IMAMAT 26 : 1- 6
“Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu hari ini berkat dan
kutuk:...berkat, apabila kamu mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, yang
kusampaikan kepadamu pada hari ini...dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan
perintah Tuhan Allahmu dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu
pada hari ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal”
(Ul 11: 26-28)
Saudara-saudaraku...
Dewasa
ini masih bayak orang Kristen yang keliru dalam memahami arti kata “Berkat dan Kutuk”. Ada yang dengan
senang hati mempercayai adanya berkat, tetapi meragukan adanya kutuk karena
dianggap berbau tahayul dalam dogeng-dongeng zaman purba. Padangan demikian
sesungguhnya tidak realistis. Padahal di dalam dunia ini ada dua kekuatan
(magnit) yang saling tarik menarik, dua sisi yang saling berlawanan. Dua kutub
magnit kekuatan yang sangat mempengaruhi hidup manusia. Misalnya, ada gelap dan
terang, panas dan dingin, kebaikan dan keburukan, Rasul Paulus katakan, hidup
dan roh dan hidup dalam daging, demikian halnya dengan berkat dan kutuk. Bahkan
kata-kata berkat dalam Alkitab tercatat kurang lebih 410, sedangkan kata kutuk
dalam berbagai bentuk tertulis kurang lebih 230 kali. Jadi unsur dikotomi
antara keduanya selalu ada dan terhadap kedua kutub magnit kekuatan ini,
manusia diminta untuk menentukan sikap!
Disamping
itu ada yang menganggap bahwa kekayaan, kemakmuran, keberhasilan dan sejenisnya
dijadikan standar penilaian untuk “berkat” atau orang-orang yang “diberkati
Tuhan”. Sedangkan malapetaka, kemiskinan, penderitaan atau jenis bencana
lainnya dijadikan standar penilaian untuk “kutuk” atau orang-orang yang
“dikutuk Tuhan”. Seolah-olah mereka yang mengalami bencana, penderitaan,
miskin dan berkekurangan berarti ia tidak diberkati Tuhan atau menerima kutukan.
Apakah benar demikian ? Marilah kita belajar dari apa yang dikatakan Ulangan
11: 26-28 dan terutama yang menjadi renungan kita hari ini Imamat 26:1-6
Refleksi terhadap teks
Sejak
manusia memilih tidak taat dan memberontak kepada aturan Allah maka sejak itulah
manusia kehilangan kemuliaan Allah, manusia kehilangan berkat
Ilahi. (Rom 3: 23; 6:23)Dosa dipahami bukan sekedar
pelanggaran moral etis tetapi sikap memberontak kepada Allah, pelanggaran
terhadap kehendak Allah, yakni menolak otoritas Allah sebagai sumber berkat
yang menentukan tujuan hidup manusia. Karena itu dosa mengandung
konsekwensi-konsekwensi logis, apakah kita akan hidup dengan “berkat Ilahi”atau
tetap hidup dalam “kutukan”.
Kata
berkat berasal dari kata benda “barakh” bentuk aktifnya adalah kata kerja “brk”
yang diucapkan untuk memberkati dengan menyebut nama Yahweh. Bentuk pasifnya
adalah dari kata kerja “bruk” yang digunakan untuk Yahwe. Ibr, memperlihatkan
dua ciri kata berkat, yaitu “brk” dalam bentuk. qal: “to knell” (Maz. 95:6;
2Taw. 6:13), dalam bentuk hiphil: “to make(camels) kneel” (Kej. 24:11). Yang
kedua dari kata benda “berekh”: “knee”(Yes.45:23) Selain itu, kata ini juga
digunakan untuk mengambarkan relasi antara atasan dan bawahan, yaitu ketika
bertemu dengan atasannya maka bawahan harus berlutut. Dalam bahasa Semitic juga
diterjemahkan: “knee”, “blessing”.
Dalam
PL berkat adalah kemurahan yang dikaruniakan Allah kepada umatNya, seperti pada
waktu panen (Ul. 28:8). Berkat juga merupakan salah satu dari kata-kata pujian
bagi Allah atau kata-kata untuk membuat seseorang atau sesuatu menjadi kudus”.
Kata “berakah” atau bahasa Arab“barokah”. Kata berkat juga sering dihubungkan
dengan karunia benda, seperti material (Ul. 11:26; Amsl. 10:22; 28:20; Yes.
19:24 dll) berkat adalah karya Allah (Kej. 1:22), penyembahan dan pujian
kepada-Nya (Kej. 24:48), pemilihanTuhan (Ul. 19:2, 7; 10:8) berkaitan dengan
kesetiaan pada perjanjian Tuhan (Ul.28:15-46).
Paulus
memakai kebenaran tentang berkat ini untukmenjelaskan ajaran penyelamatan Allah
didalam pengorbanan Tuhan Yesus kristusdiatas kayu salib (salib lambang dari
kutuk). Hukum menjadi kutuk bagi mereka yanggagal menaatinya, tapi Kristus
menyelamatkan kita dengan menjadi kutuk bagikita. (Gal 3: 10,13) Berkat itu
adalah anugerah dan kasih karunia Allah, yangharus dilihat secara holistik
(tidak berbicara soal material saja, tetapikeseluruhan hidup manusia kini dan
mendatang) dan otoritas berkat itu ada padaAllah sendiri sebagai sumber
berkat dalamrelasiNya dengan manusia. Jadi kita melihat di sini bahwa
relasi adalahsegalanya untuk menentukan apakah manusia hidup dalam “berkat
Ilahi” atau hidupdalam “kutukan”.
Sekarang
kita bicara tentang kutuk. Adakah disaat-saat tertentu Saudara berpikir,
mengapa kehidupan saya nampaknya terus menderita, gagal dan tidak lepas dari
masalah, apakah saya telah terkena suatu kutuk tertentu? Bagaimana jalan
keluarnya? Benarkah demikian ?
Ungkapan
kata “kutuk” kebalikan dari berkat. Dalam bahasa Ibrani yang
diterjemahkan dengan “kutuk” adalah “qlalah alah arar” dalam LXX diterjemahkan
dengan “kitara, kataraomai, epikataratos. Di luar PL kutuk berasal dari akar
kata “lh” asli dari bahasa Arab. Bentuk kata yang lainnya adalah “lw” dan
“alwe” dan benuk konstruknya adalah “lt” yang berarti “kutuk’dan “janji”.
Arti asasi dari “kutuk atau “pengutukan” dimana seseorang dapat
mengucapkan kutuk, menginginkan kerugian orang lain (Ayub 31:30; Kej12:3); atau
untuk menguatkan janjinya sendiri (Kej 24:41; 26:28; Neh 10:29); atau untuk
menjamin kebenaran kesaksiannya dalam hukum (1 Raj 8:31; bnd Kel 22:11). Jika
Allah mengucapkan kutuk,pertama-tama ialah
celaan atas dosa (Bil 5:21, 23; Ul 29:19, 20); kedua, kutuk itu ialah penghukumanNya atas dosa (Bil 5:22, 24,
27; Yes 24:6); dan ketiga, orang
yang menderita akibat-akibat dosa karena penghakiman Allah disebut suatu kutuk
(Bil5:21, 27; Yer 29:18).
Alat
atau sarana dasar yang dipakai sebagai perantara(medium) untuk menyampaikan
berkat atau kutuk adalah “kata-kata” atau “ucapan”dan tulisan atau dalam hati
(baca Ams 11:9; 12:18; 15:4; 18:21) Yakobus memakai contoh yang menarik
yang menekankan bahwa kata-kata memiliki kuasa yang luar biasa yang dapat
berpengaruh terhadap manusia maupun keadaan tertentu dan pengaruh yang
ditimbulkannya ada yang bersifat baik (mendatangkan berkat) dan ada
yangbersifat tidak baik (yang mendatangkan kutuk) dengan mengatakan: “dengan
lidah kita memuji Tuhan Bapa kita dan dengan lidah kita mengutuki manusia yang
diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk,
hal- ini Saudara-saudara tidak boleh demikian terjadi” (baca Yak 3:5-6;9-10)
Dalam
konteks Imamat pasal 26:1-6 secara khusus berbicara tentang ucapan berkat,
antara lain dikatakan: “aku akan memberi kamu hujan pada masanya, sehingga
tanah itu memberi hasilnya dan pohon-pohonan diladangmu akan memberi buahnya
(band. Ul 28:1,2) ...kamu akan makanan makananmu sampai kenyangdan diam
dinegerimu dengan aman tenteram...Aku akan memberi damai sejahtera didalam
negeri itu, sehingga kamu akan berbaring dengan tidak dikejutkan oleh apapun;
Aku akan melenyapkan binatang buas dari negeri itu dan pedang tidak akan
melintas dinegerimu” (ay 4, 5b,6)
Siapa kah
yang tidak mau menerima janji berkat seperti ini? dimana tanah tempat kita
tinggal diberkati Tuhan, kita juga diberkati secara ekonomi, dan tidak
ada kekerasan, kriminalitas atau peperangan tetapi kita hidup dengan aman
tenteram dan dalam damai sejahteraNya. Setiap Saudara pasti senang ketika
dijanjikan dengan berkat-berkat seperti ini bukan!. Sayangnya, banyak
orang hanya mau menerima berkat Tuhan, tetapi tidakmau hidup sesuai dengan
kehendakNya agar berkatNya dicurahkan!
Ada
konsekwensi logis agar supaya kita menerima berkat-berkatNya.Apakah itu?
Seperti yang dikatakan diayat 1 dan 2 “Janganlah kamu
membuat berhala bagimu dan patung atau tugu berhala, janganlah kamu dirikan
bagimu; juga batuberukir, janganlah kamu tempatkan dinegerimu untuk sujud
menyembah kepadanya,sebab Akulah Tuhan, Allahmu..kamu harus memelihara
hari-hari SabatKu danmenghormati tempat kudusKu, Akulah Tuhan”.
Artinya,
kalau kita sudah percaya kepada Tuhan Yesus, jangan lagi percaya dan pergi
menyembah berhala-berhala, kedukun-dukun, paranormal, orang pinter. Hal-hal
inilah yang akan menjadi kutuk bagi kita! Kita harus membangun relasi
kita yang baik dan benar dengan Tuhan atau memelihara persekutuan yang
intim denganTuhan. Relasi seseorang dengan Tuhan akan memberi penjelasan apakah
kita hidup dalam berkat Ilahi atau dalam kutuk. Jika kekayaan membuat seseorang
itu menjauhkan diri dari Tuhan, maka itu adalah kutuk, karena kekayaan tidak
memberi jaminan orang bisa hidup sejahtera, sukacita dan bahagia. Hanya ada
satu jalan keluar yang disediakan Allah yaitu melalui pengorbanan Tuhan Yesus
Kristus diatas kayu salib. (salib adalah lambang kutuk)
Bahkan
dikatakan selanjutnya “...tetapi jikalau kamu tidak mendengarkan Daku, dan
tidak melakukan segala perintah itu..jikalau kamu menolak ketetapanKu dan
hatimu muak mendengar peraturanKu sehingga kamu tidak melakukan segala
perintahKu dan kamu mengingkari perjanjianKu...maka kamu Akupun akan
mendatangkan kekejutan atasmu, batuk kering serta demam yang membuat mata rusak
dan jiwa merana; kamu akan sia-sia menabur benihmu, hasilnya akan habis dimakan
musuhmu” (ay 14-16; baca ay 17-39)
Lebih
keras lagi diingatkan dan diulangi di keluaran, dimana umat diperhadapkan pada
pilihan, apakah mereka mau hidup dalam berkat atau kutuk dan pilihan itu akan
menentukan apa yang akan terjadi dengan kehidupan dan masa depan mereka, “Lihatlah,
aku memperhadapkan kepadamu hari ini berkat dan kutuk: ...berkat, apabila
kamumendengarkan suara Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada
hariini...dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah Tuhan Allahmu dan
menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, dengan
mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal” (Ul 11: 26-28)
Jadi
yang menentukan semuanya apakah itu berkat atau kutuk adalah seperti apa relasi
Saudara dengan Tuhan. Jika relasinya harmonis, yakni apapun yang seseorang
alami, entah senang ataupun susah, entah gagal atau berhasil, entah berkempihan
berkat atau tidak, jika Saudara semakin dekat dengan Tuhan maka itu
adalah berkat bagiSaudara. Dan jika sebaliknya yang terjadi, sekalipun
Saudara memiliki segalanya (kelimpahan berkat) tetapi ternyata hidup Saudara semakin
hari semakin jauh diadari Tuhan sehingga relasinya terputus maka itu adalah
kutuk. Amin