2 RAJA-RAJA
23:1-14
Jemaat Kekasih Kristus
Siapakah Yosia? Ia adalah salah satu raja Israel,
seorang raja yang masih muda. Ia naik tahta pada saat berumur delapan tahun (2 Raj. 22:1), anak dari raja sebelumnya yaitu raja Amon (2 Raj.
21:26). Ayahnya Yosia adalah seorang raja
yang melakukan hal-hal yang jahat di mata TUHAN, seperti juga yang telah dilakukan oleh kakeknya, raja Manasye (2 Raj.
21:20). Namun Yosia ternyata berbeda dengan ayah
dan kakeknya, ia tidak menjadi seorang
raja yang berbuat jahat. Sebaliknya, ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup sama seperti Daud,
bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke
kanan atau ke kiri. (2 Raj. 22:2). Apa yang hebat tentang Yosia?
Sesungguhnya-lah, Yosia adalah seorang pahlawan. Yosia adalah raja yang
juga adalah pahlawan bangsanya.
Jemaat Kekasih Kristus
Seorang pahlawan, yang pertama-tama, adalah seorang yang memberikan hidupnya bagi orang lain. Ia tidak mengutamakan
kedudukan, tidak meninggikan kuasa dan
wibawa, tidak mencari-cari hormat dari dunia, melainkan berupaya untuk memberikan apa yang terbaik dalam kemampuan-nya
kepada banyak orang. Bukankah demikian sosok
raja Yosia?
Dalam kemudaannya, ia tidak
menjadi raja yang tinggi hati atau mementingkan kuasa yang dimilikinya. Sebaliknya, ketika ia mendengar Firman Tuhan
beserta ucapan-ucapan kutuk terhadap bangsanya,
raja Yosia begitu menyesal hingga
mengoyakkan pakaiannya (2 Raj. 22:11). Ia tahu betul betapa hebat kemarahan Tuhan karena perbuatan orang
tua serta bangsa Israel yang tidak setia.
Ia begitu prihatin atas nasib bangsanya.
Ia ingin bangsanya terluput,
barangkali Tuhan bersedia meredakan murka-Nya yang menyala-nyala. Ia merendahkan dirinya di hadapan Tuhan dengan
dilihat oleh seluruh rakyatnya, ia tidak
memikirkan bagaimana citra diri serta
wibawanya sebagai raja, melainkan ia mengharapkan keselamatan bangsanya yang berdosa itu. Bukankah itu adalah sikap
seorang pahlawan yang agung?
Yang kedua, seorang pahlawan juga adalah
seorang yang meninggikan kebenaran
di atas kepentingan dirinya. Ketika raja Yosia menemukan kebenaran itu dalam Hukum Taurat yang dibacakan
padanya, segala kepentingan dirinya
disingkirkan ke belakang. Bahkan, segala kepentingan lain disingkirkan ke belakang. Masalahnya jelas:
bangsa Israel telah mengkhianati
perjanjian yang mereka lakukan dengan Tuhan, bahkan mereka sudah melupakan perjanjian itu. Dengan tidak
ragu-ragu, raja Yosia mengumpulkan
seluruh orang Yehuda dan penduduk Yerusalem, agar mereka mendengar kembali kitab perjanjian yang telah mereka
lupakan. Itu adalah hal yang paling
penting, bahkan lebih penting daripada kedudukannya sebagai raja: Yosia membacakan sendiri kitab
perjanjian itu (2 Raj. 23:2). Kebenaran
bagi Yosia lebih utama daripada status dirinya sebagai raja, sungguh ia seorang pahlawan besar.
Yang ketiga, seorang pahlawan mempunyai
komitmen yang kuat atas apa yang harus
diperjuang-kannya. Bahkan ia tidak hanya
membawa komitmen itu bagi dirinya
sendiri, melainkan membawa serta orang-orang di sekelilingnya untuk turut mengambil komitmen yang serupa. Yosia
tidak berhenti dengan hanya membacakan
kitab perjanjian itu, melainkan menyatakan komitmen, menyatakan diri untuk hidup dengan mengikuti Tuhan,
dan tetap menuruti perintah-perintah-Nya,
peraturan-peraturan-Nya dan ketetapan-ketetapan-Nya
dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan untuk menepati perkataan perjanjian yang tertulis dalam kitab itu. Dan
seluruh rakyat turut mendukung perjanjian itu.
(2 Raj. 23:3) Kita lihat, sang raja Yosia
telah melepaskan kuasanya sebagai raja yang dapat mengatur apapun sesuka hatinya, beralih tunduk pada
perintah, peraturan, dan ketetapan Tuhan.
Itulah komitmen yang dibuat oleh seorang pahlawan!
Yang keempat, seorang pahlawan adalah seorang
yang bekerja sesuai dengan apa
yang dinyatakannya. Ketika Yosia selesai menyatakan perjanjian antara dia dengan Tuhan, Yosia segera bertindak. Ia
membersihkan Bait Tuhan, membersihkan
Yerusalem, bahkan membersihkan seluruh tanah Yehuda dari segala sesembahan yang menjijikan hati Tuhan.
Dalam perjalanannya, kelihatannya tidak
ada seorang pun yang berani menentang raja Yosia, namun pastilah apa yang dilakukannya itu sama sekali
tidak populer bagi penduduk negeri ini
yang sudah terbiasa menyembah dewa-dewa serta memuaskan diri dengan nafsu. Lihatlah bagaimana kuatnya intensitas Yosia
dalam mentaati Firman yang didengarnya; ia tidak
perlahan-lahan, ia tidak ragu-ragu. Ia
menghancurkan segala sesuatu yang telah dibangun ayah dan kakeknya serta banyak orang Israel tanpa merasa sayang, tanpa
memberi kesempatan lain. Seorang pahlawan yang
dengan yakin maju berperang demi apa yang
diyakininya.
Walaupun pada akhirnya Yosia tewas dalam pertempuran melawan Mesir serta penerusnya tidak mengikuti komitmen yang sama,
melainkan kembali melakukan yang jahat di
mata Tuhan, Yosia tetap telah menjadi raja pahlawan
bangsanya. Bahkan, sebenarnya ia menjadi
pahlawan bagi diri kita juga
sekarang.
Jemaat Kekasih Kristus
Dengan memandang kepada raja Yosia, kita juga dapat belajar untuk mengutamakan kebaikan bagi banyak orang, memberi hidup
kita bagi orang lain. Jika Yosia yang adalah seorang raja sanggup memberikan hidupnya yang berkelimpahan demi kebaikan bangsanya, bukankah
kita juga – yang hanyalah orang biasa --
juga dapat memberikan hidup kita bagi kebaikan banyak orang? Kita dapat membuka mata lebar-lebar, memandang bagaimana
keadaan di sekitar kita, apa yang dibutuhkan
oleh orang lain, dan terutama, apakah
Kristus telah ada dalam hidup mereka. Itulah kebaikan yang terbesar, memberikan keselamatan dalam hidup yang
kekal kepada orang lain.
Kita juga dapat belajar untuk mengutamakan kebenaran di atas segala sesuatu, bahkan di atas hidup kita sendiri. Di jaman
masa kini, di mana kebenaran yang
sungguh-sungguh telah diragukan, bahkan ditolak, orang banyak, kita dapat menyatakan kebenaran itu sebagai
hal yang nyata dan utama dalam hidup.
Bila raja Yosia menemukan kembali kitab perjanjian, kitab Hukum Taurat, bagi kita sekarang telah tersedia
Alkitab, yaitu Firman Allah yang hidup.
Dapatkah kita belajar dari raja Yosia untuk meninggikan Alkitab lebih daripada segala sesuatu? Hal ini sangat
penting, karena walaupun Alkitab ditulis dengan
bahasa yang biasa dipahami manusia, namun
isinya berisi kebenaran yang mutlak, baik dalam perintah, penuturan sejarah, karya sastra, maupun surat-surat pengajaran
yang diberikan.
Dan bagaimanakah dengan komitmen kita untuk setia kepada Tuhan?
Jika pada Yosia ada Perjanjian
Lama, maka pada kita terdapat Perjanjian Baru antara kita dengan Tuhan. Allah telah memberikan Anak-Nya yang tunggal,
untuk mati dan bangkit bagi setiap orang yang
percaya kepada-Nya. Bagian hidup kita
adalah bertobat dan percaya pada Tuhan Yesus Kristus serta hidup di dalam-Nya. Ini bukan hal yang mudah atau
sederhana, sebab kita harus melepaskan
ego dan keakuan diri kita, melepaskan keinginan kita untuk mengatur hidup sesuka hati, untuk hidup menurut
perintah yang Tuhan berikan. Ini adalah
komitmen yang tidak cukup hanya diucapkan, melainkan
harus menjadi dasar dari seluruh kehidupan.
Jemaat Kekasih Kristus
Yang terakhir, dengan belajar dari raja Yosia, apakah yang kita lakukan? Dapatkah kita dengan tegas membuang segala sesuatu
yang najis di hadapan Tuhan, seperti kepahitan,
dendam, atau iri hati atau keserakahan? Mungkin
tindakan kita ini tidak populer bagi dunia, tidak sesuai dengan jalan pikiran dunia yang penuh nafsu dan keserakahan,
yang tak berbeda dari penyembahan
berhala. Tetapi jika raja Yosia dapat memiliki intensitas penuh untuk menyingkirkan segala sesuatu yang merintangi
bangsanya dengan Tuhan, maka kita pun dapat
memiliki intensitas yang serupa untuk
menyingkirkan segala sesuatu yang menghalangi hubungan antara kita dengan Tuhan.
No comments:
Post a Comment