Thursday, November 7, 2013

BAHAN PERSIAPAN KHOTBAH MINGGU 10 NOVEMBER 2013

DANIEL 6:1-10

PENDAHULUAN
Nama Daniel adalah nama dari orang Ibrani yakni dani’el yang berarti Allah adalah Hakim-ku. Ia terkenal dengan ketaatan dan kesetiaanya kepada TUHAN, Allah Israel dan sekaligus mampu menjadi saksi iman di tengah pembuangannya di Babel. Siapa sesungguhnya Daniel?

Daniel terlahir sebagai bangsawan dan lahir sekitar tahun 625 SM (1:3-4). Ia mendapatkan pelajaran yang sangat keras melalui pengalaman hidupnya yakniia dibawa ke dalam pembuangan oleh raja Nebukadnezar. Pada saatmengalami pembuangan itu, Daniel berusia sekitar 20 tahun. Menarik untuk disimak bahwa Daniel bersama dengan beberapa orang muda terpilih dalam rekrutme bekerja di istana raja. Awal pertama mereka harus menikuti kegiatan pelatihan yang sifatnya “ikatan dinas” yaitu setelah tiga tahun belajar dan dididik  dalam pengetahuan keistanaan mereka wajib bekerja kepada raja (bd.1:4,5).

Alkitab menyebutkan bahwa ada 4 orang dari Yehuda yang lolos seleksi yakniDaniel (kemudian disebut Beltsazar = kiranya ibu dewa bel melindungi raja);Hananya yang berarti yang dikasihi Tuhan (kemudian disebut Sadrakh =Disinari oleh Dewa Matahari Ba); Misael yang berarti Siapakah Allah?(kemudian disebut Mesakh= hamba dari Dewa Shach); dan Azaraya yang berarti Tuhan adalah penolongku (kemudian disebut Abednego = hamba dari dewa Nego).

Karier para pemuda Yehuda ini terbilang sangat baik dan terus menanjak, istimewa Daniel yang diberi nama sebutan orang Babel, yakni Beltsazar itu.Dalam pasal 2:48, Nebukadnezar mengangkatnya menjadi kepala penguasa di propinsi Babilonia dan kepala gubernur dari seluruh orang-orang bijak dari Babilonia.

Puncak karier Daniel adalah ketika ia berusia 90 tahun, pada masa pemerintahan Raja Darius dari Mediayangmengangkat Daniel menjadi salah satu dari tiga pejabat Raja dan bahkan Sang Raja sempat berpikir untuk menetapkannya menjadi pemimpin seluruh Kerajaannya (6:4).

Pada latar kisah inilah bacaan kita minggu ini dimulai.


GALIAN PERIKOP
Terdapat beberapa catatan penting dalam pasal 6:1-6 ini yang perlu didalami untuk mengungkap kesuksesan dibalik karier Daniel ini, yakni:
1.      Dalam ayat 1-4 kita disuguhkan suatu kenyataan menarik bahwa Dainel terpilih sebagai salah satu dari 3 Pejabat Tinggi Kerajaan yang membawahi 120 pejabat wakil raja di seluruh kerajaan. Tugas utama Daniel adalah menjadi pengawas terhadap para wakil raja serta secara khusus menjaga wibawa raja agar kekuasaan dan kekayaan raja dapat diper-tanggung-jawabkan dan tidak terjadi kerugian.

Posisi ini bisa dibilang cukup “basah” dan sangat menjanjikan untuk dapat peluang memperkaya diri sendiri atau bahasa modern sekarang Korupsi. Mengapa tidak? Seluruh wakil-wakil raja yang membawahi luasnya kerajaan itu, dan bahkan sampai daerah jajahan sekalipun wajib untuk melaporkan apapun kondisi dan perkembangan kerajaan kepada Daniel termasuk juga barangkali jumlah upeti dan kekayaan raja.

Dengan kata lain, 3 0rang ini termasuk Daniel adalah pejabat tertinggi setelah Raja Darius tentunya. Satu-satunya pejabat yang mengawasi dan dapat memerintah Daniel adalah Raja sendiri. Tapi adalah mustahil seorang Raja melakukan pengawasan melekat kepada mereka bertiga sebab tugas itu sudah dilimpahkan kepada mereka sendiri (bd. Ay.3). Maka peluang untuk terjadi kejahatan “korupsi” sangatlah mungkin tanpa sepengetahuan raja. Daniel bisa saja memanfaatkan posisi dan jabatannya itu demi kesenangannya. Namun kita menemukan hingga akhir kisah ini, Daniel tetap “bersih” dari penyalahgunaan jabatan dan kekuasaan.

2.      Daniel bukan saja hidup “bersih” dari penyalah-gunaan jabatan dan kekuasaan, ia bahkan mampun untuk bekerja dengan baik dan berhasil dalam tugas dan tanggung-jawabnya itu. Hal ini terbukti lewat suksesnya Daniel “mengkaryakan” posisinya untuk kejayaan kerajaan sehingga oleh raja ia dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi lagi dari rekan-rekan sekerjanya. Daniel disiapkan menjadi penguasa seluruh kerajaan Darius (ay.4).

Dengan kata lain, Daniel adalah seorang pekerja keras dan bukan pribadi yang cepat puas terhadap capaian diri. Ini tidak berarti bahwa Daniel seorang yang ambisius dan tidak pernah ingin berhenti mencapai posisi. Bukan, Daniel tidak seperti itu!! Hal ini disebabkan, menurut ayat 4, karena Daniel memiliki roh yang luar biasa. Apapun maksud dari pernyataan ayat tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa Daniel memperoleh “Karunia” lebih dari mereka yang lain karena TUHAN menganugerahkannya. Dapatlah dikatakan bahwa semakin besar karunia yang ia miliki, semakin tinggi juga nilai capaian dan pertanggung-jawabannya kepada Sang Pemberi karunia. Artinya, talenta itu tidak ditanam Daniel dalam tanah.

3.      Mengapa Daniel mampu mencapai prestasi sedemikian? Kita pastilah sepakat bahwa itu atas anugerah TUHAN, Allah Israel yang juga adalah Allah-nya Daniel. Namun, hal yang perlu ditelusuri adalah kehadiran Allah bagi Daniel pastilah ada alasannya. Mengapa ia begitu disertai TUHAN; apakah yang sudah dilakukan Daniel? Jawabannya kita temukan pada sikap dan sifat Daniel sebagai pribadi yang dikasihi Allah (10:11), yakni:
  1. Daniel hidup dalam ketaatan (6:5,6)
Sesuatu yang penting dan utama dari tokoh ini adalah Daniel seorangpribadi yang memiliki semangat rohani yang luar biasa. Hal ini nampak dan jelas dinyatakan dalam ayat 5 bacan kita bahwa ketaatanNya kepada Allah dilakukan lewat “hidup bersih” dari segala kesalahan dan penyelewengan aturan kerajaan; yang diimbangi dengan Ketaatannya beribadah kepada Allah.

Daniel berhasil melakukan apa yang dikehendaki raja. Nilai kepercayaan raja tidak disia-siakan Daniel. Ia berhasil dipercayai manusia sehingga tidak satupun ditemukan kesalahan terhadapnya. Di sisi lain, kedekatannya dengan TUHAN adalah nilai lebih dan nilai beda dari para pejabat kerajaan. Kehidupan spiritualitasnya demikian baik yang justru terbentu karena hidupnya yang selalu beribadah kepada TUHAN.

  1. Daniel memilih menyenangkan TUHAN dari pada manusia (6:11-12)
Disebutkan di atas bahwa Daniel taat pada aturan kerajaan. Namun Daniel juga memiliki prinsip hidup spiritualitas yang teruji. Saat aturan kerajaan menghalanginya untuk beribadah kepada Allah, Daniel lebih memilih taat kepada TUHAN, Allah-nya dari pada aturan dan ketetapan manusia.
Perhatikanlah apa yang terjadi pada ayat 11 dan 12 bacaan kita. Harusnya jika ingin “aman” dari masalah hukum, bisa saja Daniel mengambil langkah taktis yang kompromistis yaitu: untuk sementara menunda beribadah kepada TUHAN selama 30 hari (aturan ayat 8) dengan keyakinan “pastilah TUHAN mengerti” kondisi ini. Luar biasanya adalah, Daniel tidak memilih langkah “aman” ini.

Apa yang ia lalukan? Daniel sadar bahwa ada larangan tentang beribadah kepada TUHAN, Allah. Kalaupun Daniel tetap berniat beribadah, harusnya ia segera menutup jendela dan kemudian berdoa diam-diam kepada TUHAN, Allahnya. Namun justru yang dilakukannya berbeda. Pada ayat 11 pasal 6, Daniel justru berdoa dengan jendela yang terbuka mengarah ke Yerusalem dan tentu saja efeknya, setiap orang dapat melihat dan mendengar ketika ia sedang berdoa. Akhirnya ia ditangkap.

  1. Daniel hidup mengekspresikan Kasih Allah (6:22-23)
Normalnya reaksi seseorang ketika disakiti adalah merasa dendam dan lebih cendrung memutuskan tali silahturahmi dengan orang lain yang telah melukai hati. Namun tidak demikian dengan Daniel. Ia mampu mengekspresikan Kasih Allah dalam dirinya lewat “melepaskan pengampunan” dan memaafkan sikap raja yang kurang bijak memjatuhi hukuman ke goa singa untuknya.

Sikap Daniel ini tergambar dalam ayat 22-23 ketika menjawab pertanyaan Raja dengan penuh hormat dan sanjungan tanpa menunjukkan sedikitpun rasa benci atau dendam. Inilah integritas pribadi yang mengasihi dan dikasihi Allah.

  1. Daniel tidak “silau” dengan harta duniawi (5:16,17)
Kita juga menemukan pribadi Daniel yang tahan uji dalam hal kekayaan dan kehormatan. Saat ia harus membaca tulisan di dinding itu dan menguraikan maknanya, Daniel ditawarkan hadiah dan jabatan yang luar biasa tak ternilai. Jika ia tidak tahan uji, pastilah tidak akan terucap dari bibirnya dalam ayat 17 yang berbunyi: “tahanlah hadia tuanku … berikanlah kepada orang lain.” Mengapa demikian? Karena yang utama bagi Daniel adalah menyampaikan pesan TUHAN melalui tulisan itu dan bukan soal iming-iming hadiah yang menggiurkan.

Daniel Fokus pada misi Allah bagi raja yang mencoreng kekudusan-Nya karena menajiskan alat-alat Bait Suci yang kudus itu. Harta dan kekuasaan tidak mampu mengalihkan Daniel pada prioritas utamanya ketika dihadirkan TUHAN dalam pembuangan tersebut, yakni menjadi jurubicara-Nya bagi bangsa tersebut.

Itulah empat alasan dari sekian banyak hal lain tentang sikap dan sifat Daniel sehingga ia menjadi pribadi yang berhasil di tengah pergumulan pembuangan dan sekaligus menjadi pribadi yang sangat di kasihi TUHAN, Allah Israel.

APLIKASI DAN RELEVANSI
Dari uraian di atas, pastilah ditemukan beberapa pokok penting yang cukup relevan dengan kehidupan orang percaya saat ini, secara khusus berhubung dengan menjadi pribadi yang berkenan kepada Tuhan Yesus Kristus.

Silakan direnungkan dan kembangkan beberapa pokok ini yang mungkin dapat direlevansikan:
1.      Jangan hanya bangga dan berhenti pada menjadi orang KRISTEN yang percaya, tapi jadilah orang yang dapat DIPERCAYA! Daniel adalah pribadi yang sangat dipercayai dikalangan istana termasuk raja karena sikap dan sifat yang ditunjukkannya.

2.      Pada jaman Daniel bangsa Media menyembah berhala. Tetapi Daniel justru3 kali sehari berlutut untuk berdoa dan menyembah Allah dan setia beribadah kepadaNya. Lingkungan seringkali memperngaruhi pola pikir, pola tutur dan pola laku setiap orang. Tapi hal ini tidak mempengaruhi Daniel. Mengapa? Karena ia setia kepada Allah. Pada bagian akhir justru bukan lingkungan pembuangan itu yang mempengaruhi Daniel, namun justru kerajaan itu berhasil dipengaruhi Daniel karena imannya (bd. 6:26-28)

3.      Banyak orang sering melupakan Tuhan saat telah mencapai nikmat hidup. Tidak demikian dengan Daniel. Kesetiaannya kepada TUHAN tetap terjaga di tengah gemilaunya harta dan tingginya jabatan dan kekuasaan yang ia peroleh. Kejatuhan orang percaya lewat meninggalkan TUHAN lebih besar kemungkinannya saat hidup dan keadaan sangat berkelimpahan dan tak berkesusahan. Semakin bergumul, pastilah semakin dekat dengan TUHAN. Namun jika jauh dari persoalan, jauh juga hidup kerohaniaannya dari TUHAN. Daniel adalah contoh pribadi yang memiliki integritas iman yang mumpuni ketika ia tidak mampu dipengaruhi oleh keadaan apapun.

Selamat Menyiapkan Khotbah

Wednesday, October 30, 2013

HAL BERPUASA



A.      Pengertian dan Tujuan Puasa atau Doa-Puasa

Dalam Alkitab berpuasa menunjukkan disiplin berpantangan makanan dengan maksud rohani. Sekalipun berpuasa sering dikaitkan dengan doa, namun puasa harus dipandang sebagai suatu tindakan rohani tersendiri. Sebenarnya puasa dapat disebut “berdoa tanpa mengucapkan kata-kata”. Ada tiga bentuk puasa yang utama yang dikemukakan dalam Alkitab, yakni:
1.       Puasa yang biasa: berpantang semua makanan, baik yang keras maupun yang lembut, tetapi tidak berpantang air. Contohnya: puasa yang dilakukan Yesus selama 40 hari (luk.4:2) dan kemudian Ia merasa lapar (tidak disebut dan merasa haus).
2.       Puasa sepenuhnya: tidak makan dan minum (Est.4:16; Kis.9:9). Pada umumnya puasa ini dilaksanakan tidak lebih dari tiga hari. Tubuh seseorang mulai menjadi kering apabila tidak mendapat air selama lebih dari dua hari. Memang Musa dan Elia melakukan puasa sepenuhnya selama 40 hari, tetapi saat itu mereka berpuasa dengan keadaan adikodrati (Kel.34:28; Ul.9:9,18; 1Raj.19:8).
3.       Puasa sebagian: pembatasan makanan dan bukan tidak makan sama sekali (Dan.10:3).

Dalam Perjanjian Lama umat Allah melakukan puasa untuk menunjukkan kerendahan hati, penyangkalan diri, dan kapatuhan kepada Allah serta mencari kasih karunia, pertolongan, perkenanan dari-Nya (Ezr.8:21,31). Kapankah dan dalam kondisi apa umat Allah tersebut melakukan puasa? Hal ini kurang dijelaskan secara terperinci dalam Alkitab, namun ada beberapa hal yang menjelaskan di saat mana mereka melakukan puasa, yakni:
1.       Ketika tertekan oleh kesusahan yang berat (2Sam.12:16-23; 1Raj.21:20-27; Mzm.35:13; 69:11).
2.       Sedang menyembah Allah pada Hari Pendamaian (bd. Im.16:29-31; 23:26-32).
3.       Ingin menunjukkan pertobatan dan penyesalan (1Raj.21:27-29; Yun.3:4-10)
4.       Sedang berhadapan dengan bahaya (2Taw.20:3; Ezr.8:21-23), penyakit (2Sam.12:15-16), dan kematian (1Sam.31:13).
5.       Sedang mempersiapkan diri untuk pelayanan (Kel.34:28; Ul.9:9-18).
6.       Mencari Allah untuk peembaharuan dan pemulihan (Dan.9:3-19).

Di atas telah disebutkan bahwa puasa sering dihubungkan dengan doa, yang biasa disebut dengan doa-puasa. Dalam Alkitab, doa puasa-pun sering dilakukan dengan tujuan untuk:
1.       Menghormati Allah (Mat.6:16-18; Za.7:5; Luk.2:37)
2.       Meredahkan diri di hadapan Allah (Ezr.8:21; Mazm.69:11; Yes.58:3) agar lebih banyak mengalami kasih karunia (1Ptr.5:5) dan mengalami kehadiran Allah yang khusus (Yes.57:15; 58:6-9).
3.       Meratapi dosa dan  kegagalan pribadi (1Sam.7:6; Neh.9:12).
4.       Meratapi dosa-dosa gereja, bangsa dan dunia (1Sam.7:6; Neh.9:12).
5.       Mencari kasih  karunia untuk tugas yang baru dan menetapkan kembali penyerahan diri kita kepada Allag (Mat.4:2).
6.       Mendekatkan diri  kepada Allah lewat  bertekun  di  dalam  doa untuk  melawan  kuasa-kuasa  rohani yang menentang (Hak.20:26; Ezr.8:21; Yl.2:12; Luk.18:3; Kis.9:8-19).
7.       Menunjukkan pertobatan dan dengan demikian memberikan kesempatan kepada Allah untuk mengubah maksudNya menghukum kita (2Sam.12:16; Yun.3:5,10).
8.       Menyelamatkan orang dari kuk kejahatan (Yes.58:6; Mat.17:14-21; Luk.4:18).
9.       Memperoleh  petunjuk dan hikmat mengenai kehadiran Allah (Kis.13:2-3).
10.   Mendisiplinkan tubuh agar dapat menguasai diri (Mzm.35:13; Rm.13:14; 1Kor.9:27)
11.   Membuka jalan bagi pencurahan Roh Kudus dan kedatangan Kristus kembali untuk umat pilihan-Nya (Mat.9:15).

B.      Tata Cara Melaksanakan Puasa atau  Doa-Puasa

         Jika kita meneliti dengan seksama tata cara pelaksanaan puasa dalam Alkitab, maka kita tidak akan menemukan secara detail bagaimana hal itu dilaksanakan. Bahkan dalam  aturan Yahudi berdasarkan Hukum Taurat –yang adalah Perjanjian Lama dalam Alkitab kita-, hal itu tidak banyak diatur.
         Namun, dalam Perjanjian Baru kita menemukan sedikit uraian tentang  bagaimana cara berpuasa sebagaimana dikatakan Tuhan Yesus dalam Mat.6:16-18: "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." Dari kutipan ayat ini  kita dapat  menyimpulkan tentang kriteria atau syarat melaksanakan  puasa maupun doa puasa  dalam kekristenan saat ini, yakni:\

1.       Jangan “pamer” kepada orang lain bahwa kita sedang berpuasa
2.       Jangan lakukan dengan kemunafikan, yakni saat berbuasa justru kita sedang  melakukan dosa dan kejahatan (bd. Yes.58:4)
3.       Lakukan puasa hanya untuk Tuhan dalam ketulusan, bukan karena ingin mendapat pujian orang.
4.       Lakukan dengan wajar tanpa menarik perhatian orang.

Kapan dan bilamana puasa itu dilaksanakan? Aturan waktu pelaksanaan puasa tidak dijelaskan secara terperinci dalam Alkitab. Namun, berdasarkan uraian tentang tujuan puasa di atas kita dapat menyimpulkan bahwa puasa dilaksanakan tidak berdasarkan waktu terjadwal atau aturan baku tertentu, melainkan berdasarkan kondisi atau  kebutuhan pribadi yang akan melaksanakan puasa (bd. Dan.9:3-19). Sebagai contoh misalnya jika  ingin sembuh dari sakit dan memintah jamahan Tuhan secara khusus, orang tersebut dapat melakukan doa puasa (bd. 2Sam.12:15-16). Dengan kata lain tindakan puasa berhubungan erat dengan komitmen seseorang untuk melakukan yang  terbaik  bagi Tuhan. Perhatikanlah bahwa puasa dilakukan untuk Tuhan, sehingga soal waktu  -kapan pelaksanaannya dan bagaimana melaksanakannya- diserahkan sepenuhnya kepada tiap pribadi berdasarkan komitmen yang  ia buat.
Dalam Daniel 10:3  kita menemukan bahwa lamanya waktu puasa dan  jenis puasa yang dilakukan amat tergantung pada pilihan dan putusan pribadi seseorang yang akan melaksanakan puasa. Memang kita mendapat kesan, bahwa kegiatan puasa  seakan “tidak mendapat perhatian” Alkitab dibanding dengan kegiatan-kegiatan rohani lainnya. Hal ini disebabkan karena puasa adalah sarana pelengkap dari berbagai kegiatan rohani lainnya yang tidak terikat menjadi suatu keharusan untuk dilaksanakan. Sebagai  contoh:

-          Setiap orang percaya diwajibkan untuk berdoa, namun tidak diharuskan untuk melaksanakan puasa.
-          Setiap orang percaya harus mengaku dosanya dan memohon  pengampunan dari Allah agar keselamatan yang telah ia terima tidak diambil darinya, namun tidak diharuskan  untuk melaksanakan puasa untuk memperoleh keselamatan  itu.

Itulah sebabnya Yesus tidak mempermasalahkan para murid ketika mereka tidak ikut berpuasa sebagaimana dilakukan oleh orang Israel umumnya dan para Farisi khususnya (bd. Mat.9:14). Hal ini tidak berarti bahwa berpuasa tidak memiliki keunggulan dan  kegunaan. Perhatikanlah uraian tentang tujuan dan manfaat puasa di atas! Pada  umumnya puasa menyenangkan hati Tuhan, asalkan itu diimbangi dengan perbuatan-perbuatan benar (bd, Yes.58:4), bahkan membantu memaksimalkan kuasa doa dan permohonan tertentu kepada Tuhan. Sebagai contoh, doa dan puasa mampu mengusir kuasa setan yang mengganggu kehidupan rohani dan jasmani seseorang (Mat.17:14-21).
Jika puasa adalah suatu komitmen saudara untuk dilakukan kepada Tuhan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang saudara inginkan dan berkenan dihadapan Tuhan, maka berikut ini sedikit saran cara melakukan puasa (doa-puasa):

1.       Sediakan beberapa hari untuk menyiapkan pelaksanaan puasa
2.       Tentukan Jenis Puas apa yang akan anda lakukan. Misalnya: Puasa penuh (tidak makan dan minum); Puasa biasa (tidak makan); Puasa sebagian (berpantangan makanan tertentu)
3.       Tentukan kapan akan dilaksanakan dan berapa lama. Misalnya: satu hari penuh, atau berarti 24  jam pelaksanaan (Jika dimulai jam 10.00 maka mesti berakhir pukul 10.00 esok harinya);  Bisa juga setengah hari atau 12 jam pelaksanaan (Jika dimulai pkl 07.00 maka mesti berakhir pkl 19.00). Inilah yang disebut dengan komitmen dan laksanakan komitmen itu.
4.       Tentukan tujuan dari pelaksanaan puasa itu. Misalnya: agar mendapatkan karunia  khusus; kesembuhan dari sakit;  pekerjaan dll; atau tanpa permintaan khusus hanya untuk menyenangkan hati Tuhan.
5.       Sampaikan semua komitmen saudara itu (point 2-4) kepada Tuhan melalui doa pada masa persiapan pelaksananan puasa (point 1). Ingatlah masa persiapan ini sangat penting. Isilah masa persiapan ini dengan doa dan pujian pada waktu2 tertentu di dlm kamar misalnya.
6.       Hindari segala bentuk tindakan, perkataan atau pikiran yang jahat yang akan membawa anda jatuh dalam dosa pada masa persiapan dan di saat pelaksanaan puasa. Jika tidak puasa anda batal.
7.       Karena ini adalah komitmen anda di hadapan Tuhan, maka laksanakan dengan sepenuh hati. Ingatlah jangan batalkan komitmen yang sudah diucapkan. Sebab itu merupakan “janji” anda dihadapan Tuhan. Jika tidak, maka anda “berhutang”  janji  kepadaNya. Karena lebih baik tidak bernazar, dari pada mengucapkan nazar di hadapan Allah namun tidak menepatinya. (Ul.23:21).
8.       Selama melaksanakan puasa, jangan lupa untuk menyampaikan permintaan khusus kepada Allah (melalui doa) berdasarkan tujuan puasa yang telah anda tetapkan sebelumnya (point 4)

Adakah pantangan yang mengahalangi seseorang melaksanakan puasa? Pertanyaan ini sering dihubungkan dengan beberapa aturan pada agama tertentu (Yahudi dan Islam). Satu diantaranya, jika seorang perempuan sedang “datang  bulan” (haid) maka haram hukumnya untuk beribadah, masuk dalam rumah ibadah atau melaksanakan kegiatan keagamaannya. Dalam perjanjian lama atau Hukum Taurat (kitab Kejadian-Ulangan) –yang  adalah aturan agama Yahudi- setiap  orang dilarang untuk beribadah atau menjalankan kegiatan kerohaniannya jika ia sedang dalam kondisi/keadaan Najis. Seseorang dikatakan najis jika:
1.       Terkena pada sesuatu yang najis antara lain binatang, bangkai binatang (Im.5:2)
2.       Perempuan yang baru melahirkan, ia najis selama 7 hari (Im.12:2)
3.       Jika menderita penyakit Kusta (Im.13:3)
4.       Aurat Laki2 mengeluarkan lelehan mengalami kenajisan sampai 8 hari terhitung saat lelehan itu sudah berhenti (Im.15:2-15)
5.       Laki2 yang tertumpah spermanya mengalami kenajisan sampai matahari terbenam (Im.15:17)
6.       Perempuan yang “cemar kain” atau haid mengalami kenajisan selama 7 hari  masa cemar kain ditambah 7 hari sesudahnya (Im.15:19,28)
7.       Bila menyentuh mayat mengalami kenajisan selama 7 hari (Bil.19:11).
8.       dll

Dengan demikian orang yang sedang haid, menurut Hukum Taurat dilarang beribadah dan melaksanakan kegiatan Rohani, termasuk di dalamnya Puasa. Mengapa Gereja tetap memperbolehkan perempuan yang sedang haid untuk masuk gedung Gereja dan beribadah, bahkan melayani Tuhan? Jawabannya sederhana! Bahwa Hukum Taurat yang ada dalam Perjanjian Lama tidak berlaku pada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Perhatikan salah satu aturan Hukum  Taurat  tentang dilarang bekerja pada Hari Sabat. Waktu Yesus diprotes karena para murid bekerja pada hari sabat dan Yesus menyembuhkan orang pada hari sabat, Yesus berkata: “Anak manusia adalah Tuhan atas hari sabat (Mat.12:8; Luk.6:5). Secara tidak langsung bahwa Ia lebih tinggi dari aturan sabat, termasuk aturan Hukum Taurat.  Di tempat lain dalam Alkitab ditegaskan  bahwa  aturan  Hukum Taurat adalah penuntun Iman kepada Yesus Kristus. Jika Kristus telah hadir di dunia, maka kuasa Hukum Taurat tidak berlaku lagi (Gal.3:19-29).
Dari uraian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa aturan Hukum Taurat sudah tidak berlaku lagi bagi mereka yang percaya kepada Yesus Kristus. Itulah sebabnya peraturan sunat, najis waktu haid, aturan sabat, korban bakaran dll  dalam Hukum Taurat tidak menjadi Dogma dan ajaran Gereja. Sekarang bolehkan orang berpuasa saat Haid? Jawabnya  BOLEH! Bukan kenajisan lahiriah (haid, kusta, kena sperma,  menyentuh mayat, tidak sunat dll) yang menentukan saudara tidak bisa beribadah dan melayani Tuhan melainkan kekudusan Rohanilah yang  dituntut oleh Tuhan ketika kita datang kepadanya. Kekudusan rohani misalnya: Sunat hati atau bersih hati (Kol.2:11-13; Rm.2:29); hidup benar dan menjauhkan diri dari  kejahatan dll.

C.      S i m p u l a n

Memang benar bahawa Puasa bukan suatu kewajiban dan penentu keselamatan seseorang. Namun puasa memiliki banyak kegunaan rohani dan jasmani serta mengandung tujuan yang mulia yakni dilakukan  hanya untuk Tuhan. Manfaat puasa sangatlah baik untuk kehidupan spiritual seseorang karena mengandung ajaran disiplin rohani yang  memberi pengaruh positif bagi keehidupan lahiriah. Karena itu, walaupun bukan suatu kewajiban, namun disarankan umat Tuhan perlu untuk melakukannya.

Selamat Berpuasa!!

Tuesday, September 24, 2013

BAHAN RENUNGAN IBADAH SEKTOR 25 SEPTEMBER 2013


YEHEZKIEL 38:10-16

Jemaat Tuhan...
Yeh.38 dan 39 adalah merupakan satu pokok bahasan mengenai nubuatan tentang penyerbuan oleh bangsa-bangsa yang bersatu melawan kerajaan Israel, setelah dibangun kembali. Negara-negara tersebut ada di sebelah utara, dekat Laut Hitam. Suatu kemenangan Yahweh yang menakjubkan dinubuatkan waktu itu.

Persoalan utama dari pemahaman atas nubuat ini adalah, baik para ahli, maupun awam - berusaha untuk mencocokkan apa yang dinubuatkan dengan konteks kekinian mereka. Sebagai contoh Gog dari Magog pada masa ini sering ditafsirkan sebagai Rusia yang akan bekerjasama dengan Iran untuk menghancurkan Israel. Tetapi terlepas dari hal ini tepat atau tidak, mari kita melihat kesatuan bahasan pada Yeh.38-39 dari konteks sebagai Orang Percaya atau Pengikut Kristus.

Jemaat Tuhan...
Untuk itu mari kita perhatikan bacaan kita ini:
1.       Ayat 10-13. Ini adalah pernyataan TUHAN untuk menggerakkan Gog dari Magog untuk memerangi Israel. Perhatikan bahwa TUHAN Israel adalah TUHAN yang menciptakan alam semesta, sehingga IA juga berdaulat atas Gog dari Magog dan seluruh pasukannya. Bahkan niat Gog dalam konteks nubuatan ini untuk menyerang Israel juga berasal dari TUHAN.

Siapakah Gog dari Magog ini? Istilah "GOG", dari kata Yunani Î³Ï‰Î³ – (baca: gog) yang berasal dari bahasa Ibrani ×’וג - GOG, gimel-vav-gimel, yang berarti pegunungan. Dalam Perjanjian Lama kata ini digunakan untuk nama seorang Israel dari suku Ruben, putra Semaya dan nama seorang raja dalam nubuatan para nabi yang akan datang dari Utara dan menyerang Israel. "MAGOG", Yunani Î¼Î±Î³Ï‰Î³-magog, berasal dari bahasa Ibrani ×ž×’וג - MAGOG, mem-gimel-vav-gimel, dataran di Utara Israel yang menurut nubuatan , akan datang raja Gog menyerang Israel. Nama ini pun digunakan sebagai nama keturunan Yafet dalam Kejadian 10:2, 1 Tawarikh 1:5. Bangsa-bangsa ini barangkali terletak di sekitar bagian tenggara Laut Hitam, suatu daerah yang kabur dan tak dikenal oleh orang Yahudi. Sekutu-sekutu lain yang di sebelah utara Laut Hitam dibeberkan dalam Yehezkiel 38:6, tetapi orang-orang Persia, Etiopia dan Afrika Timur disebut dalam Yehezkiel 38:5, sehingga rasul Yohanes dalam Wahyu 20 menggunakan istilah-istilah Gog dan Magog untukmenunjukkan semua anggota dari sekutu yang bermusuhan, yang datang dari keempat penjuru bumi.

Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa Gog dan bangsa Magog adalah kumpulan bangsa yang tidak percaya kepada Allah. Mereka adalah bangsa kafir yang amat keji.

2.       Ayat 14-15 Ini adalah perintah TUHAN kepada anak manusia (Yehezkiel) untuk menubuatkan kepada Gog, kapan waktu mereka menyerang, darimana datangnya serangan, siapa-siapa saja yang ikut menyerang, dengan mengendarai apa, dengan kekuatan dan pasukan yang bagaimana. Perhatikan detil ini, karena sekali lagi ditampilkan penekanan atas kedaulatan TUHAN yang mengatur segala sesuatu di muka bumi ini sampai hal sekecil-kecilnya.

3.       Ayat 16 Ini adalah pernyataan TUHAN yang menjelaskan maksudNYA dengan memakai kekuatan Gog menyerang Israel. Perhatikan frasa: "supaya bangsa-bangsa mengenal Aku" dengan sangat tegas mewakili maksud TUHAN.

Jemaat Tuhan...
Dari beberapa uraian di atas... ada beberapa ponter penting untuk dapat diaplikasi dalam perjalanan hidup kita, yakni:
1.       TUHAN berdaulat sepenuhnya dalam kehidupan kita.
Dari bacaan kita khususnya dan disepanjang Kitab Yehezkiel, hal ini diungkapkan melalui beragam cara. Pertama, tentang kehancuran Israel dan kemudian juga berita penghukuman kepada bangsa-bangsa lain menunjukkan kedaulatan TUHAN atas perjalanan sejarah semua bangsa.

Sebagai orang percaya, ketika kita mencoba memahami sejarah bangsa Israel, cobalah melihat dengan perspektif ini; Kemalangan tidak disebabkan ketidakmampuan TUHAN dalam menjaga umat-NYA, tetapi pada ketidakmauan-NYA melakukan hal itu karena dosa-dosa umat-NYA.

Ketika kita mengalami kemalangan hidup dan pergumulan yang disebabkan oleh orang lain, bukankah kita cenderung menganggap bahwa Tuhan tidak melindungi kita? Ketika kita melihat orang jahat selalu sukses dan kita gagal, bukankah cendrung pula kita menggungat Allah dan mengatakan Tuhan bepihak pada kejahatan? Perhatikanlah bahwa Allah berdaulat pada segla ciptaanNya dan memiliki kuasa melakukan apapun yang Dia kehendaki (walau kita tidak sukai) menurut kehendak bebasNya sebagai penguasa atas kita.

Tuhan memakai Gog dari Magog untuk menghancurkan Israel. Tuhan memakai bangsa kafir ini untuk menyatakan maksud dan tujuanNya, yakni pelajaran penting terhadap Israel. Tuhan bisa dan berdaulat untuk memakai apa saja untuk menyatakan kehendakNya. Ia bisa memakai kemalangan kita; kehancuran dan kegagalan kita; dan bahkan kejahatan orang lain untuk melaksanakan maksudNya dan rencanaNya.

2.       TUHAN menunjukkan kekudusanNYA supaya bangsa-bangsa mengenalNYA. Dari khususnya ayat 16 di atas, segala hal tentang Gog dari tanah Magog ini, sebagaimana Babel yang menghancurkan Israel, adalah cara TUHAN menunjukkan kekudusanNYA supaya bangsa-bangsa mengenal IA. Alasan TUHAN menyatakan pertolongan pada bangsa Israel pada jaman perbudakan Mesir adalah karena Ia tidak ingin nama-Nya dinajiskan oleh bangsa-bangsa (Yeh.20:9, 14, 22). 

Ironisnya, justru bangsa Israel-lah yang menajiskan nama itu melalui penyembahan berhala yang mereka lakukan (Yeh.20:39). Karena mereka menajiskan nama TUHAN, maka TUHAN menghabiskan mereka dalam amarah-Nya (Yeh.43:8).

Pembuangan ke Babel sendiri di sisi lain, yakni di mata bangsa-bangsa lain, merupakan penajisan nama TUHAN dalam hal IA dijadikan bahan ejekan oleh bangsa-bangsa lain (Yeh.36:20-21). Karena itu, TUHAN akan menghentikan penajisan ini dengan cara menjanjikan pemulihan. Itupun dilakukan oleh karena nama-Nya yang kudus (Yeh.39:7, 25, 27). Yehezkiel 36:22 secara tepat mengungkapkan kebenaran ini: “Bukan karena kamu Aku bertindak, hai kaum Israel, tetapi karena nama-Ku yang kudus yang kamu najiskan di tengah bangsa-bangsa di mana kamu datang”.
Jadi, apapun yang dilakukan oleh TUHAN, itu semua berkaitan dengan nama-NYA yang Kudus. Kini, setelah sebagai orang percaya kita mengenal TUHAN melalui Yesus Kristus, kita harus tetap mengusahakan supaya bukan saja kita, melainkan orang lain juga boleh melihat kekudusan TUHAN.

3.       TUHAN bernubuat melalui para Nabi dengan maksud supaya manusia memperoleh keselamatan. Segala nubuat para Nabi, secara khusus nubuat Nabi Yehezkiel, sebaiknya dilihat dari perspektif orang percaya sebagai peringatan akan cara manusia menata kehidupannya di hadapan TUHAN. Segala usaha manusia untuk mencari kapan masa penggenapan dan dimana penggenapan nubuatan itu - adalah baik adanya - tetapi lebih baik lagi kalau kita berusaha menangkap dan memahami pesan nubuatan itu, yaitu berbalik dari melawan kehendakNYA dan menjadi anak-anak TUHAN yang senantiasa melaksanakan kehendakNYA dengan sukacita.

4.       SILAKAN DIKEMBANGKAN APLIKASINYA SESUAI POINTER TAFSIRAN DI ATAS...


5.       SELAMAT MELAYANI.

Saturday, September 14, 2013

BAHAN RENUNGAN IBADAH KELUARGA 18 SEPTEMBER 2013

YOSUA 10:38-43

Jemaat yang dikasih Tuhan...
Apa yang dapat kita pelajari dari Yosua 10 ini? Yosua 10 diawali dengan kisah tentang Adoni-Zedek, raja Yerusalem yang memprakarsai suatu aksi militer terhadap Gibeon yang telah mengkhianati mereka. Nama Adoni-Zedek ini berarti “Tuhan adalah kebenaranku” mirip dengan nama Melkisedek yang berarti “Raja kebenaran”, seorang tokoh di zaman Abraham. Melkisedek adalah raja Salem, sementara Adoni-Zedek adalah penguasa di Yerusalem pada zaman Yosua.

Menghadapi tekanan dari lima kerajaan, bangsa Gibeon yang memiliki pahlawan-pahlawan itu meminta bantuan kepada bangsa penakluk mereka, Israel. Sudah menjadi hal yang lumrah di zaman itu, apabila satu bangsa membuat sebuah kovenan dengan bangsa taklukkan mereka, maka salah satu kewajiban bangsa penakluk adalah membantu bangsa yang ditaklukkan. Dan kovenan yang berkembang di zaman itu pulalah yang digunakan Allah untuk menjalin relasi dengan umatNya, sehingga kita mengetahui adanya kovenan antara Tuhan dan umatNya. Yosua pun datang berbondong-bondong dengan pasukanNya untuk membantu Gibeon.

Jemaat yang dikasih Tuhan...
Di dalam kisah ini, kita dapat membaca tindakan-tindakan yang menurut ukuran orang modern di zaman ini, nampak sebagai sebuah tindakan yang kejam. Misalnya dalam Yosua 10:28, yang berbunyi:
Demikianlah Yosua mengalahkan seluruh negeri itu, Pegunungan, Tanah Negeb, Daerah Bukit dan Lereng Gunung, beserta semua raja mereka. Tidak seorangpun yang dibiarkannya lolos, tetapi ditumpasnya semua yang bernafas, seperti yang diperintahkan TUHAN, Allah Israel.

Meski demikian, Tuhan ternyata mendukung pemusnahan yang Israel lakukan terhadap bangsa Amori (Kanaan) itu, sebagaimana secara ngeri kita temukan semua bangsa Kanaan dan sekitarnya musnah binasa dalam keseluruhan pasal 10 ini. Kalau kita membacanya hanya sudut pandang Kitab Yosua ini saja, maka akan jelas nampak bahwa Tuhan adalah Allah yang kejam. Namun kalau kita melihatnya dari perspektif keseluruhan Alkitab, maka kita akan menemukan bahwa seringkali itu menjawab “sense of justice” (perasaan keadilan) di dalam batin manusia. Mengapa begitu kejam? Semua ada alasannya. Tuhan pernah berfirman kepada bangsa Israel dalam Kejadian 15:13-16, yang berbunyi:
Firman TUHAN kepada Abram: ‘Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya. Tetapi bangsa yang akan memperbudak mereka, akan Kuhukum, dan sesudah itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak. Tetapi engkau akan pergi kepada nenek moyangmu dengan sejahtera; engkau akan dikuburkan pada waktu telah putih rambutmu. Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap’.

Jadi, setelah 400 tahun, keturunan Abram, yaitu Israel akan kembali ke negeri Kanaan, dan pada waktu itu, kedurjanaan atau kejahatan orang Amori menjadi genap atau mencapai puncaknya. Yosua membunuh dan membantai habis bukan karena maunya, namun karena ketaatan kepada Allah. Tuhanlah yang perintahkan dia untuk memusnahkan semua (bd. ay.40).

Jemaat yang dikasih Tuhan...
Bedasarkan kisah perjuangan Yosua mengalahkan Kanaan dan seluruh sekutu mereka ini, maka kita bisa belajar beberapa hal:
1.       Cara Tuhan pada zaman Yosua untuk menghukum kejahatan adalah menggunakan bangsa lain. Tentu cara yang demikian tidak lagi berlaku pada zaman ini, dimana kini semangat dari hukum itulah yang lebih ditekankan. Bagi kita sebagai orang Kristen, Tuhan Yesus mengajarkan untuk menjadi “garam dan terang”. Menjadi terang artinya menjadi teladan, sedangkan menjadi garam, salah satu artinya adalah menjadi orang-orang yang Tuhan pakai untuk mencegah pembusukkan. Mungkin kita tidak mencegah pembusukan tidak lewat dunia militer, melainkan melalui dunia pendidikan atau membuat diri menjadi teladan bagi orang lain. Sebagai orang tua kepada anak dan juga sebagai orang percaya kepada dunia.

2.       Contohilah Yosua, yang taat bertempur karena melaksanakan Tugas dari ALLAH. Di kemudian hari Yesus mencontohkan hal yang sama dengan kualitas yang lebih mendalam, IA taat melaksanakan Tugas BAPANYA, sampai mati di kayu salib. Mengapa kualitasnya lebih mendalam? Karena Yosua menghadapi kemenangan dunia dengan sorak sorai penduduk Israel dalam pertempuran dan sewaktu kembali ke Gilgal, tetapi Yesus Kristus menghadapi ejekan dunia dan akhirnya di salib. KemenanganNYA dicapai di kayu salib dengan mematahkan kuasa maut dan naik ke Surga. Sikap taat kepada kehendak ALLAH, adalah mutlak bagi kemenangan kehidupan kita. Ketaatan Yosua mendatangkan kuasa dan kekuatan yang besar karena ALLAH. Demikian juga dengan orang percaya dalam amanat agung Kristus Yesus di Mark.16:17-18. Ingin punya kekuatan seperti itu? Jalannya hanya satu: Taat Kepada ALLAH.

3.       Dengan memahami mengapa ALLAH memusnahkan orang Amori, kita perlu tahu bahwa ALLAH adalah penuh Kasih dan sekaligus juga Tegas. Yang perlu kita jaga adalah jangan sampai kita merasa sebagai orang Israel tetapi sebenarnya perilaku kita seperti orang Amori, merasa seperti Daud, padahal sebenarnya kita berperilaku seperti Goliat, merasa sebagai orang percaya tetapi sebenarnya berperilaku seperti orang Farisi.

4.       Ketika kita menghadapi pertempuran dalam kehidupan kita, -dalam konteks sekarang pertempuran melawan keinginan daging, hawa nafsu dan godaan iblis- maka yang diutamakan adalah bagaimana memenangkan pertempuran itu untuk Kemuliaan ALLAH. Berapa sering kita terlalu sibuk mengalahkan diri kita sendiri, saingan kita di jemaat, mendapatkan sesuatu pengakuan atau penghargaan sosial kemasyarakatan / jemaat tanpa lagi mengingat untuk memuliakan ALLAH? Bukankah seringkali kita berusaha mencapai kemenangan dan ketenaran hanya untuk diri kita sendiri dan bukan untuk memuliakan ALLAH?

Jemaat yang dikasih Tuhan...
Karena itu, marilah terus berjuang dengan cara yang benar mari terus hidup dan menjalani hidup dengan cara yang benar. Cara yang benar untuk berjuang dan mejalani hidup ini adalah seperti yang Yosus lakukan, yakni hidup yang penuh ketaatan kepada Allah dan mengdalkan kuasa Tuhan di dalamnya. Amin.