DUTA
KARYA ALLAH IHM
PRAPASKAH V
Yesaya
49:1-6 Minggu,
17 Maret 2019
Oleh:
Pdt. Cindy Tumbelaka, MA
Pengantar
Bacaan ini termasuk dalam kitab Yesaya bagian kedua (ps.
40-66), yang ditulis menjelang bangsa Israel ‘dipulangkan’ dari pembuangan di
Babel. Khusus pasal 49 – 55, kitab ini
berbicara tentang Hamba Tuhan, termasuk pasal 49:1-7 (Hamba Tuhan sebagai terang). SGDK: Nyanyian
Hamba TUHAN dalam pasal 49 ini juga dianggap sebagai nya-nyian … yang kedua
setelah Yesaya 41. Dalam Yesaya 41:8
dikemukakan bahwa Hamba TUHAN itu adalah Israel sedangkan jika hamba TUHAN
dalam Yesaya 49 dikaitkan de-ngan rencana pemulangan Israel dari Babel maka hamba TUHAN ini bukan orang Israel tetapi (yang)
dipakai untuk karya pembebasan, yaitu
Koresh, raja Persia (Yes 45:1-8, SGDK).
Pemahaman
Teks
Ay. 1-4 Ay.
1-2 memperlihatkan ‘kesamaan’ Koresh dengan orang Israel yang dipanggil TUHAN
untuk menyelamatkan Israel, yaitu … sejak
dari kandungan telah me-nyebut namaku sejak dari perut ibuku (bnd. Yer 1:5)
baru diikuti oleh proses per-siapan dan pembentukan TUHAN (ay. 2). Hal ini memperlihatkan bahwa pemi-lihan dan
pemanggilan TUHAN atas orang yang akan dipakai untuk maksud pe-nyelamatan
bukanlah pemilihan dadakan (sudah terjadi masalah, baru sang ‘pe-nyelamat’
dipilih). Pemilihan dan pemanggilan TUHAN
sudah direncanakan-Nya jauh sebelum berbagai peristiwa sejarah itu
terjadi. Demikian juga halnya de-ngan
persiapan dan pembentukan yang dilakukan TUHAN pada ay. 2. TUHAN menjaga orang pilihan-Nya sedemikian
rupa, menyelamatkannya dari perang de-mi perang (ay. 4) sambil membentuknya
menjadi ‘senjata ampuh’ supaya pada saatnya, orang itu siap melakukan rencana
TUHAN.
Ay. 5 Disebutkan
di sini tugas hamba TUHAN yaitu untuk
mengembalikan Yakub kepa-da-Nya dan
supaya Israel dikumpulkan-Nya kepada-Nya.
Berdasarkan catatan sejarah bahwa Koresh, raja Persia-lah yang
mengembalikan/ memulangkan bangsa Israel (Ezr 1:1) maka ayat ini semakin
menguatkan penokohan Koresh, ra-ja Persia sebagai yang dimaksud hamba
TUHAN. Walaupun Koresh bukanlah seorang
Israel namun perbuatannya yang mengembalikan bangsa Israel ke Yeru-salem
membuatnya dipermuliakan di mata TUHAN.
Ay. 6 Yang
menarik adalah ketika TUHAN bermaksud tidak hanya menjadikan Koresh, hamba-Nya
karena memulangkan bangsa Israel melainkan (akan) membuatnya menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya
keselamatan yang dari pada TUHAN sampai ke ujung bumi. Ini berarti ‘kontrak kerja’ TUHAN dengan
Koresh tidak terbatas hanya sampai kepulangan bangsa Israel ke Yerusalem tetapi
masih akan terus berlanjut pada perkara-perkara lain yang bahkan melibatkan
bangsa-bangsa yang lain lagi (yang tidak tertulis dalam Alkitab karena tidak
ada lagi kaitannya dengan sejarah Israel).
Renungan dan
Penerapan
Bacaan
ini menjadi ‘sesuatu’ ketika memunculkan gagasan tentang ‘orang lain’ yang
dipilih, dipanggil, dipersiapkan dan dibentuk TUHAN untuk menyelamatkan
umat-Nya, Israel. Tentu, pertanyaan awal
yang bermunculan adalah mengapa harus dari ‘luar’ umat-Nya? Apakah tidak ada satupun dari umat yang
dimampukan-Nya untuk tugas ini? Jika
masalah terjadi di dalam keluarga dan jemaat, kita pun akan pertama-tama
mencari siapa anggota yang paling mumpuni untuk menyelesaikan masalah sebelum
melibatkan pihak luar. Tidak hanya itu,
isu melibatkan pihak ‘asing’ pun merebak sebagai kritik ter-hadap calon
presiden dan wakil yang tidak memberdayakan anak bangsa dalam pemba-ngunan
negeri. Akhirnya, keterlibatan pihak
asing dianggap sebagai teguran keras yang menyadarkan bahwa di antara kita
sendiri tidak ada yang cukup mumpuni untuk menye-lesaikan masalah.
Dari
sudut pandang yang lain, bacaan ini memperlihatkan bahwa pemilihan TU-HAN atas
pihak asing bukan karena tidak ada dari kita yang tidak mampu menyelesaikan
masalah tetapi memang keterlibatan pihak asing itu sudah ditentukan oleh TUHAN
sejak semula, bahkan jauh dari sebelum kita terpuruk dalam masalah. Di luar persekutuan umat-Nya, TUHAN sudah
memilih, memanggil, mempersiapkan dan membentuk orang-orang yang akan dipakai
untuk misi penyelamatan, bahkan dari sebelum orang itu me-nyadarinya. Hal ini membuka mata kita terhadap
orang-orang yang tidak seiman namun sangat menolong, mis: aparat keamanan,
aparat pemerintah, pendidik, tim medis, supir kendaraan umum, dll. Tidak hanya menolong kita dalam kehidupan
sehari-hari, TUHAN pun menentukan mereka untuk menjadi ‘terang’ bagi
orang-orang di sekitar mereka (yang mungkin tidak pernah kita tahu). Pertanyaannya: bagaimana sikap kita terhadap mereka? Apa yang dapat kita lakukan kepada mereka?
Ada banyak orang Kristen yang
kecenderungannya mengutamakan yang seiman secara naïf: hanya aktif terlibat
dalam persekutuan Kristen/ memilih tempat tinggal yang tetangganya mayoritas
Kristen/ memberi perlakuan istimewa terhadap pelanggan yang Kristen/ memilih
toko langganan milik orang Kristen/ memilih orang Kristen untuk men-duduki
jabatan tertentu/ ramah terhadap orang yang terlihat Kristen melalui aksesoris
yang dikenakan/ … . Memang, Paulus
menasihati kita untuk mendahulukan saudara seiman (Gal 6:10) namun pada
kenyataannya, TUHAN telah memilih dan mempersiapkan orang-orang yang tidak
seiman menjadi penolong bahkan penyelamat kita.
Kenyataan ini seharusnya membuka mata kita bahwa pergaulan hanya dengan
orang-orang seiman tidaklah cukup membuat kita melihat karya keselamatan TUHAN
dalam hidup. Kita harus jujur mengakui
bahwa mereka yang tidak seiman pun turut andil dalam ‘menyelamatkan’ kehidupan
kita sehari-hari.
Keterlibatan orang yang tidak seiman
dalam keselamatan kita sehari-hari, bukan karena tidak ada saudara seiman yang
mampu menolong kita tetapi karena sejak semula TUHAN sudah menentukan bahwa
hubungan (= kerja sama) kita dengan mereka itu harus terjadi. Kita memang sengaja dikondisikan TUHAN untuk
membutuhkan orang lain, di luar persekutuan Kristen supaya kita sendiri sadar
bahwa pengendalian TUHAN atas dunia tidak sesempit pergaulan dan pembatasan
yang kita buat.