MATERI KHOTBAH RABU, 12 OKTOBER 2011
DANIEL 9:15-19
Jemaat Kekasih Kristus
Biasanya apa yang dilakukan oleh seseorang ketika ia melakukan kesalahan? Apa-pula yang diupayakan seseorang ketika akhirnya ia mendapat ganjaran dari segala kesalahan tersebut? Tabiat manusia yang paling hakiki dalam hal dosa dan kesalahan adalah sebagaimana yang dilakukan oleh adam dan hawa yakni menyangkali perbuatannya dan tidak mengakui segala dosa dan kesalahannya.
Apalagi jika kemudian ganjaran diberikan karena kesalahan tersebut. Dalam pengadilan banyak terdakwa segera melakukan “naik banding” agar mendapat keringanan hukuman atau kalau memungkinkan ia dapat memperoleh pembaharuan status yakni dinyatakan tidak bersalah, walaupun bukti-bukti yang ada sudah cukup kuat.
Jemaat Kekasih Kristus
Sikap ini sangat berbeda dengan apa yang ditunjukkan oleh Daniel. Ketika ia sudah cukup lanjut usia yakni sekitar 90 tahun, ia kembali merenungkan perjalanan hidupnya dan memaknai kondisi sudah 70 tahun ia dan bangsa Yehuda ini mengalami pembuangan di Babel. Dalam upaya untuk mencari jawab mengapa ia dan bangsanya dihukum serta sampai kapan mereka harus mengalami penghukuman itu, akhirnya membawa Daniel pada suatu kondisi penuh penyesalan dan melakukan suatu pengakuan bahwa ia dan bangsa ini telah berdosa kepada TUHAN, Allah Israel.
Daniel tidak mencari pembelaan diri, dan mempertanyakan keadilan TUHAN, Allah Israel atas hukuman yang terlalu berat bagi mereka. Bangsa Israel mengalami penderitaan sekian lama karena mereka harus menjadi bangsa buangan di negeri Babel. Mengapa ini bisa terjadi? Bukankah Israel adalah umat pilihan Allah sendiri? Apakah Allah tidak membela umatNya? Bangsa Israel harus menderita bukan tanpa sebab, tetapi ini terjadi akibat dosa-dosa mereka sendiri.
Inilah yang dipahami Daniel, sehingga kemudian ia berinisiatif untuk berdoa bagi bangsanya dan memohon ampun bagi dosa dan kesalahan umatnya.
Jemaat Kekasih Kristus
Ada beberapa hal penting dari bacaan kita ini yang menjadi pokok utama untuk kita renungkan, yakni:
1. Mengapa Daniel menyikapi peristiwa 70 tahun pembuangan itu dengan berdoa kepada TUHAN, Allahnya? Ia justru tidak membela diri bahwa ia adalah orang benar yang harusnya tidak ikut dihukum. Apakah alasannya hingga sikap luar biasa ini diambil oleh Daniel.
Jawabannya kita temukan dalam ayat 2 pasal 9 bacaan kita. Daniel tidak langsung mencari alasan2 tertentu untuk membela diri atas hukuman TUHAN bagi bangsa dan dirinya itu. Ia juga tidak mencari pembenaran terhadap dirinya sendiri. Namun sebaliknya, Daniel mencari penjelasan semua kondisi ini dalam terang Firman Allah. Ia membuka kitab Yeremia dan merenungkan perkataan Firman Tuhan untuk mencari jawab atas kondisi yang terjadi tersebut.
Akhirnya, Daniel menemukan jawaban bahwa apa yang mereka alami dalam pembuangan di Babel selama 70 tahun terakhir ini disebabkan karena dosa dan pelanggaran umat Israel terhadap TUHAN, Allahnya. Daniel menemukan dalam Yeremia 25:11 dan 29:10 bahwa runtuhnya Yerusalem dan kehancuran Israel disebabkan dosa dan kesalahan mereka sehingga TUHAN membuang mereka selama 70 tahun di Babel itu.
Pada poin pertama ini kita belajar hal penting dari cara Daniel mengerti kondisi dan keadaan perumulan hidupnya pribadi dan pergumulan bangsanya. Pertanyaan apapun dalam benaknya, dicari jawaban bukan pada kemampuan diri atau kekuatan dirinya. Namun Daniel mencari Firman Tuhan untuk menemukan jawaban apapun dari semua derita yang dialami. Daniel memberikan contoh penting tentang bagaimana berartinya dan berfungsinya Firman Tuhan ketika mengalami berbagai pertanyaan dalam hidup.
Bahwa kita tidak bisa menemukan jawaban apapun diluar Firman Allah. Ini merupakan pernyataan yang penting! Segala keadaan hidup yang dialami, kita diajarkan untuk mencari Tuhan dan memperoleh jawaban dariNya. Cara yang paling jitu adalah lewat mencari jawab pada FirmanNya itu. Daniel menemukan jawaban itu justru ketika ia tidak sibuk dengan pikirannya sendiri atau mencari pembenaran diri, melainkan duduk diam dalam Firman Tuhan.
2. Hal kedua yang penting adalah bagaimana reaksi Daniel setelah membaca Firman Tuhan itu. Banyak orang sering kali bereaksi negatif apabila Firman Tuhan “menelanjangi” hidup pribadinya dan memvonis segala kesalahan dan perbuatannya. Bukankah acap kali orang lebih senang mendengar Firman Tuhan lewat khotbah atau renungan yang lucu-lucu atau ringan dari pada sesuatu yang keras dan sifatnya menghakimi segala dosa dan kesalahan?
Berbeda dengan Daniel! Dalam pasal 9:4-15 bacaan SBU hari ini, kita menemukan Daniel tanpa alasan apapun menerima pernyataan Firman Tuhan itu dan berkata dalam doanya pada ayat 5,6:
“Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu, dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri… ”
Atas nama bangsanya Daniel sujud dihadapan Allah dan segera mengakui dosa dan kesalahan mereka kepada TUHAN, Allah Israel. Pasal 9:1-19 ini berisi tentang doa Daniel yang adalah rekasinya terhadap vonis dosa yang ia terima dari pesan Firman TUHAN.
Daniel tidak menolak penyataan Firman Tuhan tersebut, bahkan sebaliknya ia mengakui semua kesalahan dan dosa itu atas nama bangsanya. Perhatikan ayat 5-15 pasal 9 kitab Daniel ini! Ada hal menarik dalam isi doanya tersebut. Ketika dosa dan kesalahan telah ditemukan dan disadari, Daniel tidak langsung berdoa memohon pengampunan. Namun justru pada tahapan utama dari isi doa tersebut yakni ayat 5-15, Daniel menyatakan DOA PENGAKUAN DOA di hadapan TUHAN, Allah Israel. Daniel tidak langsung memohon penampunan namun lebih dahulu menyampakan secara terbuka semua DAFTAR DOSA yang telah bangsa Israel lakukan di hadapan TUHAN.
Perhatikan kata ganti orang pertama jamak yang dipakai Daniel dalam doanya tersebut, yakni istilah “kami”. Daniel tidak menyebut “mereka berdosa” namun ia menyebut “kami berdosa”. Padahal kita tahu bahwa pada pasal2 sebelumnya disebutkan bahwa kehidupan doa Daniel justru jauh darinya. Ia hidup bersih dan taat kepada TUHAN. Namun inilah Daniel dan integritas imannya. Ia tidak mencari pembenaran di hadapan TUHAN, Allahnya, namun sebaliknya mengakui bersama bangsanya tentang dosa dan kesalahan mereka.
Kita belajar dari poin ke 2 ini bahwa setiap manusia tidak akan terbebas dan luput dari perbuatan salah. Namun yang membedakan tiap manusia itu, di hadapan Allah, adalah reaksinya ketika tahu bahwa telah berbuat dosa. Hal penting yang harus dilakukan oleh orang percaya bukanlah mencari pembenaran diri; bukan pula mempertahankan ego diri bersih; atau lebih cendrung melihat kesalahan orang lain. Langkah penting yang harus dibuat oleh setiap orang percaya, seperti yang Daniel lakukan, adalah MENGAKUI dosa dan kesalahan. Ini langkah penting!!!
Ketika berbuat dosa, jangan datang untuk HANYA MEMINTA AMPUN pada Tuhan. Kesalahan yang dibuat oleh banyak orang ketika telah berdosa adalah: Datang memohon ampun tanpa lebih dahulu mengakui dosa itu di hadapan Allah. Perhatikanlah apa yang dilakukan Daniel dalam ayat 5-15 pasal 9 itu! Daniel ketika tau bahwa dosa mereka besar di hadapan TUHAN, Allah Israel; ia tidak langsung memohon ampun, namun langkah perta dan utama adalah MENGAKUI SEGALA DOSA itu tanpa disembunyikan. Lihatlah daftar panjang dari dosa itu yang diungkapkan Daniel! Kita perlu secara terbuka belajar jujur di hadapan Allah dan mengakui semua dosa dan kesalahan kita.
Mengapa ini penting? Bukankah Tuhan sudah mengetahui dosa dan kesalahan kita itu? Tuhan memang mengetahui hal itu, sebab tidak ada yang tersembunyi di hadapannya. Namun apakah kita mengakuinya? Sebab bukankah orang cendrung menyembunyikan kesalahan dan dosa serta berusaha untuk menyangkali? Dosa tidak akan diampuni tanpa ada pengakuan terlebih dahulu.
3. Setelah semua hal itu diakui Daniel, maka sekarang perhatikan bacaan kita ayat 16-19 bacaan kita! Doa pengakuan dosa Daniel, berubah menjadi DOA PERMOHONAN PENGAMPUNAN. Silakan simak isi doa tersebut dan perhatikanlah kata demi kata serta kalimat demi kalimat yang disampaikan oleh Daniel. Ia dengan penuh sungguh-sungguh dan MERENDAHKAN diri memohon pengampunan bagi bangsanya itu.
Perhatikanlah bahwa Daniel menyadari tentang wilayah TUHAN ini. Soal pengampunan adalah HAK dari TUHAN. Daniel tidak memiliki hak apapun soal mendapat pengampunan atau tidak. Itu semua amat tergantung pada kemurahan dan kasih karunia dari TUHAN, Allahnya (lih. Ay.16). Itulah sebabnya ia menjumpai Tuhan dengan penuh kerendahan, pengharapan memperoleh belas kasihan Tuhan itu. Hanya datang dengan kerendahan hati, tanpa merasa berhak-lah, maka TUHAN AKAN MEMBERI PENGAMPUNAN ITU.
Pada poin ke tiga ini kita belajar tentang hal penting dalam suatu permohonan pengampunan dosa yang dilakukan Daniel. Kita perlu menjumpai Allah dalam kerendahan dan pengakuan jika menginginkan pengampunan dariNya. Pengampunan Dosa itu adalah karena Kasih Karunia TUHAN. Itu tidak pernah terjadi karena HAK KITA atau USAHA KITA. Itu semua murni karena TUHAN.
Karena itu siapapun kita, entah presbiter (pendeta, penatua, diaken) ataupun jemaat, kita tidak pernah luput dari dosa dan kesalahan. Maukan kita mengakuinya di hadapan TUHAN? Itulah yang terpenting! Selanjutnya, maukan dalam kerendahan kita memohon ampun? Dan selanjutnya, bersediakah kita tidak melakukannya lagi? Jika Ya, maka kita telah beroleh pengampunan dari TUHAN. AMIN.
Terimakasih Pak Pendeta atas pencerahannya
ReplyDeleteTerimakasih Pak Pendeta atas pencerahannya
ReplyDeleteTrimah kasi pak Pdt.I Nyoman Djepun S.Th , atas pencerahannya, GBU
ReplyDelete