Monday, March 21, 2011

MATERI KHOTBAH PKB 21 MARET 2011 YOHANES 6:30-36

KEJARLAH KEBENARAN DAN BUKAN PEMBENARAN

6:30 Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan?
6:31 Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga."
6:32 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga.
6:33 Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia."
6:34 Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa."
6:35 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
6:36 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.

PENDAHULUAN
Setelah orang banyak yang mencari Yesus bertemu denganNya, mereka dikejutkan dengan pemapaan Yesus tentang diriNya. Orang bayak menjadi  ragu tentang keilahian Yesus sebagai sang khalik yang lebih besar dari Musa. Itulah sebabnya mereka menuntut bukti berupa tanda yang jelas yang menunjuk siapa Yesus sebenarnya.

Bagian yang kita baca ini berisi tentang dialog yang bernuansa upaya debat dari orang banyak tentang identitas Yesus yang sesungguhnya.

TELAAH PERIKOP / TAFSIRAN
1.       Perhatikan ayat 30-31 bacaan kita. Orang banyak meminta tanda sebagai bukti bahwa Yesus memang diutus Allah untuk mereka. Bagi mereka, secara nalar dan logika, sesuatu hanya dapat dipercaya dan diterima sebagai suatu kebenaran apabila didukung oleh tanda dan pembuktian yang nyata.

Kekerasan hati mereka dikuatkan dengan peristiwa yang terjadi pada nenek moyang mereka ketika berada di padang gurun waktu keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian, tanah Kanaan. Menurut mereka, hanya Musalah yang dapat mereka terima sebagai utusan Allah karena Musa mampu membuat suatu mujizat yakni memberi makan ribuan orang dengan Roti dari Sorga yang disebut manna. Musa diterima dan diakui sebagai utusan Allah yang membebaskan mereka karena adanya pembuktian melalui Roti dari Sorga itu atau Roti manna. Dengan kata lain, kepercayaan orang banyak itu hanya bertumbuh dari sesuatu yang dapat dibuktikan. Mereka hanya percaya jika itu dapat dilihat dan terbukti benar. Itulah sebabnya mereka menggugat Yesus dan bertanya “pekerjaan mana yang Yesus lakukan untuk membuktikan ucapanNya?” Yesus tidak membuktikan apapun, sementara Musa telah terbukti pekerjaannya itu.

2.       Alasan dan cara berpikir orang Israel itu di patahkan oleh Yesus pada ayat 32-33 di bacaan kita. Yesus berkata: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia. Dari uraian ayat 32-33 ini, ada dua hal penting yang ingin Yesus tegaskan, yakni:
  1. Bahwa nenek moyang mereka diberikan makan “manna”, sebenarnya bukan oleh Musa melainkan oleh Allah Bapa. Musa tidak pernah mampu untuk mendatangkan makanan itu. Musa hanyalah manusia dan tidak punya kuasa. TUHAN sendirilah yang bekerja dan memberi makan menek moyang mereka itu.
Jadi alasan Roti “Manna” sebagai hasil pekerjaan Musa sehingga itu membuktikan bahwa ia adalah utusan TUHAN adalah suatu kekeliruan besar. Musa memang utusan TUHAN, tapi bukan karena ia memberi “Manna” bagi Israel, sebab TUHAN-lah yang memberi makanan itu.

  1. Memang benar bahwa Roti “manna” itu pemberian Allah sehingga disebut roti dari Sorga. Tetapi Roti yang benar dari Sorga bukanlah Rotti yang dimakan oleh nenek moyang mereka. Sebab roti yang dimakan oleh nenek moyang mereka itu hanya memberi rasa kenyang sesaat bagi mereka saja. Sedangkan Roti sesungguhnya yang benar dari sorga akan dinikmati bukan saja oleh nenek moyang mereka tapi oleh seluruh dunia. Selanjutnya roti yang dimaksud itu bukan hanya memberi rasa kenyang sesaat namun efeknya adalah memberi hidup kepada dunia.

3.       Mendengar penjelasan Yesus itu, orang banyak menjadi sangat penasaran dan ingin menikmati roti yang Ia maksudkan. Itulah sebabnya mereka berkata: “Tuhan berikan roti itu!” Ternyata mereka amat menginginkannya. Mendengar permintaan itu, Yesus segera menyebut dan mendefinisikan Roti yang Ia maksudkan. Pada ayat 35 bacaan kita Yesus menyebutkan bahwa Dialah yang dimaksud dengan Roti itu.
Hal ini memberikan penekanan kepada orang Israel itu bahwa mereka harus lebih percaya kepada Yesus dibanding kepada Musa, dan mereka harusnya tidak memikirkan hal-hal yang dapat binasa melainkan sesuatu yang memberi hidup kekal. Yesuslah Roti Hidup yang memberi kehidupan kekal. Dialah Roti yang turun dari Sorga. Maka harusnya kepada Dia-lah orang Israel mempercayakan hidup mereka.

4.       Namun, apapun yang dijelaskan Yesus, Ia tahu bahwa mereka tidak akan percaya walaupun sudah mengetahui dan mengenal Dia. Me ngapa demikian? karena orang banyak itu hanya berpegang pada kebenaran yang mereka percayai dan bukan kepada ajaran yang Yesus sampaikan.


APLIKASI DAN RELEFANSI
1.       Sudah menjadi kenyataan yang tak terpungkiri bahwa segala sesuatu selalu diyakini jika sudah dapat dibuktikan. Sebagai manusia kita sendrung memuaskan nalar dan logika kita untuk menerima suatu kebenaran. Hari ini kita diajarkan Firman Tuhan tetang bagaimana kemudian orang Israel tidak dapat menerima Yesus Kristus sebagai TUHAN karena tidak dapat mempercayaiNya.

Iman tidak yang sesungguhnya adalah kebenaran yang diterima tanpa pembuktian apapun melainkan kemampuan untuk meyakini dengan sungguh. Kita percaya kepada Yesus bukan karena alat bukti tertentu, namun seharusnya kita percaya kepadaNya karena memang kita percaya. Itu sudahlah cukup. Bukankah Yesus pernah berkata kepada murid2-Nya pada kasus Tomas yang kurang percaya: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” (Yoh.20:29.b). Percaya kepada Yesus tidak harus menuntuk pembuktian atau karena melihat. Percaya kepada Yesus harusnya dilakukan tanpa syarat apa-pun sebagaimana Ia berkorban untuk kita tanpa menuntut syarat apapun dari kita.

2.       Mengapa walaupun Yesus telah memperkenalkan diriNya dan mematahkan argumen mereka tentang siapa Dia dibanding Musa, orang Isreal tetap tidak percaya? Jawabannya karena mereka lebih percaya kepada kebenaran yang mereka pahami dari pada kebenaran yang diajarkan Tuhan.

Hari ini kita diingatkan suatu hal yang penting. Bahwa kebenaran yang mutlak dan paling benar adalah kebenaran dari Allah. untuk dapat menerima kebenaran dari TUHAN kita harus bersedia menanggalkan prinsip, kaidah dan keteguhan logika kita terhadap kebenaran yang kita pegang sebelumnya. Apabila kebenaran yang kita miliki tidak sama dengan kebenaran dai TUHAN, maka sudah dapat dipastikan bahwa kebenaran yang kita pegang itu sebenarnya bukanlah kebenaran. Kita harus menerima kebenaran dari TUHAN.

Apakah kebenaran itu? Bahwa Yesus adalah Tuhan dan juruslamat. Itulah kebenaran yang sesungguhnya. Ia-lah Roti Hidup itu. Kita harus menerimanya agar beroleh kehidupan kekal. Karena itu wujud menerima dan mengakui Yesus sebagai Juruselamat adalah ketika kita bersedia untuk menaati dan melalukan kehendaknya dalam hidup kita. Sebagai suami, jadilah suami yang taat kepada TUHAN. Sebagai istri. Jadilah istri yang hanya taat kepada TUHAN. Maka saat itulah kita telah menerima dan menikmati Roti Hidup itu yakni Tuhan Yesus Kristus. Amin

MATERI KHOTBAH PKP 22 MARET 2011 (YOHANES 6:41-43)

JANGAN MENILAI BUKU DARI SAMPULNYA



6:41 Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga."
6:42 Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"
6:43 Jawab Yesus kepada mereka: "Jangan kamu bersungut-sungut.

PENDAHULUAN
Bacaan kita hari inimerupakan lanjutan bacaan pada hari Minggu dan Senin tentang pengajaran Yesus kepada orang banyak ketika mereka mencarinya.

TELAAH PERIKOP / TAFSIRAN
1.       Pada bacaan sebelumya yakni ayat 32-33 Yesus menjelaskan siapa Musa dan perannya dalam memberikan Roti “Manna” waktu nenek moyang mereka berada di padang gurun. Yesus berkata: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia. Dari uraian ayat 32-33 ini, ada dua hal penting yang ingin Yesus tegaskan, yakni:
  1. Bahwa nenek moyang mereka diberikan makan “manna”, sebenarnya bukan oleh Musa melainkan oleh Allah Bapa. Musa tidak pernah mampu untuk mendatangkan makanan itu. Musa hanyalah manusia dan tidak punya kuasa. TUHAN sendirilah yang bekerja dan memberi makan menek moyang mereka itu.
Jadi alasan Roti “Manna” sebagai hasil pekerjaan Musa sehingga itu membuktikan bahwa ia adalah utusan TUHAN adalah suatu kekeliruan besar. Musa memang utusan TUHAN, tapi bukan karena ia memberi “Manna” bagi Israel, sebab TUHAN-lah yang memberi makanan itu.

  1. Memang benar bahwa Roti “manna” itu pemberian Allah sehingga disebut roti dari Sorga. Tetapi Roti yang benar dari Sorga bukanlah Rotti yang dimakan oleh nenek moyang mereka. Sebab roti yang dimakan oleh nenek moyang mereka itu hanya memberi rasa kenyang sesaat bagi mereka saja. Sedangkan Roti sesungguhnya yang benar dari sorga akan dinikmati bukan saja oleh nenek moyang mereka tapi oleh seluruh dunia. Selanjutnya roti yang dimaksud itu bukan hanya memberi rasa kenyang sesaat namun efeknya adalah memberi hidup kepada dunia.

2.       Mendengar penjelasan Yesus itu, orang banyak menjadi sangat penasaran dan ingin menikmati roti yang Ia maksudkan. Itulah sebabnya mereka berkata: “Tuhan berikan roti itu!” Ternyata mereka amat menginginkannya. Mendengar permintaan itu, Yesus segera menyebut dan mendefinisikan Roti yang Ia maksudkan. Pada ayat 35 bacaan kita Yesus menyebutkan bahwa Dialah yang dimaksud dengan Roti itu.

Bahwa Yesus menyebut pada akhirnya apa dan bagaimana Roti Dari Sorga itu. Roti yang dimaksud Yesus adalah DiriNya sendiri yang memberi diri bagi kehidupan kekal untuk dunia. Hal ini memberikan penekanan kepada orang Israel itu bahwa mereka harus lebih percaya kepada Yesus dibanding kepada Musa, dan mereka harusnya tidak memikirkan hal-hal yang dapat binasa melainkan sesuatu yang memberi hidup kekal. Yesuslah Roti Hidup yang memberi kehidupan kekal. Dialah Roti yang turun dari Sorga. Maka harusnya kepada Dia-lah orang Israel mempercayakan hidup mereka.

3.       Namun, apapun yang dijelaskan Yesus, Ia tahu bahwa mereka tidak akan percaya walaupun sudah mengetahui dan mengenal Dia (ay.36). Mengapa demikian? karena orang banyak itu hanya berpegang pada kebenaran yang mereka percayai dan bukan kepada ajaran yang Yesus sampaikan. Itulah sebabnya mereka menolak Dia.

4.       Pada ayat 41-43 pada bacaan kita, dipaparkan alasan lain mengapa orang banyak itu menolak Yesus dan kebenaran yang diajarkan kepada mereka. Pada ayat 42 mereka berkata: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?". Bagi orang banyak itu, adalah sulit untuk menerima bahwa Yesuslah Roti yang turun dari Sorga itu sebab mereka tahu dari mana Yesus datang. Menurut mereka Yesus datang dari keluarga yang mereka kenal, yakni Maria dan Yusuf sehingga tidaklah mungkin Ia datang dari Sorga. Itu suatu kemustahilan untuk dapat dipercayai. 

Apakah salah pendapat orang banyak itu? Sebenarnya apa yang diucapkan orang banyak itu tidaklah salah. Bahwa memang benar Yesus berasal dari keluarga itu, Ia adalah seorang tukang kayu, bapaknya bernama Yusuf dan ibunya adalah Maria. Mereka amat mengenal Yesus, dan mungkin ada diantara mereka yang tumbuh bersama dan mengalami masa kecil bersama-sama Yesus. Itulah sebabnya adalah wajar apabila mereka menolak Yesus datang dari Sorga.

Tetapi kegagalan orang banyak Yesus yang membuat mereka gagal “melihat” Yesus yang sebenarnya adalah karena mereka sudah terlanjur cepat “menilai buku hanya dari sampilnya saja”. Artinya mereka berusaha mendefinisikan siapa Yesus berdasarkan apa yang mereka lihat dari luar dan tampilan saja. Mereka begitu yakin bahwa mereka sudah tahu siapa sesungguhnya Yesus. Padahal sesungguhnya mereka tidak tahu apapun tentang Yesus. Kebenaran yang mereka pegang  tentang Yesus justru menyesatkan mereka untuk dapat mengenalnya secara lebih mendalam.

APLIKASI DAN RELEFANSI
1.       Sudah menjadi kenyataan yang tak terpungkiri bahwa segala sesuatu selalu diyakini jika sudah dapat dibuktikan. Sebagai manusia kita cendrung memuaskan nalar dan logika kita untuk menerima suatu kebenaran. Hari ini kita diajarkan Firman Tuhan tentang bagaimana kemudian orang Israel tidak dapat menerima Yesus Kristus sebagai TUHAN karena tidak dapat mempercayaiNya.

Iman tidak yang sesungguhnya adalah kebenaran yang diterima tanpa pembuktian apapun melainkan kemampuan untuk meyakini dengan sungguh. Kita percaya kepada Yesus bukan karena alat bukti tertentu, namun seharusnya kita percaya kepadaNya karena memang kita percaya. Itu sudahlah cukup. Bukankah Yesus pernah berkata kepada murid2-Nya pada kasus Tomas yang kurang percaya: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” (Yoh.20:29.b). Percaya kepada Yesus tidak harus menuntut pembuktian atau karena melihat. Percaya kepada Yesus harusnya dilakukan tanpa syarat apa-pun sebagaimana Ia berkorban untuk kita tanpa menuntut syarat apapun dari kita.

2.       Mengapa walaupun Yesus telah memperkenalkan diriNya dan mematahkan argumen mereka tentang siapa Dia dibanding Musa, orang Isreal tetap tidak percaya? Jawabannya karena mereka lebih percaya kepada kebenaran yang mereka pahami dari pada kebenaran yang diajarkan Tuhan. Mereka terlalu cepat menilai Yesus dari luarnya saja dn bukan mengenalNya lebih dalam lagi.

Hari ini kita diingatkan suatu hal yang penting. Bahwa kebenaran semu yang kita pertahankan justru akan menjerumuskan kita kepada peyesatan diri. Jangan hanya berpikir bahwa kita sudah mengenal Dia, padahal sesungguhnya kita tidak mengerti tentang Dia. Karena itu kitapula diajarkan untuk mulai saat ini berusaha mengenal Tuhan kita lebih dalam dan lebih sungguh lagi. Hanya dengan pengenalan yang benar tentang Yesuslah akan membuat kita mengerti dan memahami semua kehendaknya.

Bagaimana cara mengenalNya? Sebenarnya tidaklah sulit! Kita dapat mengenal Tuhan kita melalui kebenaran FirmanNya. Karena itu mengetahui Fiman Tuhan adalah hal yang patut dilakukan orang percaya demi dapat mengenal TUHAN lebih baik lagi. Itu berarti kita harus lebih banyak membaca Alkitab, merenungkan dan melakukannya supaya kita dapat mengenalnya dengan baik.

3.       Ternyata berbahaya dampaknya jika hanya menilai seseorang dari tampilan luar saja. Kita diajarkan bahwa “Menilai buku hanya dari sampulnya saja” adalah suatu kekeliruan besar. Kekeliruan ini bukan saja akan menyesatkan tapi juga membuat kita menghakimi seseorang dengan keliru, sebagaimana orang banyak dengan bangga menghakimi Yesus.

Kitapun saat ini diajarkan untuk tidak menilai seseorang berdasarkan tampilan luarnya saja. Sebab jika itu terjadi kita menjadi hakim bagi orang itu dan kemudian menjadikan orang itu sebagai objek “kebenaran” yang kita pegang untuk membenarkan diri kita dan menyalahkan orang lain. Belajarlah untuk tidak cepat menilai seseorang berdasarkan ukuran yang kita ukur. Sebab ukuran yang kita pakai akan dipakai TUHAN juga untuk mengukur kita. Berpeganglah hanya pada kebenaran yang dari TUHAN supaya tidak ada kebenaran-kebenaran semu yang akan menyesatkan kita. Amin.

YOHANES 17:20-23

  YOHANES 17:20-23 Ibadah Keluarga 09 Oktober 2024   PENDAHULUAN Bacaan Alkitab ini merupakan bagian dari doa Tuhan Yesus sebelum menjalani ...