Friday, October 5, 2012

BAHAN RENUNGAN IBADAH PKB 08 OKTOBER 2012



KISAH RASUL 16:1-3

A. PENDAHULUAN
Timotius dikenal sebagai anak rohani Paulus, seperti yang tertulis dalam 1 Timotius 1:2. Di usia mudanya, Timotius sudah sanggup tampil di depan, menjadi teman sekerja Paulus dalam melayani. Paulus adalah seorang Rasul yag dikenal giat melakukan Pekabaran Injil di daerah-daerah non Yahudi, yang juga sebagai manusia biasa, dia membutuhkan teman sekerja sebagai rekan sepelayanannya. Pada bacaan kita, Paulus memilih Timotius sebagai rekan sekerjanya dan kawan sepelayanannya.

B. GALIAN PERIKOP (Tafsiran)
Jika kita mencari tahu latar latar belakang dari Timotius, kita akan mendapati awal perjumpaan Paulus dengan Timotius tertulis di Kisah Rasul 16:1-3 bacaan kita saat ini. Paulus bertemu dengan Timotius pada saat ia tiba di Listra (sekarang dikenal sebagai Turki). Ibu Timotius adalah seorang Yahudi yang telah menerima Yesus, sedang ayahnya orang Yunani. Alkitab mencatat bahwa Timotius terkenal sebagai orang baik di kalangan orang-orang percaya. (Kisah Para Rasul 16:2).

Dari mana ia tumbuh seperti itu dan bisa bersinar sejak usia mudanya? Di dalam Timotius 1:5 kita menemukan pernyataan sebagai berikut: ”...Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu" . Ayat tersebut menjelaskan bahwa ternyata ibu dan nenek Timotius mempunyai peran sangat penting dalam mendidiknya. Nenek dan ibunya memberi teladan hidup yang baik bagi Timotius. Selanjutnya kita bisa baca di dalam 2 Timotius 3:15 bahwa sejak kecil, Timotius telah dikenalkan dengan Alkitab, sehingga dirinya diberi hikmat dan dituntun pada keselamatan oleh iman kepada Kristus. Semua ini berasal dari iman neneknya, Lois, kemudian turun pada ibunya, Eunike, hingga lalu sampai kepada Timotius.

Dengan demikian kita menemukan alasan mengapa pada ayat 2 bacaan kita, Timotius disebut sebagai pribadi yang dikenal baik oleh banyak orang Kristen di sana. Ternyata ada dua faktor penyebab, yakni:
1.       Faktor Keluarga, yakni didikan dan teladan serta warisan iman yang diterima Timotius dari neneknya, kemudian ibunya dan akhirnya mempola prilaku Timotius menjadi pribadi yang baik dan beriman.
2.       Faktor Pribadi, yakni sejak kecil Timotius sudah belajar untuk mengenal Kitab Suci dan berusaha mengenal Allah lewat Firman Tuhan yang ia baca tiap hari. 

Selanjutnya ada hal penting untuk diperhatikan dari sisi sudut pandang pemilihan rekan sepelayanan yang dilakukan Paulus kepada Timotius. Sebenarnya memilih Timotius adalah resiko besar bagi paulus. Paulus berani memilih Timotius dengan segala resiko yang ada. Dikatakan bahwa ayah Timotius adalah seorang Yunani.

Ini adalah tindakan yang bernai. Sebab antara orang Yahudi dan Yunani secara politis maupun keagamaan tidak pernah akur dan selalu bermusuhan. Bagaimana mungkin Timotius akan diterima oleh jemaat Yahudi yang sangat fanatis soal Hukum Musa. Di sinilah kita melihat kebijaksanaan seorang pelayan yang menilai dan memperlakukan calon rekan sepelayanannya.

Paulus melakukan beberapa tahapan sebelum Timotius bertugas. Yaitu dengan melakukan surat terhadap Timotius. Disini Paulus benar-benar melakukan apa yang diperlukan bagi seorang pewarta injil supaya tidak menjadi batu sandungan,  dikemudian hari. Dalam ayat 3 bacaan kita, Paulus meminta agar Timotius disunat menurut tradisi Yahudi sehingga ia dapat diterima dalam kelompok Yahudi yang sekaligus diterima oleh kelompok Yunani karena ayahnya adalah seorang Yunani.

Karena Timotius berasal dari keturunan campuran, bapanya Yunani dan ibunya orang Yahudi yang telah menjadi percaya, Paulus menyuruh untuk menyunatkan dia. Hal itu di lakukan Paulus bukan karena dia masih terikat dengan ketentuan hukum Taurat, tapi untuk menciptakan suasana yang tetap kondusif dikalangan orang-orang Yahudi. Jadi bukan untuk kepentingan Paulus, tapi untuk kepentingan orang banyak.

C. APLIKASI DAN RELEVANSI (Penerapan)
Ada beberapa pokok penting dari Firman Tuhan ini yang dapat kita terapkan, yakni:
1.       Terkadang kita juga harus bersikap seperti Paulus yang demi kepentingan orang banyak rela mengalah dari idealisme diri sendiri. Sikap mengalah ini bukan berarti kalah, tapi justru untuk hasil dan kepentingan yang lebih besar. Kita mau belajar seperti Paulus yang mau mengalah dan melepas idealismenya demi terwujudnya keadaan yang menunjang pelayanannya. Tapi ingat, dia rela mengalah karena punya tujuan yang pasti, keselamatan jiwa-jiwa. Segala sesuatu yang dapat diperbuat demi keselamatan jiwa-jiwa sekalipun harus mengham-bakan diri, yang menjadi jiwa pelayanan Paulus, biarlah itu juga menjiwai pelayanan kita (1 Korintus 9:19-23). Idealis itu baik, tapi bukan menjadi hal yang harus dipertahankan mati-matian, iman itulah yang harus dipertahankan sampai mati. Jadilah orang yang bisa membawa dan menyesuaikan diri di-manapun kita berada.

2.       Timotius dipilih oleh Paulus karena ia dikenal baik dalam lingkungan jemaat dan masyarakat. Timotius menjadi seperti itu karena peran keluarga yakni orang tua yang sangat membentuknya. Orang tua bukan hanya pengajaran atau didikan, tapi orang tua pun harus sanggupmenjadi teladan bagi anak-anaknya. Karena itu sangatlah penting peran keluarga untuk menciptakan kehidupan anak yang bertumbuh menjadi baik dan kemudian kelak dipakai Tuhan dalam berbagai pekerjaan mulia seperti yang terjadi pada Timotius.

3.       Tidak mudah memang menjadi pewarta injil. Dan tidak mudah juga untuk bekerjasama dengan dengan orang lain. Namun ketika mereka dipersatukan dalam ikatan tugas, mereka benar-benar memahami kebersamaan tersebut. Itulah yang terjadi antara Paulus dan Timotius, terlebih apabila kita membaca surat2 Paulus kepada Timotius dalam Alkitab. Alangkah indahnya ketika kita juga dapat bekerja bersama.Paulus bukan sekedar memilih Timotius tetapi ia sekaligus menempatkan Timotius untuk masa depan. Masa depan perkembangan injil dan menjadikannya sebagai kawan sekerja dalam pelayanan tanpa memandang latar belakang Timotius.

Kita memang ditempatkan bersama-sama orang lain di dunia ini. Kita bertemu dengan berbagai sifat dan sikap. Kita mungkin berbeda satu dengan yang lain namun itulah kekayaan kita. Kita dapat menjadi kawan sekerja dan rekan sepelayanan bahkan kawan berbincang. Kita bekerja bersama, berbincang, saling mendoakan, menghibur dan menguatkan sehingga tanggung jawab pelayanan yang Tuhan beri bagi kita sebagai jemaat ataupun sebagai pelayan dapat berjalan dengan baik..

No comments:

Post a Comment