Bahan Bacaan Alkitab Hari Minggu
5 Agustus 2018
PENGANTAR
Peristiwa dalam perikop ini terjadi setelah beberapa waktu lamanya Adam
dan Hawa keluar dari Taman Eden. Dosa dan pelanggaran mereka membuat mereka di
usir dari kenyamanan dan kemudahan fasilitas di Taman Eden itu
TELAAH PERIKOP
Terdapat beberapa pokok penting yang menjadi penekanan dalam bacaan kita
pada hari ini, yakni:
1. Keturunan
Adam pasca pengusiran (ay.1-4)
Anak laki-laki pertama dari kedua
manusia pertama itu diberi nama Kain.
Nama Kain berasal dari bahasa Ibrani קַיִן Qayin (baca: kha-yin) yang
berarti milik. Itulah sebabnya pada ayat 1 Adam berkata: “aku telah
mendapatkan seorang anak laki-laki, dengan pertolongan TUHAN”. Istilah “mendapatkan”
bermakna bahwa anak itu adalah miliknya. Selanjutnya, Adam-pun memperoleh anak
kedua dan diberi nama Habel. Nama
Habel berasal dari bahasa Ibrani הֶבֶל Hebel (baca:
heh'-bel) yang berarti “hembusan nafas”.
Keduanya
memiliki profesi yang berbeda. Kain menjadi seorang petani sedangkan Habel
menjadi seorang penggembala ternak. Pada suatu kesempatan keduanya
mempersembahkan korban persembahan dari hasil kerja masing-masing. Kain
mempersembahankan dari hasil tanahnya dan Habel dari hasil ternaknya (ay.4).
Menariknya, pada ayat 4 ini langsung dikisahkan bahwa persembahan Habel
diindahkan (diterima) oleh Tuhan Allah. Tidak disebutkan alasannya.
2. Apakah
alasan persembahan Kain ditolak TUHAN (ay.5-7)
Pada
permulaan ayat 5 disebutkan secara terang-terangan bahwa Kain dan korban
persembahannya tidak diindahkan TUHAN. Pertanyaannya mengapa demikian? Banyak
orang berspekulasi karena jenis persembahan Kain dari tanaman sedangkan jenis
persembahan Habel dari hewan. Allah lebih memilih persembahan Habel karena
persoalan jenis persembahan. Benarkah demikian? Benarkah jenis dan jumlah
persembahan menjadi masalah bagi Kain sehingga ia ditolak? Kita perlu
menyelidiki lebih lanjut.
Perhatikan
redaksi kalimat pada ayat 5: “tetapi Kain dan korban
persembahannya tidak diindahkanNya...”. Teks ini dengan tegas menyebut
bahwa TUHAN bukan menolak persembahan Kain, tetapi ia menolak Kain dan korban
persembahannya. Kain adalah subjek yakni si pemberi korban persembahan dan
korban persembahan adalah objek dari pemberiannya. Jadi, dalam teks ini, TUHAN
menolak si pemberi dan otomatis menolak apa yang diberikan si pemberi.
Dengan
kata lain permasalahan utama bukan soal jenis korban persembahan
melainkan adalah siapa yang memberikan. Perhatikan bunyi penggalan Yeasaya
1:11-16:
"Untuk apa itu korbanmu
yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku
sudah jemu akan korban-korban..., Jangan lagi membawa persembahanmu yang
tidak sungguh, sebab baunya adalah
kejijikan bagi-Ku... Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban
bagi-Ku,... Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah
perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat,”
Dari
kitab Yesaya ini menjadi jelas bagi kita bahwa persembahan ditolak karena si pemberi berbuat jahat. Maka sangat
mungkin Tuhan menolak Kain karena di hadapan TUHAN, Kain hidup tidak benar.
Tuhan menolak persembahan Kain, karena ia dipandang tidak layak oleh Tuhan. Hal
ini dipertegas oleh Ibrani 11:4 dan 1Yoh.3:12 bahwa ternyata persembahan Habel
diterima karena ia beriman (Kain tidak) dan segala perbuatan Kain dianggap
jahat.
TUHAN
tidak bisa ditipu. Ia mengenal Kain. Di mataNya, Kain penuh dengan dosa. Hal
ini dipertegas pada ayat 7 ketika TUHAN menjumpai Kain. Itulah sebabnya Allah
menolak Kain dan korban persembahannya.
3. Kain
gagal bercermin melihat dirinya (ay.8,9)
Bagian ini sangat menarik. Apa yang diperbuat kain
setelah ia dan persembahannya di tolak oleh Allah? Ayat 5 menyebut hatinya
menjadi panas yang menandakan ia marah dan mungkin saja iri hati.
Barangkali ia bertanya dalam hati, “mengapa
Habel dan persembahannya diterima TUHAN Allah. Mengapa saya tidak? Mengapa aku
disepelekan?”. Jika benar Kain melakukan pertanyaan untuk introspeksi diri,
seharusnya ia menemukan jawabannya. Bahwa ia jahat di mata Tuhan. Sebab
bukankah Tuhan sendiri sudah menjawab pertanyaan alasan penolakan itu? Ayat 7
menyebut: “apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?...
Itu berarti Kain gagal berefleksi atau berjermin dan menyadari bahwa
perbuatannya jahat di mata Tuhan sehingga ia ditolak Allahnya.
Kegagalan Kain bercermin diri ini membuat ia terbakar
pada amarah dan iri hati. Jika ia bercermin dan introspeksi diri, dan menemukan
kesalahannya, sudah pasti tidak akan ada iri hati pada adiknya. Kondisi ini
justru terbalik. Kain menganggap bahwa Habel-lah yang menjadi “masalah” dari
penolakan itu sehingga ia harus membunuhnya. Bahkan ia berpikir bahwa perbuatan
jahat itu tidak diketahui Allah (ay.9).
Betapa kuat dan dasyatnya pengaruh dosa yang
menggiring pada rasa benar diri dan menjadikan orang lain sebagai sumber
persoalan karena dibungkus oleh iri hati. Kain jatuh pada kondisi ini.
RELEVANSI DAN APLIKASI
Berdasarkan uraian
di atas tentunya ada banyak hal yang dapat direlevansikan atau diaplikasikan
Firman Tuhan ini dalam kehidupan sehari-hari. Pokok utama adalah soal iri hati,
tetapi juga kegagalan untuk introspkesi diri. Disamping itu kekuatan dosa yang
mengintip di depan pintu karena meranjang perbuatan jahat akibat iri hati tidak
dapat diabaikan.
Silakan merumuskan
relevansi dan aplikasi dari Firman Tuhan ini sesuai dengan kondisi jemaat di
mana saudara melayani dan atau berkenaan dengan kehidupan sehari-hari.