Monday, October 29, 2012

BAHAN RENUNGAN PKB 29 OKTOBER 2012


TITUS 3:1-7

PENGANTAR
Titus adalah seorang pelayan yang dikader oleh Rasul Paulus. Ada banyak kondisi sulit yang dihadapi Titus di Kreta tempat ia melayani. Salah satunya adalah perlakuan tidak adil pemerintah terhadap umat waktu itu dan juga sikap dan pola hidup umat Krsiten di Kreta yang tidak mejadi teladan Kristus bagi orang lain. Ada beberapa saran Paulus terhadap kondisi ini yang harus segera dilakukan dan diajarkan Titus kepada jemaatnya yang tertuang dalam suratnya kepada Titus

TELAAH PERIKOP
Paulus menganjurkan kepada Titus untuk memperhatikan beberapa hal penting ketika menghadapi kondisi di Kreta, yakni:
1.      Bagaimanakah Sikap Orang Kristen Kepada Pemerintah? (ay.1)
Umat Percaya dimintakan untuk melakukan ketaatan penuh kepada para penguasa atau pemerintah lewat tunduk kepada setiap perintah yang disampaikan. Mengapa perlu taat kepada pemerintah bahkan tunduk pada kekuasaan mereka. Dalam Roma 13:1-7 kita menemukan alasannya, yakni:

Pertama, pemerintah ada karena perkenan Allah (ayat 1). Entah mereka baik atau buruk, Tuhanlah yang mengizinkan mereka berkuasa. Kepada Pilatus yang menyalibkan-Nya, Yesus berkata: “Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas” (Yohanes 19:11). Kita tunduk pada pemerintah, bukan berdasarkan baik tidaknya mereka, tetapi karena kita menghormati Allah yang menetapkan mereka.

Kedua, karena pemerintah ditetapkan oleh Allah, maka otoritas tertinggi ada di tangan Allah. Pemerintah yang memimpin menurut cara Allah akan memimpin dengan adil (ayat 3). Jika perintah mereka berlawanan dengan firman Tuhan, yang mutlak harus ditaati adalah Tuhan. Beberapa contoh sikap dalam Alkitab: dua bidan di Mesir yang tidak menaati Firaun; Daniel yang melanggar titah Raja Darius, Petrus dan Yohanes yang menolak perintah mahkamah agama. Mereka tidak kasar berontak, tetapi dengan jelas dan tegas menyampaikan kebenaran apa pun risikonya.

2.      Bagaimanakah Sikap Orang Kristen Kepada masyarakat sekitar? (ay.2)
Paulus berpesan melalui Titus agar jemaat, pengikut Yesus, selalu ramah terhadap semua orang. Berlaku ramah bukan hanya kepada sesama pengikut Yesus, melainkan juga kepada semua orang, kepada mereka yang berlaku baik terhadap jemaat maupun yang tak menyukai jemaat. Kelemah-lembutan adalah suatu karunia Roh Kudus (Gal.5:23). Dengan demikian karena orang percaya telah dikuasai Roh Kudus maka sudah sepatutnya hidup ramah kepada semua orang.

3.      Apakah Motivasi melakukan dua hal di atas? (3-7)
Paulus menekankan bahwa semua perbuatan baik yang dilakukan oleh orang percaya dengan cara tunduk kepada pemerintah ataupun berbuat baik kepada semua orang bukanlah pertama-tama dilakukan atas motivasi demi menyenangkan pemerintah atau sesama manusia, namun sebagai wujud hidup orang percaya yang telah diselamatkan oleh anugerah keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus.

Perbuatan baik kepada pemerintah dan sesama haruslah dipahami bukan sebagai syarat untuk dapat diselamatkan. Sebab umat percaya tidak diselamatkan karena perbuatan baik kita (ay.4) namun justru karena anugerah Allah. Karena itu motivasi yang tepat untuk tunduk pada para penguasa dan sesama harus dilakukan sebagai tanda syukur atas kemurahan Allah.


APLIKASI DAN RELEVANSI
Kekristenan bukan hanya sebuah ajaran ketuhanan (teologi).  Kekristenan adalah sebuah nilai hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan nyata, di tengah masyarakat.  Dari surat Paulus ini kita dapat belajar bagaimana seharusnya orang-orang Kristen bersikap ketika harus hidup sebagai kelompok minoritas, di sebuah masyarakat dan pemerintahan yang tidak mengenal nilai-nilai kekristenan.  Paulus menasihati orang-orang Kristen di pulau Kreta agar mereka tunduk dan taat kepada pemerintah.  Sikap yang serupa juga harus ditunjukkan terhadap masyarakat, yaitu sikap bersahabat dan anti-kekerasan.

Mudahkah bersikap demikian?  Tentu tidak mudah!  Apalagi bila kita hidup di tengah pemerintah dan masyarakat yang tidak bersahabat dengan kekristenan. Namun, orang-orang Kristen mempunyai beberapa alasan (motivasi) yang jelas untuk bersikap demikian.  Pertama, kita harus ingat bahwa kita juga orang-orang berdosa (ay.3).  Firman Tuhan mengajarkan kita untuk bersikap rendah hati, juga secara rohani.  Bukankah sikap arogan dan merasa diri paling suci (dan orang lain sesat) sering digunakan sebagai alasan untuk memusuhi atau bahkan menganiaya orang lain?  Di Indonesia, kenyaatan semacam ini sangat memprihatinkan.  Kedua, kita harus senantiasa mengingat kasih dan kemurahan Allah yang telah menyelamatkan kita.  Jika kita ingat kasih dan kemurahan Tuhan kepada kita, masih adakah alasan untuk menahan kasih dan kemurahan kita kepada orang lain?  Amin

 

No comments:

Post a Comment