Friday, April 19, 2013

BAHAN RENUNGAN IBADAH PKB 22 APRIL 2013


ULANGAN 16:13-15

Jemaat Tuhan,...
Kitab Ulangan merupakan kitab terakhir dari kitab-kitab Musa yang biasa disebut dengan Pentateukh (latin: 5 kitab/5 wadah/5 gulungan). Itu berarti Kitab Musa tediri dari lima kitab. Lima kitab dimaksud adalah: Kejadian, keluaran, imamat, bilangan dan ulangan.

Mengapa kitab kelima ini disebut dengan kitab Ulangan? Nama asli Ibrani dari kitab ini  adalah ‘elleh haddebarim yang berarti “Inilah perkataan-perkataan” atau, lebih sederhana, debarim (“perkataan-perkataan; lih. 1:1). Selanjutnya ketika lima kitab Musa ini ditersemahkan ke dalam bahasa Yunani, kelima kitab ini kemudian disebut dengan istilah Septuaginta.

Dalam kitab Septuaginta atau biasa disimbolkan dengan LXX, kitab ini disebut dengan istilah to deuteronomion touto yang berarti “pemberian hukum yang kedua ini” yang diambil dari Ulangan 17:18. Penggunaan istilah “pemberian hukum yang kedua ini” didasari bahwa isi dari kitab ini adalah “Pengulangan” dari hukum2 yang sudah disampaikan Musa sebelumnya. Itulah sebabnya nama kitab Musa yang kelima ini dalam terjemahan Indonesia disebut sebagai Kitab Ulangan.

Kitab Ulangan berisi tentang pidato Musa ketika bangsa Israel sedang berada di wilayah Moab, di daerah di mana Sungai Yordan mengalir ke Laut Mati (1:5). Sebagai tindakan akhir melimpahkan kepemimpinannya kepada Yosua, ia memberikan kata-kata perpisahannya yang begitu emosional kepada bangsa Israel untuk mempersiapkan mereka masuk ke Kanaan. Penekanan rohani kitab ini adalah panggilan untuk berkomitmen total kepada Allah dalam ibadah dan ketaatan.

Dengan kata lain kitab ini merupakan nasehat Musa yang mengulang kembali kisah perjalanan umat selama 40 tahun di padang gurun dan mengingatkan mereka segala ketetapan –peraturan – hukum TUHAN, Allah Israel supaya mereka tidak melupakan Firman dan kisah perjalanan mereka bersama TUHAN ketika sebentar lagi memasuki Tanah Perjanjian yakni Negeri Kanaan.

Jemaat Tuhan,...
Pada Kitab Ulangan 16, Musa mengingatkan tentang tiga hari raya besar yang harus dirayakan oleh umat Tuhan. Tiga hari raya itu adalah: Hari raya Paskah (ayat 1-2); Hari Raya Roti Tidak Beragi (ayat 3-8); dan Hari raya Pondok Daun (ayat 13-15). Bacaan kita hari mengulas tentang Hari Raya Pondok Daun. Apakah hai raya pondok daun itu? Dan bagaimana memaknainya dalam hidup orang percaya?

Jemaat Tuhan...
Hari Raya PONDOK DAUN Juga disebut Perayaan Menuai (Kel 23:16; 34:22), atau disebut "Hari Raya" (1Raj 8:2,65; Yeh 45:25), atau pesta Yahwe (Im 23:39). Pesta ini merupakan pesta terakhir dari ketiga Pesta, yang menurut Kel 23:16-17 dan Ulangan 16:1-15 harus dirayakan setiap tahun. Alasan sejarah pesta itu seperti disebutkan oleh Im 23:42-43 adalah sebuah usaha dari waktu kemudian untuk mengkaitkan pesta-pesta besar dengan peristiwa-peristiwa tertentu pada awal sejarah bangsa Israel.

Hari Raya Pondok Daun (bahasa Ibrani: sukkōt) atau perayaan Tabernakel adalah sebuah Hari Raya Yahudi; merupakan perayaan pengucapan syukur bagi Israel atas hasil panen yang dirayakan selama tujuh hari pada bulan purnama di antara bulan September dan Oktober. Tepatnya, hari raya ini dilaksanakan pada 15 Tisyri menurut Kalender Yahudi). Perayaan ini disebut dengan "Sukkot" dalam bahasa Ibraninya karena aspek utama dari festival ini adalah sebuah pondok (sukkah).

Di dalam Alkitab, festival ini dimaknai sebagai festival panen utama bangsa Yahudi (Keluaran 23: dan Ulangan 16:), serta juga disebut festival utama Bait Allah (Bilangan 29), dan sebagai pengingat bagi bangsa Israel mengenai pengembaraan yang mereka lakukan di padang pasir ketika keluar dari tanah Mesir (Imamat 29). Pada masa pengembaraan, umat Israel tinggal dalam pondok-pondok sementara, yang pada perayaan ini direpresentasikan dengan sebuah pondok. Dalam konsep sebagai festival panen, perayaan ini menandakan berakhirnya musim panen. Para petani datang ke Yerusalem bersama keluarganya untuk bersyukur atas hasil panen yang mereka terima. Selama masa pergi ke Yerusalem ini mereka tinggal di dalam pondok tersebut.

Jemaat Tuhan,....
Dalam Ulangan 16:13-15 kita menemukan ada beberapa penekanan penting dalam perayaan Pondok Daun ini, yakni:

1.      Kapan dilaksanakan?
Dalam ayat 13 disebutkan bahwa hari raya ini dilaksanakan setelah mereka selesai melakukan panen. Dengan kata lain hari raya ini adalah hari raya syukur panen. Setiap orang Israel yang telah selesai panen wajib merayakan hari raya pondok daun ini. Itu berarti umat diajarkan lewat hari raya ini untuk melakukan persembahan syukur kepada Allah sambil membawa hasil panen mereka ketika akan melaksanakan perayaan ini.

Melaksanakan hari raya setelah panen berarti bahwa umat tidak melupakan Tuhan atas segala anugerah dan karyanya dalam kehidupan mereka dan yang telah memberkati tanah mereka dan membuat segala usaha mereka berhasil (ay.15)

2.      Bagaimana dilaksanakan?
Pada ayat 15 bacaan kita bahwa hari raya ini harus dilakukan selama 7 hari dengan suasana pesta yang penuh sukacita. Hari raya ini selain melambangkan rasa syukur, juga menggambarkan suasana hati yang girang dan gembira. Mereka melakukan pesta jamuan dan menikmati suasana tersebut dengan kegembiraan dengan penuh sukacita

Secara tidak langsung kegiatan ini merupakan hari2 umat menikmati hasil panen sekaligus hari-hari yang digunakan untuk rehat dan istirahat dari beban kerja yang sangat berat semasa menuai hasil panen tersebut. Hal ini bukan hanya menjadi penyegaran jiwa dan suasana hati, tetapi juga menyegarkan fisik dari kelelahan yang amat sangat saat sekian lama bekerja.

3.      Siapa saja yang merayakannya?
Perhatikanlah ayat 14 bacaan kita! Perayaan dan pesta itu bukan saja untuk kaum keluarga, namun untuk seluruh warga dan para pekerja. Bukan saja untuk para pemilik ladang atau tuan, namun juga bagi seluruh hamba dan kaum miskin termasuk orang asing, anak yatim dan para janda. Mereka yang tidak memiliki apa2 dan kurang mampu turut diundang dan menikmati kegembiraan itu.

Dengan kata lain, perayaan ini sarat dengan pengajaran kemanusiaan untuk mengajak umat belajar peduli dan berbagi berkat TUHAN, Allah mereka kepada kelompok orang atau pribadi yang kurang beruntung secara ekonomi. Umat dipangil untuk tidak hidup egois dan angkuh namun sebaliknya diajak untuk bersedia peduli dan berbagi bagi mereka yang membutuhkan.

Jemaat Tuhan.....
Orang Kristen memang tidak memiliki kewajiban untuk merayakan hari raya ini. Namun pelajaran tentang makna dibalik perayaan Pondok Daun wajib dilakukan dalam kehidupan beriman kita.  Ada beberapa pokok penting dari ajaran Firman Tuhan ini yang dapat kita maknai dalam kehidupan beriman kita, yakni:

Pertama, Jangan pernah melupakan Tuhan yang telah memberkati dan membawa keberhasilan dalam hidup kita ini. Bersyukur kepada Tuhan atas karya dan anugerahnya adalah kewajiban iman setiap orang percaya. Memberikan persembahan syukur atas hasil berkat yang Tuhan anugerahkan harusnya dipahami sebagai panggilan iman dan bukan hanya sekedar kewajiban dan ataupun tradisi semata. Bersyukur dan berterimakasih kepada Allah adalah cara yang paling baik untuk mengakui bahwa Tuhanlah yang telah melakukan segala perkara indah dalam hidup kita ini.

Kedua,  Janganlah menjadi pribadi yang egois dan serakah sehingga melupakan orang lain di tengah keberhasiolan kita. Dalam tradisi Israel, hari raya pondok daun dilakukan secara bersama lewat mengundang siapapun termasuk mereka yang lemah dan rentah secara eknomi. Kamum papah seperti para hamba, janda, yatim dan orang asing turut bergembira dalam pesta keberhasil panen itu. Sudahkah kita mengingat orang lain yang kurang beruntung dalam keajaiban keberhasil hidup kita? Sudahkah kita berbagi dengan orang lain sebagai tanda syukur keberhasil kerja dan usaha kita. Itulah makna Pondok daun bagi kita dewasa ini.

Kiranya Tuhan memampukan kita mengerjakan dan mengisi hidup ini dengan tidak melupakan Tuhan sang pemberi anugerah dan juga tidak mengabaikan orang lain yang gagal di tengah keberhasilan kita. Amin.

No comments:

Post a Comment