal ini adalah peluang untuk memberitakan Injil tentang Yesus Kristus.

Itulah sebabnya, pada aya-ayat selanjutnya, kita menemukan bahwa dengan berani dan tegas, Petrus memberitakan nama Yesus dan mengajar orang banyak tentang siapakah Yesus itu.

TELAAH PERIKOP
Bagaimanakah cara Petrus mengabarkan Injil Kristus? Apakah inti pemberitaan yang disampaikan Petrus saat itu? Ada beberapa pokok penting dalam ayat 11-22 dari bacaan kita saat ini yang perlu diuraikan untuk menjawab pertanyaan di atas.

1.       Petrus Tidak Melewatkan Peluang.
Petrus memulai Pekabaran Injil lewat melihat dan memanfaatkan peluang. Ketika banyak orang berkumpul dan takjub melihat orang lumpuh itu berjalan, maka ia melihatnya sebagai kesempatan. Petrus sangat yakin bahwa mereka terheran-heran; ia juga pun dapat menebak bahwa di kepala mereka penuh dengan berbagai pertanyaan. Salah satu pertanyaan yang ada adalah: Mengapa dua rasul ini bisa menyembuhkan orang lumpuh tersebut?

Setiap pertanyaan memerlukan jawaban. Inilah peluang yang diambil oleh Petrus dan Yohanes. Dengan fasih ia menjawab pertanyaan yang ada di dalam benak orang banyak tentang bagaimana caranya mereka dapat menyembuhkan orang lumpuh tersebut.
2.       Petrus Tidak Menyimpang Dari Inti Pemberitaan Injil
Perhatikanlah pembukaan khotbah Petrus di serambi Salomo tersebut, khususnya pada ayat 12-16 bacaan kita. Orang banyak yang terheran-heran tersebut pasti menyangka bahwa karena Petrus dan Yohaneslah maka orang lumpuh itu sembuh. Kuasa atau kesalehan mereka bedua bisa menjadi penyebab mujizat itu terjadi (ay.12).

Ini berarti, ada peluang bagi Petrus dan Yohanes untuk menyombongkan diri. Sebab secara kasat mata, merekalah yang melakukan mujizat tersebut. Adalah wajar jika kemudian si lumpuh berterimakasih kepada mereka, dan orang banyak memuji dan mengagungkan kedua rasul tersebut. Tetapi Petrus dan Yohanes tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk memasyurkan nama mereka.

Pada ayat 13-16 bacaan kita, nama Yesuslah yang disebut oleh Petrus. Bahwa orang lumpuh itu menjadi sembuh bukan karena kekudusan dan kesalehan mereka, melainkan karena kuasa nama di atas segala nama, yakni Nama Yesus yang mereka salibkan (ay.16). Dengan kata lain, Petrus tidak mencuri kemuliaan Tuhan; Ia tidak menyimpang dari inti pemberitaan Injil. Petrus memberitakan Yesus. Ia tidak memberitakan dirinya ataupun rekan pelayanannya yakni Yohanes. Pusat pemberitaan Injil bukan pada diri Petrus tapi pada Nama Yesus.

3.       Beritakan Injil sebagai Kabar Baik, bukan Berita Menakutkan
Petrus mengawali pemberitaan Injil lewat memperkenalkan siapa Tuhan Yesus. Ia memperkenalkan identitas Yesus sebagai Hamba yang menderita (ay.13,26), Yang Kudus dan Benar (ay.14), Pemimpin (ay.15), Mesias, yang diurapi Allah (ay.18), dan seorang Nabi (ay. 22-24). KedatanganNya sesuai dengan nubuat Musa dan para nabi dan juga menggenapi janjiNya kepada Abraham bahwa keturunannya akan menjadi berkat bagi semua bangsa. Yesus pertama-tama datang kepada milikNya, orang Yahudi (ay. 20,26). Ironisnya, mereka justru menolak dan membunuh Dia (ay. 25).

Pada bagian ini tentulah akan menjadi hal menakutkan karena mereka dituduh Petrus telah membunuh Mesias. Jika mereka jujur, bukankah apa yang disampaikan oleh Petrus tak terbantahkan? Kenyataan ini tentulah mempermalukan orang banyak tersebut, dan menakutkan atapun memalukan untuk diterima. Namun, Petrus tidak hanya berhenti di situ, pada ayat 17 bacaan kita, ditemukan suatu berita melegakan ketika Petrus justru tidak menghakimi Israel, namun sebaliknya merangkul mereka dengan penuh kasih. Petrus tahu bahwa apa yang mereka lakukan diluar kemampuan mereka untuk mengetahui dan memahami.

Petrus mengambil prinsip bahwa dosa harus ditelanjangi, namun pribadi yang berdosa itu tidaklah dipermalukan. Sebaliknya, mereka yang berdosa haruslah ditobatkan dengan pendekatan penuh Kasih. Hal ini terlihat jelas dalam ayat 19 dan 20 bacaan kita. Setelah menunjukkan siapa Yesus dan mengungkapkan dosa bangsanya, Petrus lalu menyatakan berita per-tobatan dan pengampunan dosa kepada mereka (lihat Luk. 24 : 47). Dengan kata lain, Petrus merangkul mereka dan mengajak mereka menerima keselamatan tersebut.

Injil yang disampaikan Petrus telah menjadi berita baik, dan bukan sebaliknya menjadi momok yang menakutkan bagi banyak orang. Kebenaran asasi dari berita Injil adalah bukan penghukuman, melainkan pengampunan menuju keselamatan. Itulah yang disampaikan Petrus. Injil itu telah sungguh menjadi kabar baik bagi orang banyak.

RELEVANSI DAN APLIKASI
Kisah mengenai khotbah Petrus di serambi Salomo ini mengandung beberapa pokok penting yang relevan dalam kehidupan kita saat ini sebagai orang percaya. Dalam memberitakan injil Kristus, setiap orang percaya dapat mencerminkan diri pada kisah Petrus ini. Oleh karena itu terdapat beberapa hal penting untuk kita aplikasikan Firman Tuhan ini, yakni:

1.       Kisah penyembuhan si lumpuh membuktikan bahwa kuasa Kristus yang mematahkan dosa dan memberi kehidupan sudah dinyatakan melalui orang yang percaya kepada Dia. Bukti kedahsyatan kuasa Allah tidak dapat dielakkan dan tidak dapat diabaikan. Setiap orang yang menolak percaya, dengan sendirinya tetap tinggal dalam belenggu dosa dan kematian rohani. Sebaliknya setiap orang yang sudah mengalami kuasa-Nya yang membangkitkan hidup, harus mengambil sikap menyingkirkan dosa dan bertobat.

Namun tidak hanya itu, ia juga harus menjadi pewarta kabar baik bahwa hanya di dalam Yesuslah ada keselamatan dan kehidupan sejati. Petrus telah menikmati kesembuhan hidup dan diselamatkan. Karena itu ia tidak pernah ragu untuk mengambil setiap kesempatan dan peluang yang diberikan Allah demi memberitakan Injil tentang Yesus Kristus. Sebagai orang percaya, kitapun harusnya demikian. Jangan perna malu dan ragu untuk memberitakan Kristus dalam kehidupan ini. Jika ada peluang dan kesempatan, manfaatkanlah untuk menyaksikan kepada orang lain tentang Kristus.

2.    Petrus menolak angapan bahwa orang lumpuh itu sembuh karena kuasa dan kesalehan mereka sebagai murid Yesus. (Petrus dan Yohanes).  Petrus dengan tegas mengatakan bahwa Yesus Kristus yang telah mereka tolak dan bunuh itulah yang telah memberikan kesembuhan kepada si lumpuh itu. Petrus tidak mau "mencuri" keharuman nama di balik kuasa Yesus yang telah bangkit dari antara orang mati.

Ada dua kelompok orang di sekitar Kekristenan kita. Pertama, orang-orang yang bekerja untuk Allah tetapi demi kemuliaan dan kepentingan dirinya. Kedua, orang-orang yang buta matanya untuk melihat bahwa itu adalah pekerjaan Allah. Bagi kedua kelompok manusia inilah Petrus mengarahkan tudingan dan kesaksiannya tentang karya besar dan agung Allah. Petrus mengajak mereka untuk sadar dan bertobat. Selain merupakan suatu tindakan aktif manusia sebagai respons terhadap kebaikan Allah, pertobatan juga berarti kesadaran diri meninggalkan segala kejahatan.

Bertobat dan meninggalkan kejahatan juga berarti menyadari bahwa harga dan ego diri harus ditanggalkan demi kemuliaan Tuhan. Bersaksi bagi Tuhan berarti haruslah Tuhan yang ditinggikan dan dimuliakan. Jangan menjadi pribadi yang tanpa malu menjadi “tuhan” kecil bagi orang lain. Kita tidak berhak dipuji dalam setiap suksesnya pelayanan. Tuhanlah yang harus dimuliakan.

Khotbah Petrus tidak berisi berita penghakiman dan penudingan. Sebaliiknya injil yang ia beritakan adalah suatu kabar baik, kabar keselamatan. Sebagai orang percaya, terutama para pelayanan Tuhan, kita diingatkan bahwa pemberitaan Firman jangan menjadi alat propaganda untuk menghakimi orang lain, atau membenarkan diri sendiri. Berita yang disampaikan, harusnya adalah kabar sukacita yang mentobatkan setiap orang dari salah dan dosa. Amin.